BAGIAN 08

351 30 9
                                    

Kita sama-sama saling
Menggenggam, berlari jauh
Menuju kebahagian.


"Becanda sayang. Gue ke kamar mandi dulu ya."

Fio hanya menatap datar punggung Alvaro yang mulai menghilang dimakan jarak. Gadis itu menghela nafasnya, lalu menatap Lita dalam.

"Kak Varo nanya apa aja sama kamu Ta." Tanya Fio dengan nada serius.

Lita melirik Dani sekilas, lalu kembali menatap Fio yang berada di depannya itu. "Cuma satu pertanyaan, tapi dapat menjawab semuanya."

"Apa aja yang terjadi dengan hidup lo selama lima tahun ini. Kak Varo nanya itu." Lanjut Lita.

Dani yang mulai penasaran akan pembicaraan kedua gadis itu mulai mendekatkan kursinya kesamping Lita. Tentu ia harus tau masalah ini.

Bagaimana pun juga, Alvaro dan Devin adalah sahabatnya. Dani tidak mau ada hal buruk yang dapat merusak hubungan persahabatan mereka.

"Fio, lebih baik lo hentiin semua hal gila ini." Titah Dani.

Tatapan Fio beralih pada Dani, gadis itu menundukkan kepalanya. "Gak bisa Kak. Aku gak mau Kak Varo jauhin aku."

"Justru dengan lo masih keras kepala untuk lakuin hal ini. Alvaro bisa hilang dalam kehidupan lo." Ujar Dani dengan nada marah.

Lita menggenggam tangan Dani erat, mencoba menenangkan suaminya itu. "Kita gak usah ikut campur Yang. Aku yakin Fio bakal lakuin sesuatu. Fio udah besar, dia tau apa yang benar dan salah."

"T--"

Kedatangan Alvaro membuat Dani menghentikan ucapannya. Ketiga manusia itu kembali menormalkan raut wajahnya. Bertindak seolah tidak terjadi apa-apa.

"Oh ya, gimana kabar Dika sama Yola?." Tanya Alvaro, membuat semua perhatian tertuju padanya.

Raut wajah Fio dan Lita spontan berubah sendu. Jika mengingat tentang Yola, bagaimana bisa mereka tidak bersedih hati. Kenyataan hidup membuat gadis itu meninggalkan mereka.

"Yola pindah ke luar negri Kak. Kalau Kak Dika aku gak tau dia dimana." Jawab Fio.

Alvaro mengerutkan dahinya bingung, ia sungguh tak mengerti. Apa ia benar-benar menghilang terlalu lama?. Bahkan hal yang terjadi terhadap orang-orang disekitarnya pun ia tak tau.

"Setelah Mamanya Yola meninggal, ia mutusin buat pindah. Sebelum pindah, Yola mutusin hubungannya dengan Dika. Dan semenjak putus dengan Yola, Dika hilang gitu aja." Perjelas Dani.

"Semakin kesini, gue sadar. Gue benar-benar udah jauh dari kalian."

🌿🌿🌿

Fio mencatat pesanan dari salah satu meja dengan begitu telaten. Hari ini ia kembali bekerja di cafe milik Lita. Memulai hari seperti biasanya.

Langkah gadis itu terhenti dikala melihat salah satu pelanggannya menangis terisak. Tak mau membuat keadaan cafe menjadi buruk, Fio segera melangkahkan kakinya menuju ketempat gadis itu.

"Hei. Kamu kenapa?."

Pertanyaan itu justru membuat perempuan itu semakin mengeraskan tangisannya. Fio gelagapan sendiri, niatnya hanya ingin membantu justru malah memperburuk suasana.

"Jangan nangis. Saya mohon, apa kamu gak sadar kalau kita jadi pusat perhatian." Bisik Fio, mengelus punggung gadis itu singkat.

Fio menarik kursi yang berada dihadapannya, lalu mencoba menenangkan gadis didepannya itu. Cantik, hal itu yang pertama kali difikirkan Fio. Rambut gadis itu yang berwarna pirang mendukung manik matanya yang berwarna cokelat.

"Nama lo siapa?." Tanya perempuan itu.

Fio tersenyum kecil. "Fiorenza Quenzi. Kalau kamu?."

"Fiorenza Quenzi?." Gumam perempuan itu.

Fio yang tak mengerti akan perubahan raut wajah gadis didepannya itu menampilkan cengirannya. "Kenapa?. Namanya gak pantasnya sama wajah aku."

"Gak kok, cocok malahan. Oh iya, nama gue Kania Wilson." Jawab Kania.

Fio menampilkan senyumannya. "Kamu bukan orang sini ya?. Senangnya ada bule mampir ketempat ini."

"Gue blasteran belanda-indonesia." Kania menampilkan senyumannya.

Fio terkekeh pelan, pantasan saja gadis didepannya ini begitu cantik. Memikirkan raut wajah gadis itu membuat Fio mendadak tidak percaya diri. Apa ia masih pantas bersanding dengan Alvaro jika membayangkan masih banyak gadis cantik didunia ini?.

"Fio, pesanannya mana?."

Sorakan itu membuat perhatian Fio teralihkan pada Lita yang tengah berdiri dibelakang meja kasir. Keenakan berbicara dengan Kania membuat Fio lupa waktu untuk bekerja.

"Maaf. Nanti kita cerita lagi ya. Aku mau kerja dulu."

Kania hanya menatap datar punggung Fio yang mulai menjauh. Nama gadis itu masih berputar-putar pada ingatannya. Ia merasa pernah mendengar nama itu.

***
Mohon
Vote
Dan
Comment.

Follow my akun wattpad ya.
Mohon kerja samanya.

MAGNETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang