Chapter 8.1: The Trip I

15 2 0
                                    

Suara air mendidih terdengar meletup-letup dari atas kuali berwarna hitam.

"AMANDA, MATANG NIH!" seru salah seorang kakek tua yang sedang duduk di atas bangku sambil menggenggam secangkir kopi. Kulitnya sudah keriput dan rambutnya penuh dengan uban.

Dentuman dan getaran dari langkah kaki Amanda membuat cangkir yang digenggam kakek itu bergetar hebat, bahkan dirinya berusaha keras agar tidak ada kopi yang tumpah. "Hey, pelan-pelan! Badanmu itu besar!" protes kakek itu.

"Maaf, ayah," balas Amanda yang datang dan langsung mematikan kuali.

"Pagi-pagi udah bikin ribut," sambung ayah Amanda. "Aku ini udah sepuh, butuh ketenangan batin. Tapi kau justru rutin bikin ribut di pagi hari,"

Amanda hanya tersenyum sembari mengibas-ibaskan kipas untuk mendinginkan apa yang dibuatnya di dalam kuali.

"Lagian bikin apa sih kamu?!" ayah Amanda kembali memprotes dan bersungut-sungut.

"Kan sudah setiap hari juga aku jawab...," balas Amanda. "Aku ini sedang bikin minuman herba,"

"BAH!" sahut ayah Amanda sambil meludah. "Minuman jijik! Aku heran kenapa mendiang ibumu selalu menyuruhmu minum sampah seperti itu!"

Amanda menghela napas panjang. "Jangan begitu, ayah," katanya. "Minuman ini terbukti membuatku kuat... nyatanya aku pun berhasil meraih cita-cita yang kudambakan."

"Kuat apanya?" sela ayah Amanda. "Kau ini perawan tua! Dari dulu sampai ibumu meninggal kau hanya bisa merawat anak orang lain!"

Amanda tidak membalasnya. Ia hanya tersenyum sembari mengangkat kuali itu ke atas meja, lalu menuangkan isinya ke dalam botol-botol yang telah ia siapkan.

"Kau kira aku nggak tahu untuk siapa minuman-minuman itu, HA!?"

Setelah semua botol terisi penuh, Amanda menutupnya dengan tutup dan pengikat yang terbuat dari jerami lalu memasukkannya ke dalam keranjang. "Ayah, aku pergi dulu,"

"SANA! PERGI!" serunya sambil membuang muka.

"Jangan lupa sarapan, Ayah." ucap Amanda tepat sebelum membuka pintu rumah.

Ayah Amanda tidak memberi respons selain kembali menyeruput pelan secangkir kopi yang digenggamnya. Padahal, Amanda tengah memandangnya, menantinya untuk bertatap mata.

Selang beberapa saat, Amanda pun memutuskan untuk keluar dan menutup pintu rumah lalu memulai harinya.

---

"KALIAN TERLAMBAT!" seru Amanda kepada rombongan Kiel yang baru saja tiba di pusat pelatihan.

"Ini salah Fion!" protes Kiel dengan muka terlipat, datang menghampiri Amanda dan beberapa rekan seperjuangannya. Di sampingnya ada Rivera yang hanya menarik napas panjang dan Fion yang terlihat mengantuk. "Gara-gara dia terlambat bangun, kita jadi telat!"

"Memangnya kalian harus datang dalam satu paket?!" sindir Amanda tajam.

Kiel hanya menghembuskan napas keras-keras, tidak mau disalahkan. Sedangkan Fion, akhirnya berkata, "Maaf-maaf, aku agak kelelahan,"

"ITU GARA-GARA KAMU SEMALAMAN KELUYURAN SAMA SI KEMBAR!" Kiel tidak bisa membendung kekesalannya terhadap Fion. "DIA SEKARANG PUNYA WANITA!" kata Kiel menjelaskan dengan suara keras menghadap Amanda.

"AKU TIDAK PEDULI!" balas Amanda dengan suara yang lebih keras dari Kiel.

"Sudah, sudah," lerai Rivera. "Kami memang salah, kau bisa menghukum kami," katanya kepada Amanda.

Ancient's Realm: The FolksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang