86. Akhir (Part 9)

1.1K 146 5
                                    

Aku meneguk ludah, lalu merapatkan diri pada Kenzie. Entah mengapa, aku merinding seketika. Apalagi ... suasana begitu mencekam.

Apa tidak ada cara lain?

Sial! Masa harus saling bunuh-bunuhan sih!?

Sebelumnya, aku pernah berkata bahwa aku bisa merelakan diri untuk Cleo, bukan?

Itu dia, membaca kembali kata itu membuatku merinding. Entah mengapa perasaan takut memasuki renungku. Aku ... entahlah aku tidak mengerti.

Untuk sejenak kami semua terdiam, bahkan Kenzie tidak bersuara sedikitpun.

"Gadis ... Rusia?"

Suara lembut seorang perempuan yang begitu menggema membuat aku membeku. "Jadi ... membunuh atau dibunuh."

Suara itu kembali terdengar. Cleo berujar dengan lirih. Aku memejamkan mata, merasa kalau kedatangan kami ke sini hanya sia-sia.

Kulihat Kenzie terkekeh sinis, sepertinya suasana hatinya seburuk diriku. Menghela nafas, aku mendudukkan diri pada bebatuan.

Entah mengapa, mataku kembali berkaca-kaca. Sial, keadaan seperti ini membuatku sedih. Aku bahkan tidak bisa membalas kematian Papah, Mama Silvi, dan Sasha.

Mungkin setelah ini, aku yang akan meregang nyawa. Entahlah, aku bingung dengan keadaan yang semakin tidak terkendali.

"Tidak ada yang mengetahui identitas makhluk itu, dan tidak ada cara mematahkan perjanjiannya. Bukankah ini sangat menyedihkan?" tanyaku pada Cleo dan Kenzie yang masih terdiam.

Perlahan aku terisak, ini sungguh diluar dugaan. Rasanya sudah begitu putus asa. Aku juga merasa menyesal, melibatkan orang-orang ini pada masalahku yang tak berujung.

Dengan pandangan kosong, aku berkata, "It's done, right?"

Aku kemudian menatap Kenzie yang menggelang, "Bagian mananya?" tanya lelaki itu.

Aku mengerdikan bahu, "Semuanya. I don't care about fate anymore. Mungkin ... ini adalah takdir terakhir."

"Semuanya tabu, ya? Aku bahkan tidak bisa mempercayai apa yang terjadi," Kenzie terkekeh renyah, "semuanya mengalir begitu cepat. Huft ... mengapa aku jadi putus asa begini?"

Aku bisa melihat dengan jelas kalau Kenzie sedang menahan mati-matian air matanya. Kalau tidak ada jalan keluar, berarti ... hidupku sudah tidak lama lagi.

Wah ... ternyata sesuram ini, ya, masa depanku sendiri. Bahkan diriku lah penyebab ini semua terjadi. Jika waktu itu aku tidak sakit, pastinya ... ah, aku terlalu menyalahkan diri walaupun itu kenyataannya.

Aku menghela nafas, mencoba tabah, aku tersenyum. "Sebentar lagi kematian menjemput ku."

Ya, mau bagaimana lagi? Tidak ada yang bisa aku lakukan. Tidak mungkin aku membunuh Cleo yang sudah kuanggap sebagai kakak sendiri.

Lagipula, aku sudah berada dikandang lawan. Tidak ada alasan lagi untuk memberontak.

"Setidaknya, jika aku mati atau tidak, itu sama saja. Aku tetap akan menjadi pengantin makhluk itu," ucapku.

Kalaupun aku menjadi pengantin hidup-hidup, itu lebih menyakitkan, bukan? Menjadi manusia diantara iblis-iblis ini ... itu tidaklah baik.

Setidaknya, jika aku mati, jiwaku tidak akan merasa sakit. Em, entahlah, aku juga tidak tahu, ya karena aku memang tidak pernah mengalami kematian, bukan?

Rasanya aku ingin tertawa keras, menertawai nasib sial yang menghampiriku.

Aku meraba-raba saku pakaianku, mencari sesuatu yang memang tersimpan. Perlahan, aku memegang sesuatu benda kecil, aku tersenyum.

"Hm, aku menyayangimu, Kenzie. Aku mencintaimu, Cleo." Aku berujar sambil tersenyum membuat Kenzie menatapku sambil terkekeh.

Sedangkan Cleo, gadis itu menelungkup wajahnya, seperti gadis itu kembali menangis.

"Jangan berbicara seperti itu, Shof. Itu ... seperti ... ucapan perpisahan." Wajahnya terlihat tegang.

Aku terkekeh, "Entahlah, siapa yang tahu?"

Aku memantapkan sesuatu dihatiku, perlahan tanganku yang sekarang berada disaku celana mengepal karena bergetar.

Kuangkat perlahan benda itu dan membuka kepalan tanganku.

Sebuah pisau lipat kecil.

Tersenyum sinis, aku berkata, "Semoga jiwaku beristirahat dengan tenang."


_

Udah berapa lama nih cerita udah berdebu, ya? Hehehe, saya terlalu fokus menulis cerita Beauty Psycho dilapak saya hingga lupa sama cerita ini. Hiks .. maaf pendek, ya.

 The Exorcists. I Am Indigo! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang