Chapter 15 : May I be Your Anemone Flower?

24 2 0
                                    

Upload lebih awal karena besok saya ospek
Mohon doa yaa, teman-teman!

Dengarkan dengan headphone lebih mantap :)

Atvarr's Point of View

Kubuka gorden kamar sebelum masuk ke kamar mandi untuk bersih diri. Yosh, bahkan cuaca hari ini berpihak padaku. Cerah meski berawan. Pas sekali untuk berkencan. Haha. Sudahlah, aku harus cepat. Zalesta sempat bertanya padaku perihal aku yang bangun begitu pagi dan langsung mandi padahal ini hari libur pertama yang jarang terjadi dalam karantina biolympiad. Biar saja ia penasaran, kujawab hanya dengan senyuman.

Setelah menyiapkan semua perlengkapan hari ini, aku langsung turun menuju lobby. Aku harus sampai terlebih dahulu disana. Fleura bukan perempuan yang berpikir panjang tentang outfit yang akan dikenakannya. Haha. Aku yakin Fleura akan memakai pakaian cokelat. Ia takkan mematuhi himbauan yang kuberikan padanya semalam. Kulirik arlojiku, sudah jam 8.19. Mungkin sebentar lagi ia sampai. Kucek lagi saja perlengkapanku.

Menurut ramalan cuaca, hari ini akan cerah sampai nanti siang, dan hujan pada sore harinya. Jadi aku membawa dua buah jas hujan. Aku tak tahu apa makanan kesukaan Fleura, jadi akan kubiarkan ia memilih menu yang ia inginkan nanti. Tisu juga sudah kusiapkan. Haha. Aku merasa berhasil menjadi calon pacar terbaik yang pantas mendapat penghargaan Nobel. Pasti kalian belum pernah bertemu laki-laki sepertiku, bukan? Ah, itu dia datang.

"Hei, jadi kau melarangku memakai pakaian cokelat karena kau memakainya? Ah, dasar kau ini!"

Umpatannya membuatku tersenyum, "sudah kuingatkan semalam. Tapi tak apa. Pakai saja itu. prosentase hujan meningkat sore ini. Jangan sampai kau kesulitan mencuci pakaian karena lumpur bandel yang menempel disana." Kutunjuk bagian bawah rok dibawah lutut yang dikenakannya.

"Cih, oke." Ia mengalah pada akhirnya, "mau kemana?"

"Aku mau lihat rumah permen."

Ucapanku membuat Fleura membelalakkan matanya, "yakin? Disana cuma ada permen, lho."

"Yah, kenapa tidak?" Kumasukkan tangan kananku ke saku, "kita pergi berdua, tak adil jika hanya aku yang bersenang-senang." 

Maaf Fleura. Tapi aku menikmati raut mukamu yang memerah itu, tersipu malu. Aku tahu kau suka permen, dan tak mungkin kau menolak untuk pergi ke rumah permen. Haha.

"O--oke." Fleura berdehem, "Untuk kesana, kita naik bus C."

Setelah itu kami menunggu bus C di halte. Tak sampai 10 menit kemudian, kami sudah berada di dalam bus dan duduk bersebelahan. Fleura mengeluarkan earpodsnya sebelum mengatakan ia akan tidur. Tentu saja aku protes.

"Aku keberatan! Hei, kau disini sebagai pemanduku. Kenapa kau malah mau tidur?"
.
Ia tak menggubris. Malah melambai dan berkata, "beginilah aku di kendaraan. Jangan kaget. Nanti bangunkan ketika sudah melewati pertigaan kedua. Pakai ini, sudah kusambungkan dengan smartphoneku. Playlist rekomendasimu. Jangan buat gaduh."

Tak ada pilihan lain. Kuturuti saja. Tapi lihat dia. Begitu cepat terlelap, dan sangat manis meski tertidur. Sial. Sejak kapan aku begini? Bucin seperti ini, seperti bukan diriku yang biasanya. Tapi aku tak merasa aneh dengan diriku yang begini. Oh. Ia bergerak.

Tapi tidak, tidak. Aku harus fokus pada pertigaan kedua.

Ah. Kepalanya terbentur jendela. Biar kupindahkan ke bahuku.

...

Sial. Aku bisa merasakan mukaku memanas. Apa yang sudah kulakukan?

Tenang Varr, kau sudah melakukan hal yang benar. Kepalanya akan sakit jika terus terbentur jendela. Bagaimanapun juga,  jendelanya terbuat dari kaca. Tebal juga. Kau adalah pahlawan buatnya, setidaknya kepalanya, aman karena tindakan spontanmu. Tunggu dulu, kenapa aku mencoba membuat alasan begini? Ah. Bodohnya diriku. 

The Evening PrimroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang