*2🐻

5.2K 484 46
                                    

.
.
.
.
.

Angst 💦

Hinata memasuki sebuah apartemen sederhana setelah melewati beberapa lorong kecil itu. Sosok bertubuh mungil itu secepat mungkin ingin sampai ke rumah dengan sebuah senyum lebar di wajahnya. Tangannya menenteng bungkusan makanan itu, tapi ia tidak menyadari beberapa perampok yang memang selalu berkuasa disana.

Hinata di cegat oleh kerumunan orang yang lebih besar darinya itu. Hinata mundur beberapa langkah hingga terduduk. Makanan yang dibawanya seketika berserakan di sekitarnya. Ia memandang takut takut membuat para perampok itu ingin mempermainkan sosok mungil itu. Hinata menelan kuat kuat ketakutannya, bagaimanapun ia harus lepas. Hinata tidak ingin mereka memperkosa Hinata.

Srek!

Dengan gerakan cepat Hinata segera berdiri dan melesat melewati kerumunan perampok itu, untung saja gerakan nya lincah dan tubuh nya mendukungnya. Hinata berlari secepat cepatnya tidak mempedulikan makanan itu lagi. Kali ini pun ia harus selamat!

Hinata bersembunyi di balik tembok. Ia menghela nafas berkali kali. Ia lupa kalau perampok selalu ada di lorong sempit ini. Dan mereka selalu mengincar sosok yang lemah, Hinata juga termasuk. ia mengutuk tubuh nya yang kecil dan wajahnya yang manis sehingga menjadi incaran empuk para pria itu.

Seharusnya Hinata bersembunyi dan berjalan pelan seperti biasa agar tidak ketahuan oleh mereka. Namun karena terlalu senang dengan makanan itu, Hinata menjadi lupa dan kebablasan. Hinata lupa ia itu hanya lah seorang diri, tidak akan ada yang mau menyelamatkan nya dan Hinata tidak pantas untuk bahagia.

Hinata mengeleng kuat Berusaha menyingkirkan semua pemikiran itu. Ada ibu, ia harus memikirkan ibu. Setelah dirasa aman. Hinata bergerak keluar. Dilihatnya bekas kantong plastik yang terdampar disana. Makanan nya sudah diambil oleh mereka. Hinata hanya menghela nafas pasrah, gimana lagi?. Mungkin itu bukan keberuntungan nya.

Disini sangat sempit dan kotor. Semuanya membutuhkan makanan dan uang untuk hidup. Termasuk Hinata penghuni apartemen nya itu. Sejak ibu meninggalkan rumah, rumah itu menjadi benar benar sangat sepi. Hinata awalnya tidak terbiasa tetapi lama kelamaan ia menjadi terbiasa. Terpaksa tentunya.

.
.
.
.
.

Hinata melihat apartment kecil disana. Agak pojok, ia harus menyembunyikan keberadaan rumahnya ini. bisa bisa Hinata akan dikejar di rumah ini juga. Hinata membuka pintu yang menampilkan suasana kosong khasnya. Tidak ada siapapun, Hinata mengunci pintu dan membuka sepatu nya.

Hinata tetap menampilkan senyum lebar, hanya sebuah senyum yang sama sekali tidak ada arti. Itu hanya di tujukan nya sebagai tanda kalau ia baik baik saja. Ia hanya berusaha tetap terlihat bahagia, padahal Hinata sama sekali tidak pernah merasakan itu.

Keberadaannya kosong, Hinata bahkan sudah lupa bagaimana bermain bola Voli saking lamanya tidak bermain. Senyum lebar yang selalu menghiasi wajahnya otomatis itu sekarang berubah menjadi siksaan. Hinata tersiksa dengan kehidupan ini, ia ingin mati tapi ibunya masih dirawat. Ada kesempatan untuk sembuh.

Tapi itu sangat kecil, siapa sih yang mau mendonorkan ginjal secara cuma cuma. dan lagi uang. Yah selembar kertas yang membuat Hinata bekerja begitu keras. Hinata mengingat lagi tubuh renta ibu yang terbaring lemah di kasur rumah sakit.

