Sesak di dadanya memburu, amarahnya berada di ujung tanduk. Apa maksudnya Gendis mengirimi pesan seperti itu pada Dzaky?
Selang beberapa waktu, Dzaky kembali ke tempat Delia yang kini memasang wajah kesal.
“Kenapa?” tanya Dzaky.
“Delia harus ke kampus sekarang!” gertaknya seraya berlalu ke luar tempat makan.
“Delia, tunggu dulu! Biar aku anter,” susul Dzaky.
“Gak usah, Delia dah pesen ojek online!”
“Gak bisa gitu, dong! Pesanannya di-cancel aja!”
Rasa-rasanya, dada Delia semakin memanas. Bisa-bisanya Dzaky mengatur hidup Delia sesukanya.
“Kam—argh….” Delia melenguh.
Kepalanya tetiba mendadak pusing, dadanya teramat sesak, pandangannya buram, kaki kanan-kiri pun lemas. Tanganya sontak berusaha mencari topangan.
Brakk!
Delia tersungkur ke atas tanah, pingsan. Dzaky yang berada di depannya pun kaget bukan main. Ia segera meminta bantuan orang lain untuk mengurusnya.
***
Seorang pemuda menggendong tasnya bermalas-malasan. Tatapannya kosong, berulang kali kakinya tersandung tapi tak dihiraukannya. Menyusuri halaman kampus tanpa arah.
“Bang Satria!”
Rehan meneriaki pemuda itu dari depan ruang kelasnya. Yang mendapat panggilan pun hanya menoleh sebentar, lalu menghembuskan nafas kasar. Menghampiri Rehan yang berdiri kebingungan.
Tidak bisanya penampilan Satria seperti ini, ‘tak ada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Rambut yang sedikit gondrong terlihat acak-acakan. Kemeja yang dikenakannya pun tak rapi.
“Kenapa, Bro?” tanya Rehan.
“Gak papa.”
“Bohong! Lu lagi patah hati, ya?”
“Bukan urusan lu.”
“Karena Delia?” tebak Rehan benar.
“Dahlah, gak usah sebut nama dia lagi di depan gua. Dia dah bahagia sama yang lain.”
“Delia selingkuh? Bukannya waktu di warung seblak bapak gue, kalian kelihatan baik-baik aja?”
“Lu mau gua pukul? Ya kali gua macarin adik gua sendiri,” kecam Satria karena kesal dengan kekepoan Rehan.
“HAH? APA? ADIK?” sosornya ‘tak percaya.
Satria sontak menutup kedua telinganya. “Santai dong, elah! Ya ternyata, kita masih sedarah. Jadi, gak mungkin menyatu dalam ikatan pernikahan, dong.”
“Duh, sabar ya, Bang! Gua juga abis putus sama Gendis.”
“Ck, gak nanya!” Satria berlalu ke dalam ruang kelas. Mendudukkan bokongnya ke atas kursi.
“Ya tapi, Bang … ini juga gara-gara lu nyuruh gua deketin Delia. Gimana, sih?”
“Lu kurang duit berapa? Noh, tulis!”
Satria menyodorkan selembar kertas cek dari dalam sakunya dengan malas. Rehan menerimanya dengan penuh semangat. Lalu menuliskan nominal uang yang ia inginkan.
“Oke, aman! Makasih ya, Bang!”
“Hm.”
Satria menghidupkan gawainya, menampilkan aplikasi hijau yang di dalamnya hanya terdapat pesan dari beberapa grup dan satu pesan dari kontak ‘tak diinginkan, Siti. Ia seringkali melakukan spam pesan ‘tak penting setiap pagi, siang, sore, hingga malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhty Barbar Bikin Iman Akhy Ambyar [TELAH TERBIT]
Novela JuvenilBerawal dari hijrah dengan niat yang salah. Mencari perhatian dan cinta dari seorang Aa Bidadara dengan merubah diri menjadi seorang Ukhty tertutup seperti pada umumnya, berusaha keluar dari penampilan sangar. Tapi, kok ... malah jadi barbar? Terlep...