*12🐻

2K 239 3
                                    

.
.
.
.
.

Setelah sampai ke rumah sakit yang dimaksud oleh Hinata. Hinata langsung bergegas keluar masuk kerumah sakit tanpa mempedulikan apapun. Kageyama segera mengunci mobil dan ikut menyusul Hinata yang berlari sangat cepat. Untung saja ia bisa mengimbangi Hinata yang berlari sangat kencang itu. Hinata langsung bertanya kepada dokter di salah satu ruangan yang baru saja keluar.

Kageyama menatap dalam diam. Ia juga cemas dengan kondisi Hinata yang tampak sangat berantakan. Hinata segera bertanya dengan sangat cemas pada salah satu dokter yang biasanya menangani ibunya. Jantungnya berdebar sangat kencang karena takut kehilangan sang ibu. Peluhnya sangat banyak, ia juga belum sempat sarapan karena langsung berlari kesini. Badannya sangat lemas tetapi ia masih lebih mementingkan kondisi ibunya sekarang ini.

"Ba..bagaimana kondisi ibu saya dok?" Tanya sosok mungil itu dengan sangat khawatir. Dokter yang biasanya menangani ibunya itu hanya mengeleng lemas sehingga membuat Hinata tersungkur begitu saja di lantai rumah sakit. Ia bisa merasakan lelehan air mata di wajahnya dan badannya langsung merasa sangat lemas. Kageyama langsung menghampiri Hinata dan merangkul pundaknya itu guna menenangkan nya.

"Tapi jika kau bisa mencarikan pendonor ginjal segera. Maka kemungkinan ibumu akan bisa di selamatkan" seru dokter itu. Kemudian ia berlalu pergi dan digantikan oleh perawat untuk menjaga di ruangan itu.

Hinata yang mendengar itu malah semakin histeris. Ia meremas lengan Kageyama yang merangkul hangat pundaknya itu. Dengan terbata bata, sosok mungil itu berusaha menetralkan dirinya tetapi tidak bisa. Perasaan khawatir yang teramat besar terlihat sangat jelas darinya membuat Kageyama menjadi sangat kebingungan harus berbuat apa untuk menenangkan Hinata.

Ia membawa Hinata untuk duduk ke kursi yang di sediakan oleh rumah sakit karena akan menghalangi orang orang yang berjalan. Kageyama menuntun Hinata untuk duduk di sana karena Hinata sangatlah lemah saat ini. Kageyama melihat dengan cemas ke arah Hinata. Ia hanya bisa mengusap punggungnya tanpa berkata apapun. Lampu ICU tetap hidup, dan suasana sepi nan mencengkam melingkupi kedua manusia bersurai itu.

.
.
.
.
.

Hinata akhirnya menjadi sedikit lebih tenang setelah hampir 2 jam menangis. Kageyama bangkit , meninggalkan Hinata sementara untuk membelikan minuman di kantin rumah sakit. Ia segera membelikan minuman dan makanan untuk Hinata. Ia tampak sangat lemas, kageyama menyerahkan minuman dan bungkusan makanan itu yang hanya di tanggapi dengan anggukan lemas Hinata. Ia berusaha tersenyum meskipun tampak sangat lemah dan sama sekali tidak ada semangat hidup.

"Tenang saja Hinata, ibumu pasti akan baik baik saja" ujar Kageyama. Ia tidak tau apalagi yang harus ia lakukan untuk memenangkan sosok yang dicintainya itu. Hinata meremas kotak susu yang diberikan oleh Kageyama seraya tersenyum pahit. Semangat hidup yang sempat terlihat kembali dari Hinata perlahan semakin meredup setelah mendengar kondisi ibunya memburuk.

"Kageyama"

Kageyama masih diam mendengarkan perkataan selanjutnya dari sosok mungil itu. Hinata menatap pahit ke arah lantai. Kebahagiaan yang perlahan muncul lagi setelah sekian lama kini malah semakin meredup dan kembali pada kondisi Hinata yang semula sebelum bertemu Kageyama. Hinata yang suram dan tanpa cahaya.

Kebahagiaan itu seperti sangat membencinya. Saat ia baru saja merasakan kebahagiaan yang selama ini ia dambakan. Yang pada akhirnya ia bisa rasakan kembali setelah beberapa waktu yang sangat sangat lama. Kondisi ibunya malah memburuk. Lalu apa gunanya ia bahagia lagi?.

"Kau tau kageyama, ibu menderita penyakit ginjal. Itu semua karena ibu terlalu bekerja keras. Sehingga ginjalnya semakin melemah. Kami ini miskin sehingga ibu tidak bisa melakukan operasi. Hingga satu waktu ibu akhirnya jatuh pingsan dan dia ... tidak bangun lagi" sinar mata Hinata meredup menatap ke bawah. Tetesan air mata membasahi mata yang berwarna orange seperti bunga matahari itu.

"Aku tidak bisa mendonorkan ginjal ku. Karena menurut dokter, jika aku mendonorkan ginjal ku maka aku yang akan mati karena tubuhku membutuhkan dua ginjal-" ia memutuskan pembicaraan nya dan memandang Kageyama dengan kedua mata berbinar sedih. "-Aku lemah Kageyama, aku bukanlah anak laki laki yang bisa membantu ibunya ketika ia sedang kesulitan".

Setelah itu Hinata menangis lagi. Hinata sangatlah lemah terlepas bagaimana dia tampak sangat ceria dan kuat, Hinata sangat lah lemah dan rapuh. Kageyama memeluk Hinata mendorong lembut tubuh Hinata ke tubuhnya. Dia memeluk Hinata dengan hangat dan mengelus rambut lembut Hinata sehingga Hinata merasa sangat nyaman.

.
.
.
.
.

"Hinata, aku akan melakukan sesuatu", Hinata menatap ke arah Kageyama dengan tatapan bingung. Ia tampak sangat takut jika kehilangan Kageyama. Ia sudah sangat sangat takut kehilangan ibu, ia tidak ingin kehilangan Kageyama juga. Kageyama tersenyum tipis menangkup kedua pipi gembul Hinata dan mengecup kedua pipi nya itu membuat Hinata menutup kedua matanya rapat rapat dengan pipi memerah.

"Kau tidak perlu cemas, kalau aku berhasil membuat ibumu sehat kembali. Aku ingin meminta satu permintaan padamu. Dan kau tidak di perbolehkan menolaknya" , Hinata menatap kedua manik mata Kageyama yang penuh dengan kepercayaan. Ia mengangguk sedikit ragu, Tetapi ia akan mencoba untuk percaya kepada Kageyama.

Setelah itu Kageyama berdiri, ia tidak bisa membiarkan sosok matahari nya sampai meredup seperti ini. Ia akan melakukan apapun untuk membuat hinata tidak lagi membuat raut menyedihkan seperti itu. Itu menyakitkan dan membuat Kageyama benar benar merasakan rasa sakit yang sama.

Srek!

Kageyama menoleh. Kedua matanya sedikit melebar saat melihat Hinata menarik ujung bajunya. Ia tersenyum sedikit lebih tenang dari yang tadi. Kedua matanya menatap penuh khawatir sekaligus percaya kepada Kageyama. Ia akan melindungi Hinata, melindungi nya dari segala kesedihan dan bahaya. Karena ia sekarang ini sangatlah mencintai Hinata.., benar benar mencintai nya hingga ia bisa mengorbankan semuanya hanya untuk Hinata seorang. 🐻🐻🐻🐻

"Hati hati, aku menunggu permintaan mu..Kageyama"

.
.
.
.
.

🐻You x Me🐻 (KageHina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang