Chapter 11 : Love in A Mist?

17 3 0
                                    

Fara's Point of View

"Toh suatu saat kau juga akan suka padaku."

Aku benar-benar tidak memahaminya. Manusia narsis ini! Ish, mengesalkan. Lihat, aku jadi tak tahu harus membalas apa. Bagaimana mungkin aku bisa membalas, oh iya, nantikan saja ya, seakan tak terjadi apapun. Memangnya apa yang ia harapkan dari orang sepertiku? Gadis gagal yang menyerah dari keadaan dan lari dari kenyataan.

"Fleura, jangan lagi menyalahkan dirimu sendiri," Varr meletakkan cangkir kopinya lalu menempatkan diri di sebelahku, "setiap orang berbuat kesalahan. It happened to everyone, even if it is me, the most awesome boy in this universe."

Tawaku menyembur. Him? Being the most awesome in the universe?

"Dasar over pede! Siapa yang bilang kau pemuda paling hebat, huh? Cassanova ini!"

Varr nyengir kuda melihatku, "oh shit. Sepertinya aku sudah ketahuan. Haha. Mungkin cukup untuk malam ini."

Haha. Selera humornya receh. Dasar Varr bodoh.

DUAR!!

Terdengar suara ledakan yang diiringi riuh tawa dan teriakan para peserta karantina. Lalu disusul puluhan cahaya yang meluncur begitu saja ke langit tanpa memedulikan sekitarnya. Lepas, membentuk dandelion raksasa yang mewarnai langit malam dengan mimpi, membebaskan semua angan dan ingin yang telah lama terpendam. Begitu indah, hingga tanpa sadar, kulukiskan senyuman yang penuh akan kenangan tentangnya.

+÷+

"Kita mau kemana, Alta?"

Ingatanku terputar pada setahun yang lalu, dimana Alta membawaku ke suatu tempat setelah penutupan dan penyerahan penghargaan kepada juara biolympiad.

"Tunggu saja disini, Vi," Alta menutup mulutnya dengan satu tangan, menyembunyikan tawa kecilnya, "you know, this'll gonna be epic!"

Tiba-tiba saja smartphoneku berdering tanpa henti. Pesan-pesan terkirim padaku dalam waktu yang sama, membuatku fokus pada gawaiku dan mengalihkan pandangan sejenak dari Alta.

Huh? Semua pesan masuk dikirim Alta? Tapi Alta ada di sampingk--AH!

Alta menghilang.

Ia mungkin pergi diam-diam ketika aku sibuk dengan pesan-pesan yang masuk. Aku sudah memerhatikan sekeliling tapi aku tak tahu dimana diriku berada. Yah sudahlah, mungkin ia akan muncul sendiri nantinya.

Akupun menyusuri jalan setapak, berusaha mencari jalan kembali. Tapi nihil. Ya, maafkan aku yang buta arah. Bahkan sudah setengah jam kupandangi map dan aku masih disini, tak bisa kembali. Pergi ke mana sih dia? Dasar.

DUAR!

"Congrats Viona, runner-up biolympiad nih!"

Si bodoh itu. Haruskah sampai meninggalkanku di tempat asing untuk kejutan begini? Sial. Kurasa air mataku menetes. Aku harus menghapusnya segera.

×+×

"Fleura?"

Suara Varr menyadarkanku dari lamunan. Ia tak pernah gagal mengagetkanku yang sedang memikirkan sosok Alta. Saat aku menoleh, Varr sedang menatapku seakan ingin tahu apa yang sedang kupikirkan. Tampak jelas bahkan padaku yang kurang peka ini. Perasaannya yang tulus itu, bukannya tak berhasil sampai padaku. Aku menyadarinya, mengetahuinya. Varr serius menyukaiku.

"Dengar Fleura, ada sebuah jalan yang amat panjang. Bahkan aku yang seorang Varr ini tak tahu dimana ujungnya," tawaku yang menyembur saat ia mengucapkan kata aku yang seorang Varr ini membuatnya melirikku sejenak sebelum melanjutkan ucapannya, "dan itu tugasmu untuk melaluinya. Inilah hidup."

The Evening PrimroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang