Semua orang di jalanan kota Whitefang terus memperhatikan Fion yang diapit oleh dua orang gadis muda yang sangat menarik perhatian. Tak hanya karena parasnya yang sangat cantik dan kulitnya yang putih bersih, namun juga karena busana yang mereka kenakan.
Serena, mengenakan gaun berwarna hitam yang menonjolkan setiap detail lekukan pada tubuhnya yang ramping. Gaunnya terbuat dari bulu-bulu asli seekor burung dari selatan, jelas mahal harganya. Sedangkan Selune, mengenakan gaun berwarna kuning muda yang memikat para lelaki oleh sebab coakan besar yang memperlihatkan pahanya yang terawat. Gaun itu berbahan kain sutera yang juga berkualitas. Jika diperhatikan betul, pakaian dalam Selune yang berwarna merah muda dapat terlihat. Dengan senyuman bangga Selune mengibaskan rambut cokelatnya yang bergelombang, seakan-akan dengan sengaja mengumbar sosoknya yang menawan.
Namun Fion... ia hanya mengenakan setelan sederhana yang terbuat dari kulit bewarna cokelat, nampak seperti rakyat biasa padahal kekayaannya sebenarnya sangat berlimpah.
"Lalu itu adalah jalan setapak untuk menuju ke Istana," kata Fion sambil menunjuk ke sebuah jalan kecil yang diapit oleh dinding-dinding tebing. "Masyarakat menyebutnya 'Lereng Curam'... seperti namanya, semakin keatas, medan yang ditempuh semakin ekstrem. Kalau sampai jatuh, pasti fatal akibatnya,"
"Jalan sekecil itu?" tanya Serena sangsi sambil memainkan anting bulunya yang berwarna hitam panjang.
"Apakah bisa para pasukan kerajaan naik dan turun dengan kereta-kereta mereka yang besar?" Selune juga bertanya.
"Faktanya bisa," Fion menjawab dengan senyuman kecil. "Itu adalah satu-satunya akses menuju Purevalient,"
"Kau pernah masuk ke istana?" tanya Selune.
"Yah, dulu aku pernah... kerap kali datang ke istana," jawab Fion sambil menarik napas meningat kenangan.
"Kerap kali?" Serena kini yang bertanya. "Bagaimana bisa? Aku dengar orang-orang harus melakukan proses yang panjang sebelum dapat memperoleh akses ke Istana?"
Fion terdiam sejenak sebelum menjawab, "Ada beberapa kesempatan seperti hari raya... dimana orang-orang mendapatkan akses khusus untuk datang memberikan persembahan syukur,"
Serena dan Selune mengangguk-angguk.
"Dan juga... kejadian beberapa tahun yang lalu... dimana para rakyat diperbolehkan naik dan tinggal di halaman istana untuk beberapa waktu,"
"Oh, aku dengar itu," Selune berkomentar. "Kejadian tentang kelabang raksasa itu, betul?"
"Ya, masa-masa yang gelap. Pada waktu itu aku masih sangat kecil," ucap Fion.
"Untunglah mereka semua kini telah musnah," respons Serena.
"Hey, ayolah, kita lanjutkan perjalanan!" Fion sontak mengganti topik. "Bagaimana kalau kita ke pusat perdagangan, lalu ke pelabuhan untuk menyantap makan siang?"
"Salmon Biru!" Selune spontan melompat kegirangan.
Fion tertawa senang. "Rupanya kalian tahu Salmon Biru!"
"Bagaimana tidak? Kuliner khas Whitefang itu telah menjadi perbincangan banyak orang, rasanya yang gurih dan-"
"Harganya yang mahal," Selune mendahului kalimat Serena sambil menyingkap gigi-giginya.
Sambil kembali tertawa, Fion melanjutkan berjalan, memimpin di depan. Tanpa sepengetahuannya, kedua gadis yang bersamanya itu tersenyum licik di belakangnya, seakan-akan berbahagia oleh karena rencana mereka yang nampaknya berjalan lancar.
Beberapa menit kemudian, tibalah mereka di pusat perdagangan. Sebuah kawasan yang tak kenal lelah, dipenuhi oleh orang-orang dan pedagang mancanegara. Terdengar berbagai macam teriakan penuh tawaran menggiurkan para penjual dari kios tempat mereka berjualan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ancient's Realm: The Folks
Fantasía=-=-=-=-= BUKU KEDUA DARI SERIAL "ANCIENT'S REALM" =-=-=-=-= * Silakan membaca seri pertama yang ada di profil atau melalui link (https://www.wattpad.com/story/191508942-ancient%27s-realm-stallions-serpents) sebelum membaca bagian ini. ~~~~~~~~~~~~~...