Sudah 10 tahun sejak hari itu. Sejak Hinata kehilangan segalanya. Sejak ibu jatuh untuk pertama kalinya di lantai rumah ini..Dan untuk terakhir kalinya ibunya Hinata membuka mata. Setelah itu ibu Hinata selalu tertidur dengan nyenyak nya seolah sama sekali tidak ada beban. Hinata melayangkan senyum sedih, air hangat membanjiri wajah manisnya itu.

Sepi sekali, Hinata menunduk. Membiarkan dirinya menangis tanpa suara. Tidak ada siapapun disini, tidak ada siapapun yang akan menghibur nya. Disaat seperti ini barulah Hinata akan meluapkan semua kesedihannya itu. Itu memalukan, ia lelaki tetapi masih cengeng seperti ini.

Hinata masih mengingat betapa banyaknya kenangannya bersama ibunya di rumah kecil ini. Meskipun kecil Hinata sangat bahagia. Seolah Hinata adalah anak terbahagia disini. Ia memiliki mimpi sebagai pemain voli dan itu di dukung oleh ibu, ibu yang kuat.

.
.
.
.
.

Semua itu seketika sirna, semua mimpi yang ia ingin capai. Sampai semua temannya juga ikut meninggalkan nya. Hinata tidak tau lagi apa itu bahagia, itu terasa sangat asing. padahal Hinata yakin dulunya ia sangat bahagia. Rasanya kosong, hampa dan suram. Ia rindu ibu, ia menyayangi ibu. Kapan ibu akan membuka matanya?

Atau setidaknya biarkan Hinata berharap , semua ini hanyalah sebuah mimpi buruk. Suatu saat Hinata akan terbangun dan semuanya akan baik baik saja. Itu sama sekali tidak mungkin kan?, Ini adalah kenyataan. Kenyataan pahit yang harus Hinata telan dan terima mau tidak mau , suka tidak suka. Hinata tau betul tentang hal itu, ia hanya berusaha melarikan diri dari kehidupannya yang sungguh menyedihkan ini.

Menganggap semuanya baik baik saja, tidak bisa. Sampai kapan Hinata akan bertahan. Toh semuanya akan tau betapa suram nya dirinya. Dirinya yang tidak lagi memiliki kebahagiaan ataupun tau apa itu kebahagiaan. Dirinya yang tidak diinginkan oleh Siapa siapa.

Hinata memeluk dirinya. Merapatkan tangannya memeluk lengan nya sendiri. Ia tidak butuh siapapun. Hinata bisa melakukan semuanya sendiri. Jika tidak ada siapapun yang ada di pihak Hinata. Maka Hinata akan melakukan semuanya sendiri. Hinata bisa, Hinata kuat, Hinata... bahagia.

.
.
.
.
.

Kehangatan itu palsu, itu hanyalah sebuah kebohongan indah yang dibuat oleh Hinata. Nyatanya ia tidak baik baik saja, ia tidak bisa bahagia. Hinata ini lemah, ia tidak kuat. Kesepian ini serasa membunuh Hinata. Kesendirian ini membuat hinata merasa seperti ada di ruangan tanpa batas. Tanpa siapapun, hanya ada kegelapan.

Apa ia bisa berharap akan bertemunya kebahagiaan?, Setelah semua ini. Apa pada akhirnya Hinata akan bertemu kebahagiaan lagi?, Apa ada seseorang yang mau menemani Hinata yang suram ini?

Hinata yang munafik ini?

Hinata yang miskin ini?

Hinata tertawa garing menertawakan berbagai kebohongan dan penderitaannya itu. Sangat menyakitkan, namun lagi lagi Hinata menyadari tidak ada siapapun disisinya. Mereka semua pergi meninggalkan Hinata sendirian dan perlahan dunia nya berubah menjadi hitam. Sakit , sepi , seorang diri. Tidak adakah yang mencintai Hinata?, Tidak adakah yang menginginkan Hinata?, Apa...... itu bahagia?

Apa Hinata tidak pantas bahagia?

.
.
.
.
.

🐻You x Me🐻 (KageHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang