10. Keinginan Shofia dan Keputusan Megan ( Part end )

2K 214 1
                                    

Aku mendengus sambil mencebikan bibirku. Bisa-bisanya aku ditolak tanpa ada alasan yang jelas. Aku ingat sekali satu kata yang keluar dari mulutnya sebelum masuk ke mobil sialannya itu.

"Tidak!"

"Tidak!"

"Tidak!"

Bahkan satu kata itu terngiang-ngiang di pikiranku selama tiga hari ini. Aku teringat saat sebelum masuk ke mobil, Kenzie memberiku kode kalau ia akan segera meneleponku.

Aku segera bangkit dari kasur, mengambil handphone diatas nakas kemudian mencari kontak Kenzie.

Apa tidak apa-apa menelponnya sekarang? Apa ia tidak sibuk?

Aku menggeleng sembari mematikan handphone-ku. Tidak sopan to the point saat kau menginginkan sesuatu, pikirku.

Ayolah ini hanya Kenzie, si lelaki berupa gadis cantik.

Aku menghela nafas, perdebatan batin ini membutku makin bingung. Aku memutuskan untuk menyalakan handphone ku dan membuka aplikasi WhatsApp messenger kemudian mencari nama 'Kenzie'.

Me
Hey, How are you, cute girl?

Delete


Me
I waiting you! Call me, now!

Delete


Me
KATAKAN PADA SAHABAT ES BATU MU ITU UNTUK MEMPERBOLEHKAN KU BERGABUNG DENGAN TIM KALIAN!

Delete

Aku menggigit kukuku. Topik apa yang harus ku gunakan untuk berbasa-basi. Dari tadi aku hanya menulis pesan kemudian menghapusnya sebelum dikirim.

KenZonk

Shofia is typing....


Aku mendengus membaca pesan dari lelaki itu. Ia terang-terangan mengejekku.

Me

Telpon aku sekarang!

Beberapa menit kemudian, handphone-ku berdering.

KenZonk is celling...

Aku segera menggeser layar agar berubah menjadi berwarna hijau.

"Ini sudah 3 hari, mengapa kau tidak memberiku kabar!?"

"Megan sedang ada urusan pribadi. Kami memutuskan untuk menunda perjalanan selanjutnya."

Aku mengernyitkan dahi.

"Bukankah itu bagus? Aku memiliki lebih banyak waktu untuk membujuk si kutub itu."

"Tidak, bodoh! Bukankah lebih baik menunggu Megan selesai dengan urusannya kemudian membicarakan bersama-sama. Face to face."

Aku mengangguk mengerti walaupun aku tau Kenzie tidak akan melihatnya.

"Kau benar, bicara saja aku tidak diladeni. Paling diberikan tatapan permusuhan. Apalagi jika aku memohon lewat telepon. Mungkin aku akan diblok."

 The Exorcists. I Am Indigo! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang