BAGIAN 04

416 30 1
                                    

Ada yang bilang jatuh cinta
Itu dari mata turun ke hati.
Bagiku, jatuh cinta itu dari hati
Tetap dihati.


Fio dikagetkan dengan kedatangan seorang cowok jangkung didepannya. Gadis itu menampilkan sebuah senyuman tipis yang perlahan berubah menjadi senyuman lebar.

Fio tau ini hal gila, namun perasaannya tak dapat dihentikan oleh apapun saat ini. Detik ini, Fio hanya menginginkan Alvaro. Hanya cowok itu yang mampu menerbitkan senyum tulus pada wajahnya.

Lagi dan lagi ia dikagetkan bukan main dikala Alvaro tiba-tiba memeluknya begitu saja. Gadis itu hanya diam, membalas pelukan cowok tampan itu tak kalah eratnya.

"Gue lupa belum ucapan hal penting disaat kita baru bertemu untuk pertama kali." Bisik Alvaro.

Fio melerai pelukan itu, menatap manik mata Alvaro dalam. "Apa Kak?."

"Gue kangen lo Fiorenza Quenzi." Ucap Alvaro dengan suara seraknya.

Mata Fio berkaca-kaca, kata sederhana itu dapat menyentuh hatinya begitu saja. Bukan dari katanya, namun dari siapa yang mengucapkannya.

"Aku juga kangen sama Kak Varo." Ujar Fio malu-malu.

Alvaro tersenyum tipis, lalu mengacak puncak kepala Fio gemas. Hal itu sukses membuat pipi Fio memerah. Baru pertama kali ini cowok itu mengusap kepalanya.

Perlahan, tangan Alvaro tergerak untuk merogoh sesuatu pada saku hodie yang tengah digunakannya. Fio yang melihat hal itu hanya menatap penuh keingintahuan.

"Gue mau nyuruh lo make kalung ini." Titah Alvaro.

Fio mengerutkan dahinya bingung. "Nyuruh?."

"Iya, gue nyuruh. Dan itu artinya mau atau gak mau lo harus pake kalung itu." Cowok itu menampilkan senyumannya.

Fio menundukkan kepalanya malu, bahkan jika cowok itu belum menawarkannya. Fio pastikan ia sudah merebut kalung itu dahulu. Mengapa cowok itu dapat berfikir ia menolak hal itu.

Dapat Fio rasakan sesuatu pada lehernya, ia hanya diam membeku dikala Alvaro memakaikan kalung itu padanya. Dadanya berdegup kencang, Fio kembali dapat merasakan hal itu.

"Burung merpati?." Gumam Fio.

Alvaro menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum tipis. "Burung merpati itu salah satu unggas yang paling setia sama pasangannya. Ini simbol buat kita, gue harap lo juga kayak gitu."

🌿🌿🌿

Fio menjatuhkan kasar tubuhnya diatas kasurnya, tangannya menggenggam erat kalung itu. Matanya terpejam kuat, mengapa semuanya terasa rumit. Ia hanya ingin hidup dengan nyaman sekarang.

Perlahan ia bangkit dari posisinya, berjalan pelan menuju jendela besar di apartemennya itu. Ralat, apartemen pemberian Devin. Cowok itu sangat banyak membantu Fio.

Setelah Papanya meninggal, Mamanya mengusirnya dari rumah. Kejadian itu tepat terjadi dihari kelulusannya. Ya, ternyata ia tidak bisa menaklukkan hati Mamanya itu, atau tidak pernah lebih tepatnya.

Ia berjalan tak tentu arah, waktu itu Fio hanya pasrah akan keadaan. Ditengah perjalanan ia dihadang oleh sebuah mobil.

Dan ternyata pemiliknya adalah Devin, cowok itu membawanya kerumahnya, mengenalkannya pada keluarganya, dan hingga ia tinggal dirumah cowok itu.

Lambat laun Fio semakin merasa tak enak, walaupun keluarga Devin telah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga itu. Tetapi tetap saja, Fio merasa tak enak. Dan hingga akhirnya Devin membelikannya sebuah apartemen.

Suara dering telfon membuyarkan lamunan Fio, gadis itu berjalan mendekat pada nakasnya. Nama Devin terpampang pada layar ponselnya. Fio tersenyum tipis, mengambil posisi duduk dipinggir kasur.

"Halo Kak."

"Apa kabar?."

Fio tersenyum tipis. "Baik Kak. Kalau kak Devin?."

"Gue?. Gue gak baik Fio. Bagaimana bisa gue baik-baik aja kalau jauh-jauh dari orang yang gue sayang."

"Gombal ih."

"Apa gue kabur aja ya?." Devin tergelak diseberang sana.

"Jangan aneh-aneh deh Kak."

Devin menyudahi tawanya. "Ya udah gue tutup ya. Gue mau lanjut kerja dulu. Bye.. Jaga diri."

Fio menghela nafasnya kasar, untuk pertama kali dalam hidupnya Fio menjadi orang yang tak pernah ia fikirkan. Ini tak mudah diputuskan, Fio harus bisa memikirkan semuanya dalam banyak aspek.

Kini semuanya berbeda, ia harus lebih mengutamakan logika darj pada perasaan. Hidupnya terasa sangat berat belakangan ini hanya karena mengikuti perasaan bodoh itu.

"magnetnya berubah bentuk Kak."


***
Mohon
Vote
Dan
Comment.

Follow my akun wattpad ya
Mohon kerja samanya.

MAGNETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang