33. Pembuktian

79.4K 7.1K 125
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum!! Gimana kabarnya? Sebelum lanjut, aku mau numpang promosi dulu nih ya, kwkwkwk :>

Assalamualaikum!! Gimana kabarnya? Sebelum lanjut, aku mau numpang promosi dulu nih ya, kwkwkwk :>

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku ada cerita baru, kalian cek ke profil ya, hehe ^^

Dah, lanjut yuk!

----

Revan kini termenung di kamarnya, kepalanya pusing tujuh keliling memikirkan masalah ini. Dirinya jadi serba salah kan sekarang, mau belain Icha, entar Raja marah. Mau belain Raja, Icha juga sebenernya nggak salah. Menurutnya.

Ia tau Icha adalah tersangka utama dalam kejadian ini, tapi tolonglah! hati dan pikirannya masih berkecamuk, mencoba meyakini bahwa Icha tak bersalah.

Kemarin, Icha sudah hampir menceritakan semuanya, sebelum dirinya mendapatkan urusan penting. Walau Revan belum mendengarkan semua faktanya, tapi hati kecilnya berkata bahwa Icha tak sepenuhnya bersalah.

Revan memang sosok yang tengil dan otak kentang, tapi kalo udah menyangkut masalah serius, ia akan berubah drastis menjadi sosok pria dewasa yang berwibawa.

Ia menggerang emosi. Lalu tanpa sepatah kata pun, ia mengambil kunci motor, dan segera menuju ke rumah seseorang.

Rumah Icha.











"Wa'alaikumussalam, eh kak Revan?" ujar Icha setelah membuka pintu.

"Lo... abis nangis?" tanya Revan ragu.

Icha sontak gelagapan, lalu menggeleng cepat. "Nggak kok, cuma kelilipan doang, abis jogging soalnya," bohong Icha.

Revan curiga, lalu dengan cepat ia singkirkan, karena tujuannya ke sini bukan untuk basa basi, tapi meminta penjelasan.

"Gue... boleh duduk nggak?"

Icha mengerjap seperti baru menyadari sesuatu. "Eh iya, aku lupa. Silahkan duduk kak," ujarnya kalem. "Mau minum apa?"

"Terserah lo aja deh,"

Icha mengangguk. "Yaudah, aku ambilin dulu ya,"

Setelah Icha masuk ke dalam, Revan diam memandangi rumah Icha yang sangat asri. Dia hanya duduk di kursi teras rumah. Rumah Icha ini begitu hijau, ada banyak tanaman hias di depan rumahnya, dan sebuah kolam ikan yang cukup unik. Udaranya juga sangat sejuk.

"Ini kak, silahkan diminum." Icha kembali membawa segelas minuman.

Revan menoleh. "Makasih ya," ucapnya lalu menyesap minuman itu.

Icha bergumam, bingung mau mengatakan apa. "Kakak... ada apa ke sini?"

Revan yang baru saja meneguk minuman pun berucap. "Gue mau denger penjelasan lo lagi, soalnya kemaren kan nggak tuntas." final nya tanpa basa basi.

Karena Hangatmu (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang