Aku ingin mengajakmu berlari
Namun kamu malah memilih
Berhenti, lalu berbalik.Seorang cowok tampan dengan stelan kemeja tengah duduk di sebuah kursi diruang tamu. Ia tengah sibuk memainkan benda pipih ditangannya.
Fio yang melihat hal itu memutar bola matanya malas. Apa cowok itu tak menyadari kedatangannya?. Padahal Fio sudah berdandan cantik untuk malam ini.
Keinginnya untuk berbalik arah terhenti dikala merasakan tangannya ditahan. Fio berbalik, sebuah senyuman manis menjadi hal yang pertama Fio lihat.
"Gue udah tau lo di sini. Tapi, gue gak siap." Tutur Alvaro.
Fio menyatukan alisnya tak mengerti. Apa yang dimaksud oleh Alvaro bahwa ia tidak siap. Fio dikagetkan oleh Alvaro yang tiba-tiba berdiri dihadapannya.
"Lo cantik. Tidak, lo terlalu cantik. Gue takut gak bisa nahan diri, dan malah berbuat hal buruk di sini. Kita cuma berdua di apartemen lo Fio." Ujar Alvaro dengan suara seraknya.
Gadis itu membuang wajahnya malu, perkataan dari Alvaro barusan membuatnya merinding. Dengan langkah cepat Fio berlalu pergi dari sana.
Hening menyelimuti kedua manusia itu. Alvaro yang fokus mengendari mobil miliknya, dan Fio yang hanya menatap ke arah luar jendela.
"Lo kenapa?." Tanya Alvaro.
Fio menolehkan kepalanya. "Gpp Kak."
Alvaro tersenyum tipis, lalu menggengam tangan Fio. "Lo kepikiran sama ucapan gue tadi?."
Fio hanya diam, tak tau harus merespon bagaimana atas pertanyaan dari cowok itu. Jujur saja, ia sedikit takut mendengar ucapan Alvaro tadi.
"Gue bukan cowok jahat Fio. Gue gak bakalan merusak apa yang harus gue jaga." Ujar Alvaro mencoba meyakinkan gadis itu.
Fio menatap Alvaro dalam, ucapan dari cowok itu membuatnya merasa bersalah. Ia kenal Alvaro, cowok itu tidak mungkin nekat berbuat sedemikian. Seharusnya Fio percaya, bukan malah memperburuk suasana.
"Maaf Kak. Seharusnya aku gak bersikap kayak gini." Lirih Fio.
Tangan Alvaro tergerak untuk mengusap puncak kepala Fio, lalu melemparkan senyuman manis pada gadis itu. "Itu wajar. Gak mudah percaya sama orang yang udah menghilang lima tahun dalam hidup lo."
🌿🌿🌿
Fio melambaikan tangannya kepada Lita dan Dani yang telah duduk di salah satu meja di restoran itu. Ya, kedua pasangan itu memutuskan untuk bertemu malam itu.
Fio dan Lita hanya tersenyum kecil menatap Alvaro dan Dani yang saling bertos ala lelaki. Keempat manusia itu perlahan mendudukkan tubuhnya, dan melemparkan senyuman masing-masing.
"Kalian mau pesan apa?." Tanya Lita.
Fio memeriksa buku menu yang berada dihadapannya. "Aku, nasi goreng aja."
"Kalau Kak varo?." Tanya Fio menolehkan kepalanya pada cowok itu.
"Samain aja." Jawab Alvaro seadanya.
Dani yang melihat interaksi antara kedua manusia dihadapannya itu hanya menghela nafasnya kasar. Bagaimana situasi gila ini dapat terjadi? Ia tak tau harus bereksi dan bertindak bagaimana.
"Kata lo Lita bukan tipe lo Ni." Alvaro membuka pembicaraan.
Lita hampir menyemburkan minuman yang tengah diminumnya. "Apa?!. Bukan tipe kamu?."
Dani gelagapan sendiri, mengapa Alvaro tiba-tiba memiliki mulut ember seperti ini. Dani tegaskan itu kan dulu, bukankan perasaan dapat berubah dengan seiring berjalannya waktu?.
"Itu dulu Yang. Kamu tau perasaan itu gak mungkin tiba-tiba muncul, aku cinta sama kamu pakai proses. Dan kamu tau segila apa perjuangan aku waktu dapatin kamu dulu. Apa itu gak cukup buat buktiin seberapa cintanya aku sama kamu?." Perjelas Dani.
Fio tersenyum tipis melihat kemesraan dua sejoli itu, ia sangat bahagia jika Lita mendapatkan pasangan yang menyayanginya seperti itu. Fio tau seberapa susahnya Lita untuk jatuh cinta, dan tak menyangka cinta itu jatuh pada Dani.
"Lo jangan komporin hubungan gue ya Al. Lo kapan nyusul?, gue udah nikah sama Lita nih. Malahan mau bikin anak." Canda Dani.
Lita mendesis, ucapan dari Dani terdengar kurang enak baginya. "Bikin-bikin, emangnya mau bikin kue."
Fio tergelak, melihat pertengkaran kedua sejoli itu menyenangkan juga. "Usahain anak kembar ya Ta."
Dani dan Lita hanya tertawa pelan mendengar ucapan dari Fio. Ia tak menyangka Fio dapat terlibat dalam pembicaraan seperti ini. Alvaro yang melihat hal itu hanya tersenyum kecil.
"Kita aja yang punya anak kembar, gimana?."
Ucapan yang dilontarkan Alvaro sukses membuat Fio menyemburkan minuman yang tengah diteguknya. Lita dan Dani yang menyaksikan hal itu hanya terkekeh pelan.
"Gimana?. Mau sekarang atau besok?."
***
Mohon
Vote
Dan
Comment.Follow my akun wattpad.
Mohon kerja samanya.