ᴬᵏᵘ ʳᵃˢᵃ ᵏᵃˡⁱᵃⁿ ᵗᵃʰᵘ, ᵇᵃᵍᵃⁱᵐᵃⁿᵃ ᶜᵃʳᵃ ᵐᵉⁿᵍʰᵃʳᵍᵃⁱ ᵏᵃʳʸᵃ ˢᵉᵒʳᵃⁿᵍ ᵖᵉⁿᵘˡⁱˢ :⁾
ᴴᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ~Seberapa banyak waktu yang kau perlukan untuk menghapus kenangan buruk yang telah banyak melecuti hati mu. Bagaimana caramu menghapus rasa sakit tersebut, memaafkan nya, hingga berakhir membuat dirimu baik-baik saja dan tinggal dengan perasaan damai di dunia ini.
Agaknya min hwara itu terlalu polos, ia bahkan menerima semua beban berat yang seharusnya tak ia pikul di usianya yang masih sangat belia. Yoongi ingat betul, saat ia menentang dan memperingati sang adik beribu kali pun, pada akhir nya hwara hanya akan tersenyum pada nya seraya berkata.
"aku tidak apa-apa kak..aku tahu semua keputusan yang ibu berikan itu baik untuk ku. Jadi aku harus menerimanya.. dengan perasaan bahagia, bukan"Yoongi bahkan heran, kenapa sang adik selalu saja meyakinkan dirinya jika semuanya akan baik-baik saja, jika dirinya bahagia dengan keputusan ini. Bahkan saat ia belum sempat memilih, menyusun, juga berhayal tentang mimpi nya di masa depan. Semuanya telah terenggut lebih dulu oleh perjodohan bodoh yang diterima nya begitu saja dengan lapang dada. bahkan yoongi tau dengan amat sangat jelas. Jika hati sang adik hancur, ia telah menyimpan luka dengan amat banyak. Menimbun nya sendiri, hingga membuat yoongi membayangkan hal terburuk yang akan di lakukan hwara jika gadis itu tetap diam dengan senyuman terlampau manis yang sering ia tunjukan.
"kakak...nanti ibu akan menunggu kita dimana? Apa dia akan datang ke rumah? Apa ibu akan menginap di sini dan tidur bersamaku?" hwara sedikit melirik ke arah Yoongi yang duduk di atas ranjang milik nya, sedangkan ia duduk di bawah. Dengan yoongi yang sedang sibuk membantu mengeringkan rambut sang adik menggunakan handuk.
Yoongi seketika tersadar saat hwara melemparnya dengan sebuah pertanyaan. Membuatnya berdeham singkat, dengan tangan yang masih sibuk mengelus pelan helai rambut sang adik.
"ibu akan menunggu kita di sebuah kafe. Kakak tidak tahu dimana letak nya, tapi nanti ibu akan mengirimi pesan."
Hwara terdiam saat jawaban sang kakak nampaknya tidak sejalan dengan ekspetasinya. Sesegera mungkin ia mengukir senyum lembut nya,
Tak apa hwara..harusnya kau bahagia, ibu akan bertemu dengan mu hari ini. Ingat! Kau tak boleh menuntut banyak darinya.Hwara memperingati dirinya sendiri. Sebab, kerap kali perasaan rindu yang tiba tiba saja naik ke permukaan membuat hwara lebih sering berkhayal tentang banyak hal manis yang akan ia dan sang ibu lakukan. Walau, pada kenyataan nya ia akan ditampar kembali oleh realita yang begitu kejam.
"jadi kita mau langsung pergi ke kafe kak?" hwara memutar tubuh nya, menghadap yoongi yang kini tengah meletakkan handuk kecil di sisi ranjang.
"tidak. Kita harus pergi untuk check up hari ini, sudah jadwal nya."
Hwara mengernyit. "lagi? Kakak.. ayolah aku sudah bosan datang ke rumah sakit terus, di sana tidak enak. Bau obat nya sangat menyengat dan membuat ku pusing." hwara mengeluh dengan wajah yang tertekuk masam.
"kita Harus melakukan nya hwara. Kau ingin sembuh,kan?" yoongi menangkup pipi sang adik seraya memasang senyum paling hangat. Mencium kening nya singkat, seraya melanjutkan, "apapun akan kakak lakukan demi kesembuhan mu hwara. Apapun itu."
Pernyataan itu nyatanya membuat hwara terdiam, menatap yoongi dengan tatapan sendu Yang seketika membuat hati yoongi terasa seperti dicabik.
"bagaimana jika aku tidak bisa sembuh kak? Bagaimana jika aku akan-"
"ssshh...jangan bicara seperti itu." yoongi menarik sang adik ke dalam pelukan. Dan dapat yoongi rasakan kedua bahu hwara bergetar hebat di dalam pelukan nya. Di Sertai Isakan kecil yang seketika membuat hati yoongi makin terasa dicabik-cabik. Seharusnya tidak begini, sudah cukup sang adik menderita diam-diam. Ia tak boleh menumpahkan air matanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
Fanfictionᴱᵛᵃⁿᵉˢᶜᵉⁿᵗ ᵖᵃʳᵏ ʲⁱᵐⁱⁿ Saat semua kebahagiaan di renggut terlalu cepat sampai-sampai min hwara tak bisa merekam apapun pada memori nya, sekeras itu pula takdir mengirim setiap luka pada setiap langkah kecil nya. Hingga suatu hari, saat hwara fikir k...