28. Arga tau...

80.3K 7.5K 376
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Udahh, langsung baca aja...
Biar nggak penasaran, xixixi :D

----


Senin yang penuh kesibukan, di mana menurut orang-orang hari yang menyebalkan. Baik dari yang masih sekolah maupun yang sudah bekerja pasti kebanyakan tak suka pada hari senin ini. Padahal, hari senin adalah hari kelahiran Rasulullah S.A.W.

Seperti sekolah-sekolah lainnya, kali ini SMA Adiwijaya melaksanakan upacara. Seluruh murid dipaksa berdiri di tengah lapangan tanpa penutup apapun.

Zahra, gadis itu sedari tadi menahan rasa pusing yang mendera kepalanya, sejak tadi memang kepalanya sudah berdenyut nyeri, tapi ia tetap memaksakan mengikuti kegiatan rutin ini.

Memang pagi ini Zahra tidak sarapan, karena ia puasa. Mau sahur juga lupa, jadilah ia masak tapi tak ikut makan bersama Raja tadi pagi.

Mata Zahra meremang tak bisa melihat objek di depannya dengan jelas.

Icha, yang berdiri di belakangnya itu menyadari kalau Zahra sedang sakit. Tapi sekali lagi, keduanya masih dalam mode diam-diaman, Icha juga belum bisa menerima Zahra karena rasa kesalnya.

Ekspresi Zahra sekarang membuat Icha bimbang, antara menolongnya dan membiarkannya jatuh pingsan.

Bruk.

Icha terlambat, Zahra sudah ambruk duluan. Icha yang pertama kali menyadarinya langsung membantu Zahra menyampingkan egonya.

"Eh, bantuin bantuin!" teriak Icha, membuat murid sekitar menatapnya.

Setelah itu, guru yang sedang patroli pun ikut membantu menggotong Zahra ke UKS. Icha sudah kalang kabut dibuatnya. Tapi tak bisa ikut, karena guru yang sedang patroli itu melarangnya.

Seketika Zahra menjadi pusat perhatian siswa-siswi seantero sekolah.

"Hey hey! Kalian lihat apa? Dengar sini dengar!" kepala sekolah yang sedang memberi amanat pun mengingatkan.






"Eh ja! Itu bukannya Zahra ya?" tebak Revan sambil menunjuk murid berhijab yang sedang digotong.

Raja yang tadinya jongkok karena kakinya pegal pun sontak berdiri. "Mana mana?" tanya Raja cepat.

"Itu..." tunjuk Revan memperjelas.

"Iya, lu nggak boong!" pekik Raja.

Revan malah menonyor kepala Raja. "Yeee! sejak kapan gue tukang ngibul!" ujarnya tak terima.

Raja tak menghiraukan ucapan Revan, dan malah bertanya. "Gue harus gimana?" tanyanya frustasi.

"Samperin lah pe'a!" suruh Revan gemas.

Raja berdecih. "Lu nggak liat Bu Siska lagi keliling, Ha?" bentak Raja.

"Ya udah tungguin aja sampek Bu Siska pergi," saran Revan.

Raja menghela nafas. "Kelamaan bego!" sentak Raja ngotot.

"Lah terus mau gimana lagi? Lo mau dihantam sama tuh guru?"

Raja diam tak berkutik.

Revan tersenyum singkat. "Tumben lo peduli? Udah sayang kah sama dia?" tanya Revan sengaja menggoda.

Raja memicingkan matanya. "Nggak usah ikut camp--"

"Sayang sama siapa Ja?" suara wanita menyahuti.

"Eh njel, nggak kok nggak papa," kilah Raja.

"Istri lo ya?" tanya Angel, dengan raut muka menahan sedih. Dan ditanggapi senyuman simpul dari Raja.

Karena Hangatmu (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang