84. Akhir (Part 7)

1.1K 146 0
                                    

Apa yang sebenarnya terjadi dengan kami, sih!?

Aku sudah tidak habis pikir dengan keadaan yang selalu tidak memihak ku. Hiks ... ini benar-benar membuatku merasa putus asa mengingat waktu ini tidaklah banyak.

Entah aku yang akan dibantai atau membantai.

Keadaan sungguh tidak memungkinkan karena kami yang tiba-tiba ada di gua ini. Aku benar-benar tidak tau apa yang harus aku lakukan setelah ini.

"Sebenarnya ... kita ini sedang berada di mana, sih!?" seru Kenzie jengah. Aku bisa memaklumi keadaannya yang begitu frustasi ini. Bayangkan saja, manusia normal seperti kami dihadapan dengan lokasi yang berbeda dalam satu kedipan mata.

Cleo menatapku sambil menangis, aku bisa merasakan bagaimana rasa ketakutan yang ada dihatinya saat ini. Akupun demikian, bagaimanapun, tiba-tiba berada di sini membuat persentase harapanku mengurang.

Aku mendengar suara Megan yang menginterupsi kami semua. "Sepertinya, kita harus bermain-main sejenak," ujarnya, ambigu.

"Apa maksud mu?" tanya Mark, yang begitu mewakili kami semua. Jujur, aku tidak bisa berpikir positif dan jernih dalam keadaan seperti ini.

"Seperti yang kalian lihat, kita ada di kandang musuh tentunya, aku harap, kita dapat mendapatkan petunjuk," tutur lelaki itu lalu berjalan maju beberapa langkah.

Aku berpikir sejenak, lalu mengangguk. Tidak ada salahnya mencari sesuatu di gua ini. Jika beruntung, aku dan lainnya mungkin diberi kesempatan untuk terlepas dari kutukan ini.

Kami berjalan perlahan, menatap sekeliling yang gelap. Suara air terus saja terdengar karena kami berjalan di air yang menggenang di kaki kami.

Puji syukur aku ucapkan saat Kenzie mengatakan kalau disaku celananya terdapat satu senter memanjang tapi tipis yang seperti spidol. Dengan benda itu, paling tidak kami bisa menemukan penerangan.

Gua ini sangat lembab membuatku dan Cleo harus merapatkan diri karena menahan dinginnya udara. Kakiku yang telanjang juga sering sekali menginjak sesuatu yang keras.

"Arghhh!"

Aku tersentak kaget saat Mark terpekik kencang. Dengan respon yang terbilang cukup cepat, kami sudah ada disamping lelaki itu.

Walau tidak bisa melihat ekspresi mereka masing-masing, aku dapat tau kalau mereka terkejut dengan kejadian tadi.

"Apa yang terjadi?" Itu suara Cleo yang penuh kekhawatiran.

Megan yang cepat tanggap langsung menyenteri wajah Mark. Terlihat wajahnya yang terlihat begitu syok itu membuat jantungku berdetak lebih cepat karena takut.

"Ada sesuatu di kakiku!" serunya. Megan menyenteri kaki lelaki itu dan betapa terkejutnya kami air yang sebelumnya berwarna hitam pekat ini sudah berubah menjadi jernih.

Karena kejernihan itu, aku dapat melihat banyak makhluk-makhluk seperti ular, belut, dan lintah yang berukuran tidak wajar sedang berenang-renang.

Aku terpekik kembali saat menyadari kalau banyak tengkorak-tengkorak yang kuduga adalah manusia sebelumnya.

Tubuhku kembali bergetar dengan hebat. Takut, itu yang membuatku hampir menangis saat ini.

"Kurasa aku baik-baik saja, kita harus jalan cepat agar makhluk menjijikkan itu tidak menangkap kita dan menghabisi darah kita semua."

Tanpa banyak basa-basi lagi, kami membuat formasi. Dimana ada ada Megan yang memegangi senter dan Kenzie yang ada disamping kanannya.

Aku mau tidak mau memegang ujung kemeja yang dipakai oleh Megan, Cleo yang ada disampingku memeluk tangan kananku dengan erat.

Mark ada dibelakang kami untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Aku bisa merasakan tangannya yang besar merangkul kami berdua.

Megan terhenti setelah beberapa menit berjalan, aku dan lainnya pun otomatis menghentikan langkah. Aku menatap arah dari cahaya senter itu dan melihat anak gua yang lainnya.

Tubuhku menegang, bukankah itu tempat yang aku lihat di kenangan? Cleo yang seakan-akan berpikir demikian juga menatapku.

"Itu, 'kan ..." Gadis itu bahkan tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Aku meneguk ludahku. "Aku merasakan ada hal-hal buruk yang terjadi," ucapku.

"Aku merasakan hal-hal yang akan mengejutkan akan terjadi." Itu suara Megan, mendengar dari nada bicaranya, aku bisa menebak kalau ia ingin kesana.

"Aku takut untuk kesana," tuturku jujur, dari sini aku dapat melihat aura yang tidak mengenakan. Huft ... ini sangat membuatku gugup.

Suara nafas kami begitu terdengar dengan jelas, kentara sekali kalau kami semua memiliki firasat aneh. Bagaimana tidak, satu langkah lagi kau akan memasuki kandang sini!

Namun, mau tidak mau kami juga harus masuk kesana, bukan? Kami harus kesana jika ingin menyelesaikan semua teka-teki yang ada di otak.


 The Exorcists. I Am Indigo! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang