🐾 Feel 🐾

193 34 96
                                    

Tiga bulan sudah berlalu begitu saja dan Yan An masih belum sadar dari koma. Dokter bilang kemungkinan ia bisa selamat sangat tipis. Namun, semua orang masih berharap tentu saja. Terlebih Yeoone, kalian tahu kenapa.

Hybrid itu menjenguk Yan An setiap hari, dengan Kino yang setia mengantarnya. Tapi tidak untuk hari ini. Bukan Kino, Yeoone justru malah menemukan Yuto di balik kemudi mobil yang biasa membawanya ke rumah sakit.

"Kino mana?"

"Dia sedang tidak enak badan. Jadi hari ini aku yang akan mengantarmu ke rumah sakit," jawab Yuto sembari menyalakan mesin.

"Kino sakit?" tanya Yeoone lagi dengan raut khawatir.

"Tidak..." jeda sebentar untuk Yuto memilih padanan kata yang tepat.

"Kino... hanya sedang akan punya bayi. Ya, begitu," ucap Yuto pada akhirnya.

"Whoooah! Hebat! Kalau bayinya sudah lahir, boleh aku memanggilnya adik?" ujar Yeoone antusias.

Yuto mengangguk sembari tersenyum. "Tentu saja."

Setelah itu hanya hening selama sisa perjalanan. Yuto yang memang pendiam tidak seperti Kino yang sangat suka mengajak Yeoone mengobrol. Meski begitu Yeoone tidak terlalu mempermasahkannya. Karena ia sendiri sibuk dengan macam-macam pikirannya.  Terutama tentang Yan An.

"Aku harap Tuan Yan An segera bangun dari tidur panjangnya," gumam sang hybrid.

Seperempat jam pun berlalu. Tanpa terasa keduanya sudah tiba di tempat tujuan. Setelah Yuto membukakan pintu untuknya, Yeoone segera beranjak dan menuju ruang perawatan yang sudah ia hapal dimana lokasinya.

Yuto hanya mengikuti kemana langkah hybrid di dapannya itu membawanya. Hingga saat tiba di ruangannya yang dimaksud, Yuto membiarkan Yeoone masuk sendirian sementara ia menunggu di luar.

Di dalam, Yeoone hanya bisa tersenyum kecut melihat tubuh Yan An yang masih saja terbaring dengan mata tertutup. Hybrid itu duduk di kursi yang ada di samping ranjang. Pandangannya tak lepas dari wajah dengan rahang tegas itu. Dengan bibir tipis yang biasanya sering mengomelinya dan mata tajam yang terkadang memelototinya, yang kini masih tertutup sejak tiga bulan terakhir.

"Tuan, apa kau tidak lelah tidur terus selama beberapa bulan ini?" tanya Yeoone yang tentu saja tidak mendapat jawaban.

"Kau tahu? Yuto bilang Kino akan punya bayi. Kau akan jadi paman, bukan begitu?"

Lagi, tak ada jawaban dari Yan An. Hanya suara angin dan suara beep beep dari alat yang tersambung ke tubuh Yan An yang mengisi kekosongan di antara mereka. Masih sembari tersenyum menahan air mata yang bisa jatuh kapan saja, Yeoone menggerakkan tangannya untuk mengusap-usap rambut Yan An lembut.

"Lihat, rambutmu sudah agak panjang, Tuan. Kau tidak ingin bangun dan memotongnya sendiri seperti biasa?"

Yeoone hanya bisa menghela napas. Tanpa sadar, air mata mulai jatuh dan mengalir di pipinya. Kedua tangannya lalu berpindah untuk menggenggam erat tangan kanan Yan An. Lelah dengan basa-basinya, hybrid itu pun akhinya lagi-lagi hanya bisa menangis sembari menggenggam erat tangan sang tuan.

"Kumohon, Tuan. Bangunlah. Aku... Hiks... Aku merindukanmu! Wuff!"

"Mungkin ini tidak hiks benar. Tapi aku... Aku... Wuff!"

"Aku menyukaimu lebih dari sekadar hewan peliharaan pada majikannya! Wuff!"

Yeoone menunduk dengan wajah memerah setelah pengakuan tiba-tibanya. Padahal Yan An juga bukan akan mendengarnya, tapi hybrid itu merasa malu sendiri. Meski begitu, genggaman tangannya tidak ia lepaskan.

I Wuff You [Pentagon GS : YanOne]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang