CHAPTER 01 ¦¦ First Time

176 65 8
                                    

Not just rely on strength, but how do you survive in a wild place

Not just rely on strength, but how do you survive in a wild place

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dari Awal gua baca nih buku, gak ada satupun yang gua mengerti."

Seorang pria menggaruk garuk belakang kepalanya yang basah akibat keringat. Sudah satu jam ia mencoba memahami sebuah teori dari buku tebal bertuliskan Technicall master of Biology. Hampir seratus kali pula mengulang bacaan demi bacaan. Tidak mengerti maksud dari bukunya, ia memilih untuk menyudahi lalu menghela nafas tanda kelelahan.

"Sumpah, nyerah njir gua." Ucap pria itu seraya mengangkat tangan.

Lelaki yang tengah duduk di kursi belajar hanya terkekeh melihat temannya yang tampak payah "Ceritanya lo Up bro?." Padahal, Albert Einsthein berhasil jadi orang hebat itu berkat kegagalan yang berulang ulang!"

Pria itu mendengus kasar. "Susah kalo bukan dibidangnya. Sekalipun maksain, bisa bisa otak gua gempor nanti."

"Lieur oy pala gua." Pria itu menggebuk kepalanya yang pening.

Agaf menutup Macbook-nya. Lelaki berpostur tinggi itu memutar kursinya menghadap Kevin. "Lebay lo." balas Agaf.

"Semua manusia itu diciptakan berbeda beda, gaf. Ada yang pinter di bidang ini, ada yang pinter di bidang itu. Seperti gua dan lo. Kita dua orang yang berbeda." Celoteh Kevin hingga Air lurnya muncrat kemana mana.

Agaf menaikkan sebelas alisnya.

"Maksudnya Berbeda itu, Gua suka Otomotif, lo suka Biologi." Kevin berdiri. Pria berkulit sawo matang itu mendekati jendela kamar lalu membukanya.

"Jadi, kesimpulan lo?" Agaf meninggalkan Meja belajar lalu ikut mendekati kevin yang memilih berdiri disana.

"Gua cuma handal di Otomotif, bukan di Biologi. Begitu pula lo cuma bisa di bidang biologi tapi tidak untuk otomotif."

Tangan Agaf bergerak merangkul bahu Kevin, Sahabat kecilnya. Pria itulah yang menemani Agaf hingga sekarang. Setelah Agaf berpisah dengan kedua orang tua untuk selamanya.

"Kita berbeda, bukan berarti kita harus gak bisa,Vin!" Ujar Agaf. "Gua emang suka Biologi, tapi apa mungkin gua harus bisa itu doang? Gua juga harus bisa handal di bidang lain." Kemudian dia terkekeh.

"Gua yakin lo mampu. Meskipun gak langsung bisa." Agaf menyenggol lengan Kevin. "Lo juga bersedia kan ngajarin gua ngerakit rakit motor? Lo kan udah ahlinya. Gua juga kan mau ahli Otomotif juga" Hiburnya agar Kevin Ceria.

"Bisa banget ya lo jadi orang. Tenang, Pasti gua ajarin sampe lo bisa. Apa sih yang enggak buat sahabat gua yang satu ini." Kevin terkekeh, Matanya sangat sipit bila tertawa.

Angin laut menghembus kencang dari jendela kamar Agaf. Hingga menimbulkan suara Berisik pada pintu kaca yang saling menubruk tembok. Malam ini Agaf dan Kevin belum tidur. Padahal hari sudah cukup larut. Sebiasanya setiap pukul sembilan malam mereka sudah tidur. Tapi malam hari ini mereka masih kelihatan segar dan belum mengantuk.

THE SIRÉN ( Naiad Story With Humans )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang