Malam berlalu dengan cepat, diganti pagi yang masih sunyi. Satria sengaja bangun paling awal.
"Rehan, ayok bangun, woy!" ajak Satria pada seorang pria yang masih asik mengumpulkan sisa-sisa puing mimpinya.
"Ck, sabar dong, Bang Satria!"
"Cepet bangun, elah! Mau gue potong gaji lu?"
"Eh-enggak! Iya ... ini juga dah bangun, huwaaahah ...." Rehan atau yang akrab dipanggil Aa Bidadara itu menguap, malas sekali untuk sekadar membuka kelopak mata.
"Lu wudhu aja dulu, gue tunggu di deket sound."
Mereka berlalu ke tempat tujuan masing-masing. Namun, kaki Satria seolah tercekal oleh gerak-gerik seseorang di depan tenda Akhwat, tepatnya di depan tenda kelompok Delia.
"Itu ... bukannya si Dzaky?" tebaknya benar. "Ngapain dia di situ?" sambungnya.
Rasa penasaran yang besar membuat langkah Satria tertuju padanya.
"Woy, ngapain lu di sini?" sapa Satria yang berhasil mengejutkan pria di depannya.
"Sa-Satria! Lu ngapain di sini?"
"Ya elah, malah balik nanya, elu yang ngapain di sini? Gerak-gerik lu kok ... mon maaf, ye, kayak orang mau maling!" selidik Satria.
"Sembarangan tuh mulut, gue cuma mau mastiin kalo Delia tidur nyenyak dan baik-baik aja."
"Emangnya lu siapa? Terniat banget bantuin Delia dari kemaren, hah?"
"Ntar juga tahu sendiri. Yang jelas, gue gak mau kalo sampe Delia jatuh ke tangan lu."
"Jatuh ke tangan gua ... gimana maksudnya?"
Dzaky nyelonong pergi begitu saja, meninggalkan Satria yang otakanya masih dipenuhi tanda tanya.
"Gue harus tanya Delia, takutnya emang tuh tangan abis ngambil sesuatu dari sini."
***
"Allaahu akbar, Allaahu akbar ...!" Satria mulai melakukan percobaan azan pertama, tanpa menggunakan pengeras suara.
"Nah, dah mulai bagus tuh, Bang! Tinggal ditinggiin lagi suaranya," saran Rehan.
"Duh ... kok, jantung gua dagdigdug gini, ya?"
"Biasa itu mah! Gua juga dulu kek gitu pas awal azan. Malah gua azan langsung di Masjid."
"Gua belom berani di Masjid ...," lirih Satria, menundukkan kepala.
"Gak papa, Bang! Namanya juga belajar ya harus bertahap, gua mau baantu lu, kok!" ujar Rehan lembut.
"Tumben lu baik plus bijak?"
"Ya 'kan ada bayarannya, hehe." Rehan cengengesan, menampilkan gigi rapinya. "Dahlah, cepet azan, udah masuk waktu ini," lanjutnya.
Dengan mengumpulkan tekad untuk berubah menjadi pemuda yang sholeh, Satria akhirnya berhasil mengumandangkan azan untuk pertama kalinya. Menyeru para manusia yang masih tertidur pulas untuk segera menjalankan kewajibannya di waktu Subuh.
"... Laa ilaaha illallaah."
Azan yang dikumandangkan oleh Satria terdengar begitu sempurna, banyak pasang mata yang kaget dengan pemilik suara itu. Meski lebih bagus suara Rehan, tapi cukup membuat Delia ternganga.
"Bang Sat, kesurupan jin apaan?" celetuk Delia yang membuat Satria terkejut.
"Apaan sih lu, dateng-dateng dah ngajak gelut!" timpal Satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhty Barbar Bikin Iman Akhy Ambyar [TELAH TERBIT]
Fiksi RemajaBerawal dari hijrah dengan niat yang salah. Mencari perhatian dan cinta dari seorang Aa Bidadara dengan merubah diri menjadi seorang Ukhty tertutup seperti pada umumnya, berusaha keluar dari penampilan sangar. Tapi, kok ... malah jadi barbar? Terlep...