ᴬᵏᵘ ʳᵃˢᵃ ᵏᵃˡⁱᵃⁿ ᵗᵃʰᵘ ᵇᵃᵍᵃⁱᵐᵃⁿᵃ ᶜᵃʳᵃ ᵐᵉⁿᵍʰᵃʳᵍᵃⁱ ᵏᵃʳʸᵃ ˢᵉᵒʳᵃⁿᵍ ᵖᵉⁿᵘˡⁱˢ :⁾
ᴴᵃᵖᵖʸ ʳᵉᵃᵈⁱⁿᵍ~
Hwara berjalan dengan santai sembari mengeratkan mantel hangat yang menempel pada tubuh nya. Menatap presensi sebuah rumah mewah yang berada di hadapan nya, Lalu langkah kakinya berhenti dengan perlahan saat sudah berada di ambang pintu bangunan tersebut, sembari mengulas senyum tipis. Jemari kecil nya mulai memencet bel dengan hati-hati.
Udara dingin dengan suasana malam yang sunyi membuat hwara merasakan perasaan damai juga lelah di waktu yang bersamaan. Netra nya mengerjap lembut saat menatap daun pintu yang masih setia mengatup rapat, Lalu saat tangan nya terangkat hendak memencet bel sekali lagi, pintu yang berada di hadapan nya terbuka dengan perlahan. Menampakkan sosok seorang wanita paruh baya yang tersenyum lebar saat netra mereka sama-sama bertemu.
"omo! Hwara-ya, kau datang sayang..pas sekali bibi sedang membuat sup. Mari masuk." sapa nyonya jeon. Ibu dari sahabat nya jeon Jungkook dengan sangat ramah.
Wanita itu bahkan memeluk hwara selama beberapa detik sebelum membuka pintu lebih lebar guna menyambut kedatangan sang gadis.
"kenapa jarang berkunjung ke sini? Kau tahu, bibi sangat merindukan mu." hwara terkekeh saat nyonya jeon bertanya dengan wajah yang tertekuk di hadapan nya.
"rasanya terakhir kali aku berkunjung ke rumah ini tiga hari yang lalu. Dan bibi berbicara seakan-akan aku tidak pernah berkunjung selama satu bulan saja." hwara ikut terkekeh, rasanya sudah lama sekali gadis itu tidak tersenyum tanpa beban bahkan merasa bahagia seperti sekarang.
Lalu, dari arah ruang tamu tuan jeon datang dengan kaca mata baca yang bertengger di hidung mancung nya.
"yeobo apa--eoh, hwara.. kapan kau datang nak?"Hwara membungkuk saat tuan jeon sudah berada di hadapan nya.
"baru saja paman. Senang bertemu dengan mu, bagaimana kabarmu?" hwara tersenyum hangat saat tuan jeon berjalan ke sisi kiri nya seraya mengelus surai sepunggung nya dengan penuh kasih."paman baik-baik saja, bagaimana dengan mu?"
"aku.. setelah bertemu dengan kalian aku merasa lebih baik dan sangat bersemangat."
Tuan dan nyonya jeon tertawa lepas saat hwara dengan lugu nya berkata demikian. Kendati ia tengah mengatakan sebuah bualan jika keadaan nya baik-baik saja. Namun hwara tak menyesalinya dan ikut tertawa lepas. Di tempat ini, di rumah ini, dan hanya di sini hwara bisa merasakan arti sebuah keluarga. Hwara bisa merasakan apa makna dari kata seorang ayah,ibu, dan hanya di sini hwara bisa merasakan kasih sayang yang tak pernah ia dapatkan dari kedua orang tuanya. Kehidupan layaknya seorang anak yang bisa merasakan bahkan mungkin merekam semua kejadian juga perasaan yang di sebut dengan cinta. Sebab Jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam hwara sangat menyayangi sepasang suami istri yang ada di hadapan nya. karena berkat mereka, hwara bisa tumbuh dengan didikan yang baik sebab mereka yang telah membantu merawat nya dengan penuh kasih. kendati mereka telah dikaruniai seorang anak. Namun Tuan dan nyonya jeon tak pernah merasa terbebani dengan kehadiran hwara. Bahkan mereka menyayangi nya seperti anak mereka sendiri.
Ah..menyedihkan sekali, bukan?
Dan setelah acara makan malam sederhana disertai perbincangan hangat mereka setengah jam yang lalu selesai, kini hwara tengah berada di balkon kamar milik sang sahabat. Manik cerah nya menatap antusias pada hamparan langit yang begitu luas bagai tak memiliki ujung, disertai dengan bintang yang berkelap-kelip membuat nya mengulas senyum tipis.
"sedang mencari bulan?" suara berat itu menyambangi kedua rungu nya. Hwara menoleh, mendapati jeon Jungkook yang tersenyum kelewat manis padanya, melangkah perlahan, lalu berakhir mendaratkan bokong nya pada sofa kosong yang tepat berada di sisi hwara. Tatapan nya juga ikut menatap hamparan langit yang begitu mempesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
Fiksi Penggemarᴱᵛᵃⁿᵉˢᶜᵉⁿᵗ ᵖᵃʳᵏ ʲⁱᵐⁱⁿ Saat semua kebahagiaan di renggut terlalu cepat sampai-sampai min hwara tak bisa merekam apapun pada memori nya, sekeras itu pula takdir mengirim setiap luka pada setiap langkah kecil nya. Hingga suatu hari, saat hwara fikir k...