21. Gadis Cantik Bernama Cleo (Part 2)

1.5K 189 1
                                    

Waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Aku menatap Cleo yang sudah tertidur pulas disampingku. Jika kalian bertanya kami tinggal dimana? Maka jawabannya adalah rumah klien kami ini.

Aku menghela nafas mengingat tatapan sendu klien kami. Well, kami tidak bisa membawa ibunya kembali. Dari informasi yang kudapat. Kepala desa disana mempunyai semacam penyakit.

Entah penyakit apa, aku tidak tau. Yang pasti katanya umur beliau tidaklah panjang. Entah mulai dari mana, kepala desa itu bersekutu dengan setan untuk keabadian. Pertama, ia menumbalkan anak bungsunya yang kala itu masih kecil.

Miris memang, lambat laun tak pernah memberi tumbal yang cukup, sosok-sosok makhluk aneh bermunculan menganggu keluarga kepala desa. Istri nya pun tak luput ia tumbalkan.

Anak sulungnya menjadi kurang waras. Ya, lelaki yang sering berkeliaran itu adalah anak sulung kepala desa.

Dan bisa ditebak, satu persatu warga mulai hilang. Aku tidak tau dari mana awal mulanya cermin terkutuk itu. Yang pasti, rumor itu sepertinya salah. Aku sering bercermin disana untuk mengecek hal itu.

Pastinya polisi datang ke TKP. Ditemukan begitu banyak mayat disana. Membuat sisa warga yang selamat seperti klien kami ini sedih.

Semua yang ditumbalkan bukan hanya warga desa saja. Ada banyak orangbasing sepertiku yang tak selamat. Mereka datang dan tak pernah pulang. Aku cukup prihatin dengan ketamakan satu orang yang menghilangkan banyak nyawa.

Aku memicingkan mata saat mendengar suara benda yang jatuh. Sontak aku duduk. Aku menatap bingung handphone yang terjatuh dari atas nakas.

Dengan deru nafas yang memburu, aku merasakan aura negatif yang membuat nafasku tercekat. Aku juga merasakan bahwa perutku begitu mual.

Tanpa memedulikan apa-apa, kutarik selimutku untuk menutup tubuhku. Kemudian ku rengkuh tubuh Cleo. Sial! Bahkan gadis ini masih bisa tidur nyenyak saat aku sedang ketakutan.

***

Sinar matahari membuat tidurku terusik. Aku mengerang sebelum membuka mata dan mengatur pencahayaan. Di depanku terlihat Cleo dengan muka secerah mentari sedang menyapaku.

"Good morning, babe."

Aku bergidik jijik, "Pagi juga, orang asing."

Cleo berdecak, "Ayolah, kita sudah saling mengenal bahkan kita sekarang satu kasur."

"Berhenti mengatakan 'kita'." ujarku. Sehari mengenalnya tidaklah buruk. Ia gadis yang periang dan berisik. Sepertinya prediket 'dewasa' untuknya hilang sudah.

Sebenarnya aku suka dengan sifatnya, itu sebabnya aku selalu berpura-pura terganggu olehnya. Nyatanya membuat anak orang cemberut itu menyenangkan. HAHAHA!

Pukul sepuluh pagi aku memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar, bersama Cleo pastinya. Penduduk desa ini sangat ramah. Aku mengingat percakapan ibu kemaren yang menawarkan ku toilet.

Apakah itu sebuah penghinaan?

Ibu itu terlalu baik untuk aku yang seorang penggali tai, hiks.

Lamunan ku tersentak saat suara merdu perempuan menyapa gendang telingaku.

"Beberapa hari kemarin adalah neraka bagiku."

Aku menatapnya sambil membelai rambut sebahu itu. Tidak sopan memang, tetapi ini cukup baik menghibur orang yang sedang sakit. Aku menatap tubuh yang terbalut perban dan memar-memar.

 The Exorcists. I Am Indigo! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang