Chapter 4 : Little Dandelion

52 8 22
                                    

A month ago...

Atvarr's Point of View

Surat darinya kembali kuterima.

Amplop yang dibuat dari potongan peta dunia dengan bagian yang selalu berbeda. Kali ini Prancis. Bulan lalu Belgia. Pengirimnya masih mencantumkan nama F. Fleura V. Jangan tanya kenapa aku tak mengembalikannya ke kantor pos. Sudah kucoba tapi surat-surat itu selalu datang kembali. Memang ditujukan pada alamatku, meski tanpa nama penerima. Aku menutup pintu kamar dan membanting tubuhku di ranjang.

Sudah kuduga.
Lagi-lagi surat ini berisi satu soal matematika dengan tanda tangan dan penyelesaian. Ada juga selembar folio bergaris terlipat rapi yang isinya amat melankolis. Aku tidak tahu itu karangan si penulis surat atau kisah cintanya. Namun jika itu adalah kisahnya, I pity her.

+x+

23 Januari tahun ini,

Aku kembali mengunjungi stan gelato bersama Alta. Kali ini hujan turun dengan derasnya, membuatku tak bisa pulang tepat waktu karena kami berdua tak membawa payung maupun mantel hujan. Si bodoh itu -- ah maksudku pintar -- memakaikanku jaket kesayangannya. Dasar. Apa ia ingin membuatku mengingat semua perlakuan baiknya yang ambigu itu? Aku tahu kami hanya sahabat. Tidak lebih, dan mungkin tak akan bisa lebih. Alta adalah mentari cerah di pagi hari, sementara aku adalah malam gelap nan sunyi. Kami hanya bertemu pada sesaat menjelang pagi. Tidak kurang dari itu.

Lantas mengapa aku mengharapkan hal lain terjadi? Katakan, apa aku boleh begini?

24 Januari tahun ini,

Aku mendengar pembicaraan Alta dengan mamanya pada waktu mereka berbicara via telepon. Mamanya Alta mengatakan kalau ia ingin Alta kembali ke Pleiare, kota kelahirannya, dan kembali tinggal bersama keluarganya. Hal itu ditolak Alta, ia menambahkan alasan sudah nyaman berada di Alvaron menyebutkan keluargaku bersikap baik padanya. Mamanya Alta bilang, ia kurang suka padaku. Alta membalas ucapannya dengan mengatakan ia tak ingin pergi dari Alvaron dan akan tinggal disini selama yang ia mau. Mereka bertengkar malam itu. Sejak kejadian itu, aku merasa kurang nyaman berada di dekat Alta. Ia memperlakukanku lebih baik dari biasanya. Apa itu karena ia butuh alasan untuk tetap disini atau memang ia peduli padaku?

...

Sialan. Memikirkan hal ini membuatku gila.

26 Januari tahun ini,

Aku berpikir untuk meninggalkan kota ini.
Hal ini kurahasiakan sementara dari Alta. Aku tak ingin ia kecewa padaku.

...

Ia baik, sangat baik untuk menjadi seorang teman. Tapi aku tetap tak bisa memungkiri, rasa ini menghalangiku untuk berpikir rasional. Ini adalah yang terbaik untukku dan Alta.

Dengan tidak adanya aku di Alvaron, Alta akan bebas dari kekangan mamanya. Ia bisa menjalani hidupnya dengan ketenangan, seperti sebelum bertemu denganku. fokus belajar seperti yang ia suka.

Bahkan ia tak perlu lagi membelikan makaron atau gelato pada saat turun hujan deras hanya untuk menyenangkan hati orang yang ia sebut sahabat baik, karena gadis yang ia sebut sahabat baik sudah mengkhianatinya. Gadis itu tahu jatuh cinta pada seorang Alta adalah hal yang salah dan tak seharusnya terjadi. Tapi ia tak punya kuasa atas hal itu. Sialnya, gadis lemah itu adalah aku.

31 Januari tahun ini,

Ini keputusanku.
Niatku sudah bulat. Aku akan melanjutkan sekolah di Reguetta High, tinggal bersama keluarga auntie. Dengan begitu takkan ada yang merasa dirugikan, secara logis semestinya begitu. Tapi mengapa aku menangis saat menulis kalimat ini? Apakah aku sudah bukan lagi seorang dari top 10 youngest student yang pantas dipertimbangkan untuk bekerja di NASA menurut olympic weekly magazine karena kehilangan rasionalitas? Ah tidak. Itu tidak penting.

The Evening PrimroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang