Bagian 24

245 24 8
                                    

Kamu tau apa yang lebih menyakitkan?.
Membencimu disaat kamu
Tengah membutuhkanku.


Alvaro menyilangkan kedua tangannya pada dadanya, cowok itu hanya menundukkan kepalanya dalam. Diam, membiarkan seorang gadis disampingnya itu larut dalam tangisnya.

Fio perlahan mendorong pintu utama rumahnya. Gadis itu mendesah dikala menatap sebuah pemandangan yang rutin dilihatnya.

Kaki jenjang gadis itu tergerak menuju kearah seorang wanita paruh baya yang sudah berada dibawah pengaruh minuman berakohol. Fio menjongkokkan tubuhnya untuk mensejajari sang mama yang terduduk dilantai.

"Dimana anak saya?."

Kata itu terus disebutkan tante damita. Sungguh, hingga saat ini fio tak paham akan itu. Melupakan hal itu, fio mencoba memapah sang mama.

Ya, Fio mengerti maksud dari Mamanya itu dulu. Seharusnya Ia mencari tau dulu, bukannya malah mengabaikan hal itu. Seandainya Ia lebih peka terhadap perasaan sang mama.

Ia benar-benar anak yang tak berguna. Jangankan untuk dicintai, dikasihanipun ia merasa tak pantas. Mengapa Ia begitu naif, menganggap semuanya baik-baik saja.

"Maaf."

Fio menolehkan kepalanya dikala Alvaro mengucapkan kata itu. Mengapa Alvaro tiba-tiba mengucapkan kata maaf. Apa cowok itu tengah membahas masalah di Fila kemarin?.

"Masalah di Fila kemarin Kak. Soal itu, aku t-"

"Bukan. Masalah lain." Sanggah Alvaro.

Fio mengerutkan dahinya tak mengerti. "Masalah lain?."

"Maaf, dulu gak meluk lo saat lo lagi dalam masalah. Seharusnya gue kejar lo waktu gue gak sengaja liat mata lo yang bengkak dilapangan basket dulu. Maaf, gak bikin lo berhenti kerja paruh waktu walau gue tau lo kelelahan." Perjelas Alvaro.

Fio diam mematung, ucapan Alvaro tadi membuat ia tak dapat berkata-kata. Dari mana Alvaro tau jika ia bekerja paruh waktu?. Dan mengapa cowok itu begitu terdengar tulus.

"Gue tau lo sering diperlakukan gak layak sama Mama lo. Tapi, gue tetap diam aja waktu itu. Seharusnya gue bicarain masalah itu sama lo, tapi gue terlalu pengecut buat hal itu. Gue terlalu tenggelam sama masalah gue sendiri, sampai gak bisa bantu masalah lo." Lanjut Alvaro.

Tanpa aba-aba Fio menubruk tubuh kekar Alvaro dengan pelukannya. Ia semakin menangis terisak, lagi dan lagi Alvaro mengambil hatinya. Tak ada yang bisa Fio lakukan selain memeluk cowok itu.

Fio melerai pelukan itu dikala mendengar Alvaro yang terus batuk tanpa henti. Ia menatap bingung kearah Alvaro yang diam. Melirik apa yang dilihat Alvaro, gadis itu membulatkan matanya kaget.

Darah?. Apa Alvaro baru saja batuk darah. Ada apa ini?. Fio makin tak kuasa menahan tangisnya. Gadis itu refleks berteriak histeris dikala Alvaro tiba-tiba jatuh pingsan dalam pelukannya.

🌿🌿🌿

Fio melihat kedatangan Kania yang terkesan cemas itu. Gadis itu menatap Kania menuntut sebuah penjelasan. Ia sangat yakin jika Kania tau mengenai perihal hal ini.

"A-ada apa ini Kania?. K-kak Varo kenapa?." Tanya Fio terbata-bata.

Kania menghela nafasnya panjang. "Pasti penyakitnya udah makin parah."

Fio membeku tak percaya, apa yang dimaksud oleh Kania dengan penyakit yang makin parah?. Bukankah selama ini Alvaro terlihat baik-baik saja dimatanya. Lalu, apa yang terjadi?

Kania yang mengerti kecemasan yang tengah dirasakan gadis itu menuntut Fio untuk menduduki salah satu kursi yang terletak dirumah sakit itu. Kania mengenggam tangan Fio erat.

Dapat Kania lihat Fio yang mulai larut dalam isak tangisnya, tanpa sadar Kania juga meneteskan air matanya. Ia tau, kenangan antara ia dengan Alvaro tidak ada yang spesial. Namun, ia sangat menghargai itu.

"Gue ketemu sama Alva di rumah Nyonya Jems. Dia seorang ahli psikiater, mencoba membantu orang-orang seperti kami untuk mengatasi trauma yang kami alami." Perjelas Kania.

Fio menatap Kania tak percaya. "K-kamu emangnya kenapa?."

"Lo ingat kejadian Di Fila waktu Itu, gue trauma sama kegelapan Fio. Dulu, waktu umur gue sepuluh tahun, gue diperkosa. Waktu kecil, gue sering main ke kandang kuda sama temen gue. Pemilik kuda itu menghampiri gue, dan gue gak ada masalah sama itu karena dia juga udah kenal gue."

"Tapi diluar dugaan, dia bawa paksa gue. Mata gue ditutup pake kain waktu itu. Dan ya, hal buruk itu terjadi." Lanjut Kania dengan matanya yang sudah memerah menahan tangis.

Fio menatap Kania prihatin. "Lalu, Kak Varo. D-"

"Gue ketemu dia di rumah Nyonya jems. Seorang cowok tampan yang cuek dan ga peduli sama sekitarnya. Dia pernah nyelamatin gue, dan karena itu gue suka sama dia." Ujar Kania.

Kania tersenyum kecil. "Dia sayang banget sama lo Fio. Kalau gue ajak pacaran dia selalu nolak. Bahkan kalau dia lagi sakit,  Fiorenza Quenzi. Nama itu selalu disebut."

"Gue gak bisa jelasin soal penyakitnya, gue udah janji sama Alva. Lo tanya aja sama Tante Arini. Besok, beliau mau kesini."

Kania perlahan bangkit dari posisinya. "Satu hal yang harus lo tau Fio, apapun yang Alva lakuin. Semua itu, hanya karena dia ingin lo bahagia."

***
Mohon
Vote
Dan
Comment.

Follow my akun wattpad ya.
Mohon kerja samanya

MAGNETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang