Jalurnya, kamu punya rencana
Tapi tuhan yang menentukan.
_Fio meregangkan otot-otot tangannya, sekedar untuk menyalurkan rasa penatnya. Gadis itu menolehkan kepalanya, menatap jalanan disebalik kaca.
Hidup itu memang tidak terduga, kamu pasti akan menemukan banyak kejutan didalamnya. Apapun itu, kamu harus mampu menyiapkan diri.
Membicarakan tentang takdir, sepertinya Fio tidak beruntung dalam hal itu. Takdir menyadarkannya, bahwa logika lebih utama dari pada perasaan.Lima tahun telah berlalu, banyak hal tak terduga terjadi. Mengenai elemen rasa, ia lebih banyak terjatuh pada lubang kesedihan. Bahagia hanya menyapa, menampakkan betapa jauhnya ia dari itu.
"Ngelamun aja lo." Lita mengambil posisi duduk di depan gadis itu.
Fio terkekeh pelan, menatap ke arah Lita. "Maaf Buk Bos."
"Jangan mulai lagi deh. Mau gue gampar." Lita menampilkan raut wajah galaknya.
Fio menampakkan tanda peace, diiringi dengan tawa pelannya. Apapun itu, Lita memang Bosnya. Ia tidak mau dianggap mengambil keuntungan dalam hal itu.
Hanya lulusan SMA membuat Fio tidak dapat memiliki pekerjaan yang ia inginkan. Ia harus belajar realistis, hidup dengan angan-angan hanya akan menghancurkannya.
"Gimana kabar hati?." Tanya Lita.
Fio tersenyum simpul, dapat Lita lihat raut wajah itu kembali lagi . "Hampir lenyap, takut hilang."
"Bener-bener gak ada kabar dari Kak Alvaro ya Fio?." Tanya Lita hati-hati, ia tau ini masalah sensitif.
Fio tersenyum kecut. "Gak Ta. Hilang gitu aja."
"Lo harus belajar buka hati lagi Fio. Mungkin Kak Al bukan jodoh lo, ada orang lain yang butuh kepastian dari lo. Dan lo tau itu kan?." Perjelas Lita.
Fio menghela nafasnya, matanya kembali memanas. "Aku maunya juga gitu Ta. Kamu tau, teori lebih mudah dari pada praktek. Apa yang udah aku dapatkan dengan perjuangan hebat, tak semudah itu untuk melepaskan. Justru, cinta yang datang dengan bantuan waktu lebih nyata Ta."
"Dan lo harus tau, ada beberapa hal yang harus lo lepas karena memang itu bukan milik lo." Jawab Lita.
Fio tak menghiraukan ucapan Lita, gadis itu kembali berjalan menuju meja kasir. Lita yang melihat hal itu hanya mampu menghela nafasnya.
🌿🌿🌿
Fio bangkit dari duduknya setelah melihat Devin datang dengan mobilnya. Seperti biasanya, cowok itu selalu menyempatkan waktu untuk menjemput atau mengantarnya.
Setelah Devin membukakan pintu mobil untuknya, gadis itu segera masuk kedalamnya. Entahlah, Fio sudah mengatakan ketidaksukaannya akan itu. Namun, Devin tetap keras kepala.
"Temenin gue makan dulu ya." Pinta Devin, diangguki kepala oleh Fio.
Setelah menempuh perjalan beberapa menit, keduanya pun segera turun ke arah pedagang kaki lima langganan mereka. Sebuah nasi goreng sederhana dipinggir jalan.
Keduanya hanya menyantap makanannya dengan diam, Fio dengan segala pemikirannya. Jujur saja, ucapan dari Lita tadi masih berputar-putar dikepalanya.
Devin yang tengah menatap gadis itu pun tak disadari Fio. Devin tau betul jika Fio masih menyukai Alvaro. Namun, tidak salahkan jika ia mencoba merebut hati Fio?.
"Gimana hari ini?." Tanya Devin membuka pembicaraan.
Fio menolehkan kepalanya menghadap cowok disampingnya itu. "Lancar seperti biasanya Kak."
"Kalau Kak Devin?." Tanya balik Fio.
"Seperti biasa, kembali menunggu." Jawab Devin dengan senyum tipisnya.
Fio tau maksud ucapan dari cowok itu, dan lagi-lagi seperti biasanya Fio hanya membalas dengan senyumannya. Jujur saja, Devin benci dengan senyuman itu. Senyuman penolakan."Kak, apa menurut Kak Devin apa lebih baik aku lupain Kak Varo aja?."
***
Mohon
Vote
Dan
Commentnya.Follow my akun wattpad ya.
Mohon kerja samanya.