Chapter 12

942 100 41
                                    

Jeno tidak pernah berpikir bahwa mengetahui kebenaran akan sangat membebaninya, sepanjang hari dia bisa memikirkan apa yang harus dia lakukan tentang ayahnya. Entahlah fakta ayahnya kembali berselingkuh memang pernah ditebak oleh mereka semua tetapi tidak secepat ini. Benarkah diam adalah hal terbaik yang bisa dia lakukan? Kenapa dia merasa bersalah? Apakah dengan diam berarti dia ikut membantu perselingkuhan ayahnya? Jeno benar benar pusing memikirkan semua ini bahkan ayahnya sampai hadir di dalam mimpinya karena dia terlalu banyak memikirkan ayahnya.

Jessica memperhatikan Jeno saat sarapan pagi, dia sangat mengenal anaknya dengan baik dan saat ini dia tahu kalau Jeno pasti tengah pusing memikirkan sesuatu. Namun setiap kali ditanya anaknya selalu mengatakan semuanya baik baik saja, Jeno tidak ingin bercerita jadi tidak ada yang bisa Jessica lakukan. Dia hanya bisa menunggu, apapun yang Jeno lakukan dan keputusan apapun yang dia ambil pasti sudah dia pikirkan secara matang termaksud untuk tidak menceritakan masalahnnya kepada orang lain.Ini artinya Jeno yakin dan percaya kalau dia bisa menyelesaikan masalah seorang diri.

Sikap Jeno tidak hanya aneh dirumah, di sekolah pun dia menjadi tidak fokus dan sering melamun. Seoyeon bisa mengerti kalau Jeno menjadi orang berbeda sekarang ini karena masalah yang dia hadapi tidaklah mudah.

" Jeno-ya apa kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan? " tanya Seoyeon saat mereka duduk di bangku taman sekolah berdua.

" Belum tahu, aku sangat bingung "

" Ikuti saja kata hatimu, kata hatimu tidak pernah salah "

" Hatiku menyuruhku untuk memberitahu wanita jahat itu, aku merasa buruk jika ikut menyembunyikan perselingkuhan ayahku. Namun disisi lain dia pantas mendapatkannya, dia bahkan membohongi ibuku selama empat tahun " ungkap Jeno.

Seoyeon mengangguk mengerti meskipun dia tidak pernah mengalami apa yang Jeno alami, dia tahu rasa benci dan dendam namja ini sangat besar. " Jika kau memberitahu atau tidak wanita itu sudah mendapatkan balasan atas apa yang dia lakukan, dia tetap akan terluka. Kau orang baik Jeno-ya, jangan menjadi jahat untuk membalas dendam. Kau sekarang sudah mengerti karma akan datang meskipun bukan kau yang membalasnya secara langsung "

Jeno setuju dengan perkataan Seoyeon, untuk sekarang diam tetaplah jawaban. Mungkin dia akan memberitahu Tiffany saat ada kesempatan, dia tidak akan datang kepadanya hanya untuk memberitahu ini. Ingat saat ibunya saja harus datang ke rumah keluarga ayahnya hanya untuk mengetahui kebenaran, dia berharap Tiffany akan datang kepadanya dan bertanya langsung kepadanya.

Sepulang sekolah Jeno terkejut mendapati ayahnya berada di depan mobil terlihat menunggu kedatangannya. Donghae tersenyum tipis lalu melambaikan tangannya kepada Jeno. Tujuannya datang kesini pasti bukan tanpa alasan, mereka berdua sebenarnya sudah sama sama tahu apa tujuan dibalik pertemuan ini. Jeno bisa saja pulang dan menolak bertemu tetapi dia ingin mendengar apa yang ayahnya katakan.

Mereka berada di sebuah restoran, suasana dalam restoran begitu ramai dipenuhi canda dan tawa kecuali meja mereka. Canggung... itulah yang mereka rasakan, Jeno memang tidak pernah dekat dengan ayahnya tetapi kali ini suasana diantara mereka begitu dingin. Donghae bingung bagaimana memulai pembicaraan sementara Jeno hanya menunggu apa tujuan ayahnya menemui dirinya.

Donghae membersihkan tenggorakan yang tidak gatal, pertanda dia benar benar bingung berbicara kepada Jeno. Namun dia memang harus mengatakan ini kepada anaknya " Jeno-ya. Bagaimana kabarmu? " tanya Donghae memulai pembicaraan.

" Langsung pada inti pembicaraan saja " balas Jeno dingin.

Jeno tidak senang bagaimana ayahnya bersikap seolah peduli, padahal semenjak perpisahan kedua orang tua. Ayahnya tidak pernah peduli padanya sekedar bertanya kabar atau bertemu. Jika saja tidak ada urusan diantara mereka, Jeno yakin dia belum tentu akan bertemu dengan ayahnya lagi.

With Love, J.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang