6

106 13 18
                                    



'🦊'

~~~~~~~~~~~~~

Kriekk

Suara pintu yang terbuka mengalihkan fokus pemuda kelahiran Februari yang tengah membaca novel kesukaannya.

Yap. Yang jeongin menyukai novel novel fantasi. Ia memiliki banyak koleksi dan sudah ia baca berulang-ulang.

Mata rubahnya melihat sosok pemuda didepannya, ia mengernyit bingung. Buat apa pemuda ini muncul di dalam kamarnya??


 Buat apa pemuda ini muncul di dalam kamarnya??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain lo disini?"


Sementara yang lebih tua meneguk salivanya, berusaha untuk menahan matanya agar tidak jelalatan ke area yang tentu tidak bisa ia pandang dengan seenaknya.

Yang jeongin, pemuda aquarius itu tengah memakai sweater oversized, membuat setengah dari celana pendek sampai lututnya itu tertutupi.

Dengan posisi duduk menyilang seperti itu, pahanya yang mulus terekspos karena posisi duduknya yang melebarkan kakinya.

Sungguh tergoda hwang hyunjin saat ini.


"Umm.. gue cuman pengen jenguk lo aja" kata hyunjin

Jeongin mengernyit heran, dirinya tak sakit? Dia baik baik saja.

"Maksud lo apa ya? Gua gak sakit"

"Emang menjenguk hanya untuk orang sakit?"

Iya juga ya? Apakah menjenguk cuman untuk orang sakit?

Jeongin tak mengubris perkataan hyunjin dan kembali berkutat dengan novel fantasinya.

Sedetik kemudian ia merasakan ada tangan kekar di pinggangnya, memeluknya dengan erat, tidak. Sangat erat.

"Jauh jauh sana lo. Homo ih"

"Laki laki berpelukan. Gasalah kan? Toh lu juga sering pelukan ama daehwi."

Iya juga ya? Kenapa ia seperti menganggap 'lebih' perlakuan hyunjin kepadanya? Apakah sebab insiden 'kantor polisi' itu? Entahlah jeongin bingung.

Jeongin meremang.. ada suatu sentuhan yang membuatnya seperti ini.

Jeongin dapat merasakan tangan hyunjin menelusup masuk kedalam sweater yang ia pakai. Meraba perut ratanya, dan sesekali mengecup lehernya.

Jeongin sudah keringat dingin. Ia sudah mengakui ia tidak homo bukan? Tapi kenapa.. kenapa dirinya menyukai sentuhan sentuhan pemuda kelahiran maret itu?

"H-hyunjin...?"

"Hm..?"

Suara rendah itu.. bulu kuduk jeongin berdiri karenanya.

Ditambah nafasnya yang menyapu area leher jeongin.. membuat jeongin merasakan geli di setiap nafasnya.

"Bisa berhenti gak lo.. i-ini udah gak normal buat cowo yang g-gak homo hyunjin"

"Lo gabakal terangsang cuman gara gara gue raba raba perutmu jeongin.. kecuali..  lo emang homo." Ucap hyunjin, masih melanjutkan aktivitasnya untuk meraba raba perut rata jeongin. Sesekali mengusap lembut pinggangnya juga.

"Bohong.. m-mana ada gue terangsang.. b-bangsath" erang jeongin, rupanya tangan hyunjin sudah merambat ke area dalam pahanya.

Buku novel yang dipegang jeongin sudah disingkirkan oleh hyunjin. Tangan jeongin sudah merambat ke pundak hyunjin, meremasnya ketika hyunjin membuat tanda kepemilikan di leher jenjangnya.

Hyunjin menyeringai di tengah tengah aktivitasnya. Ia mengecup pelan tanda kepemilikan yang ia buat tadi, lalu melenggang pergi keluar kamar.

Jeongin kesal. Ia merasa dipermainkan kalau seperti ini.

Saat itu juga ada kepala yang menyembul keluar dari belakang pintu. "Oh ya, jangan lupa ditenangin ya adeknya. Dah diri tu" ucap hyunjin lalu lari keluar kamar.

Jeongin melihat kebawah. Dan benar. Sesuatu di dalam sana bangkit. Tercetak jelas dibalik celananya.


"HWANG HYUNJIIIIIING"



.
.
.
.



Sekarang jeongin, bundanya, dan hyunjin tengah makan bersama.

Jeongin yang biasanya selalu mengajak ngobrol bundanya ketika makan, membungkam mulutnya sendiri karna takut salah bicara.

Bagaimana tidak? Ia baru saja dimarahi karena 'merubah' nama pemuda kelahiran maret yang lebih tua didepannya ini menjadi sebuah umpatan.

Alhasil jeongin dimarahi habis habisan oleh bundanya.

"Bunda besok kerja, bunda titip rumah dan kamu ke hyunjin aja"

Jeongin tersentak mendengar penuturan dari bundanya itu, "Ih bunda kenapa harus sama hyunjin sih? Kan jeongin bisa jaga rumah sendiri."

"Bunda takut kamu sendiri habis itu kemalingan. Badan kamu mungil gitu sok sokan mau jaga rumah"

Hyunjin yang mendengar itu pun sontak menahan ketawanya yang membuat nasi dimulutnya muncrat berapa biji.

Jeongin yang kena muncratan hyunjin pun lamgsung menyemprot kata kata pedasnya. Memarahi hyunjin tanpa ampun karena membuat kulit mulusnya 'rusak' katanya.

Bunda jeongin yang mendengarkan pertengkaran antara anak dan pacar anaknya itu pun hanya bisa menggeleng pelan, khawatir bagaimana nasib rumahnya jika dijaga oleh duo oleng ini.

.
.
.
.

Malam itu malam yang sangat dingin. Hyunjin terbangun karena ingin menaikkan suhu aircon di kamar jeongin ini.

Pemuda itu bangun tak mendapati jeongin disebelahnya, padahal ia berani bersumpah ia memeluknya tadi malam, memandangi muka tidurnya yang terlihat sangat polos, mengusap lembut surainya— sudahlah kalian tak perlu tau.

Mungkin dia ada didalam kamar mandi? -hhj

Hyunjin segera menaikkan suhu aircon dan mengetok ngetok pintu kamar mandi. Karena dirinya sendiri juga sudah menahan pipis karena dinginnya kamar jeongin malam ini.

"Je.. Je! Bukain dong gua juga kebelet pipis ni!"

Tak ada sahutan.

Hyunjin menunggu dan terus menunggu. Selagi memegang asetnya yang terus menahan untuk tidak meluarkan air kencingnya.

Srettt

Suara seseorang masuk melewati jendela.

Hyunjin panik. Ia ingin berteriak, tetapi niat itu dia urungkan karena melihat siapa orang itu.

Ia kenal betul siapa itu. Matanya yang indah, badannya yang mungil, dan surainya yang selalu terlihat rapi.

Tetapi orang itu.. berlumuran dengan darah.. dengan pisau ditangannya.

Hyunjin menatap marah kepada orang itu. Orang itu hanya menunduk, enggan untuk sekedar bertatap mata dengan pria kelahiran maret itu.

"What did i say about killing people hm?—









—you won't listen to me eh? I need to teach this little fox a lesson."



~~~~~~~~~

Maap ye segini dulu.

Daku sibuk huhu.
Nanti besok aku up lagi deh😔😔

•innocence• {} 현진|정인✨Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang