18. Berdua?

97 18 7
                                    

Happy reading!

Mereka sudah duduk berhadapan dengan mertua. Citra dan Nathan duduk berdua di satu kursi panjang, duduk agak berjarak sedikit. Citra dan Nathan masih grogi ya karna maklum lah pengantin baru.

"Ada apa pa?" Tanya Citra.

"Kami sepakat bahwa kalian akan tinggal di rumah kalian sendiri"

"Kalian harus belajar mandiri supaya gak tergantung terus sama kami. Kalian sudah besar dan pastinya kalian sekarang sudah menikah. Kalian sekarang adalah keluarga kecil" ucap Cipto

"Tapi pa.. Citra mau tinggal sama kalian. Boleh yaa pa " ucap Citra memohon.

"Nathan kamu mau kan menjaga anak om yang sekarang sudah menjadi istri kamu" ucapan Citra tak di hiraukan, malah Cipto menanya sama Nathan.

"Iya om. Eh papa iya saya akan menjaga dan menjadikan anak papa sebagai istri saya" ucap Nathan tegas tapi sopan. Dan pastinya ada sedikit senyum.

Citra diam diam melirik ke Nathan. Sedikit terhipnotis oleh senyumannya. Seketika kekagumannya buyar dan itu di sebabkan oleh gengsi. Tak mau terlihat kagum.

"Gak usah di lihat-lihat ntar naksir" ucap Nathan yang membisik di telinga Citra. Karna suara berat dan hembusan yang menerpa telinganya membuat Citra tiba-tiba merinding olehnya.

Citra tiba-tiba kikuk. Nathan mengubah posisinya seperti tidak terjadi apa-apa. Citra yang sudah panas dingin olehnya.

"Citraaa.. kamu tenang aja kami sudah ada rumah yang kalian tempati nanti. Itu rumah kami dulu waktu awal setelah nikah, rumahnya masih layak pakai kok fasilitasnya juga ada. Kalian tak perlu khawatir kalo ada apa-apa sudah ada pelayan dirumah" ucap Winda yang menjelaskan tentang rumah yang akan di huni oleh Nathan dan Citra nanti.

Citra masih diam dan memikirkan apakah dia pergi bersama Nathan suaminya atau tinggal di rumah mamanya. Tapi kan Citra juga udah menjadi seorang istri dan sudah memiliki suami yang di sebut sebagai muka es dan notabet sebagai ketua OSIS di sekolah Tunas Bakti.

"Lama banget jawabnya kebo" bisik Nathan

Hal itu membuat Citra langsung melotot dan melirik ke Nathan. Apa apaan ngatain Citra kebo. Citra mendengus dan menjawab pertanyaan dari papanya tadi.

"Iya pa Citra mau tinggal di tempat rumahnya mama Winda sama Nathan. Papa betul Citra harus jadi mandiri iya pahh" jawabnya dengan yakin.

"Oke besok kalian kemas-kemas barang yang dibutuhkan saja" ujar Cipto mengintrogasi.

"Baik pa" jawab mereka rentak.

****

Acara sudah selesai dan keluarga Nathan sudah sampai dirumah. Tepatnya malam hari dan mereka beristirahat karena hari ini rasanya melelahkan.

"Nathan" panggil Fanto ayahnya Nathan

Nathan hanya melihat papanya."kenapa pa?"tanya Nathan.

Mereka berdua berhadapan. Cipto yang melihat anak semata wayangnya ini dan yang menjadi kebanggaan keluarga sudah menjadi seorang kepala keluarga dan sudah menjadi suami juga pastinya.

"Selamat ya. Semoga pilihan kami adalah yang terbaik buat kamu. Jaga dia, jangan apa-apakan dia sebelum selesai SMA. Jangan sekali-kali kamu buat seorang wanita menangis karena air mata wanita itu adalah berlian yang sangat berharga. Jangan sampai berlian itu jatuh karna kesalahan." Ucap Fanto mengintrogasi Nathan sambil memegang kedua pundak Nathan.

"Siap pa Nathan akan jaga air mata wanita ini tidak akan jatuh oleh kesalahan saya." Jawab Nathan tegas.

Winda yang awalnya melihat percakapan antara suaminya dan anaknya ikut turut senang olehnya. Sekarang mereka sudah ada menantu dan sebentar lagi dia akan menimbang cucu.

CITRA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang