As fast as flowers in spring
.
.
.Isi kepala seorang jeon Jungkook terasa kacau--sekacau telaga yang baru saja diaduk, dadanya kian sesak di setiap detik, pelupuk matanya memanas saat kembali menyadari fakta jika dirinya telah di tolak mentah-mentah oleh seorang gadis yang paling ia sayangi setelah sosok ibunya.
Iris rusanya menatap sendu pada sebuah ruangan yang ada di seberang balkon kamar nya, tepatnya pada balkon milik hwara yang terlihat begitu gelap, bahkan Sinar lampu yang biasanya menerangi sang gadis setiap malam di seberang sana kini padam. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, dan Jungkook rasa hwara sudah terlelap ke dalam alam mimpi nya.
Pemuda itu masih diam di tempat, tangan nya sibuk mencengkram erat pembatas balkon. Dengan perlahan, kotak memorinya menghantar Jungkook pada kejadian-kejadian masa lalu. Berlomba-lomba untuk di putar, hingga kepalanya berdenyut nyeri saat merasakan pening seketika menghantam. Perut nya mendadak mual, dengan cairan bening yang telah menumpuk kecil pada pelupuk mata bulat nan indah milik nya.
Apa yang harus kulakukan?
Ia membatin lirih, memutar otak guna mendapat sebuah jalan keluar. Ia harus berpikir secara dewasa, ia tak ingin meninggalkan sekaligus melupakan hwara. Jeon Jungkook tak akan pernah bisa melakukan hal itu. Tak akan pernah.
Angin musim dingin berhembus semakin kencang, suhu semakin turun. namun pemuda itu nampak menikmati sensasi dingin yang seolah menjadi serpihan beling dan menusuk kulit putih nya. Rasa sakit juga sepi ini tidak sebanding dengan perasan luka juga hampa di hatinya. Semuanya terasa kosong, yang ada hanyalah nama, serta wajah seorang min hwara yang terus berputar-putar di dalam kepalanya hingga membuat Jungkook memijit pelipisnya pelan.
kelang beberapa detik, rungu nya mendengar suara sandal rumah yang beradu dengan lantai marmer yang semakin terdengar jelas di detik-detik berikutnya, ia lantas menoleh, mendapati presensi sang ibu yang berjalan mendekat, tersenyum hangat--sehangat matahari di pagi hari yang membuat Jungkook seketika ikut mengembangkan senyum milik nya.
"putra ibu belum tidur? Padahal sudah larut loh nak. Ingat, begadang tidak baik untuk kesehatan."
Sang ibu membuka suara seraya mendaratkan bokong di sofa yang berada di balkon kamar sang putra."tadi Jungkook sudah tidur Bu, tapi tiba-tiba terbangun." dusta nya seraya tersenyum kecil, tak menyentuh mata. Membuat sang ibu hanya bisa tersenyum lembut, lalu menatap nya lekat.
Jungkook lantas berjalan mendekat. Mendaratkan bokong nya di sisi sang ibu. Dengan punggung yang ia sandarkan pada dinding sofa."ah, iya..kenapa ibu jarang sekali melihat hwara berkunjung ke rumah. Apa kalian bertengkar?" tanya sang ibu dengan satu alis terangkat. Sontak membuat Jungkook sedikit terkesiap seraya menggeleng kan kepala nya cepat-cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
Фанфикᴱᵛᵃⁿᵉˢᶜᵉⁿᵗ ᵖᵃʳᵏ ʲⁱᵐⁱⁿ Saat semua kebahagiaan di renggut terlalu cepat sampai-sampai min hwara tak bisa merekam apapun pada memori nya, sekeras itu pula takdir mengirim setiap luka pada setiap langkah kecil nya. Hingga suatu hari, saat hwara fikir k...