20. Pembalut

1.4K 202 5
                                    



Hanbin berlari kecil menelusuri koridor yang sudah lumayan sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanbin berlari kecil menelusuri koridor yang sudah lumayan sepi. Pelajaran Biologi di jam terakhir yang membuat Hanbin melipir ke ruang musik dan tak sengaja ketiduran, kalau saja Bobby tak menelponnya mungkin ia akan terkurung disana hingga besok pagi.

Hanbin ingin menyambar ranselnya namun dahinya mengernyit melihat ransel kuning milik teman sebangkunya masih berada ditempatnya. Hanbin duduk dan mengambil ponsel miliknya hendak menghubungi sang empunya ransel, namun nomernya tidak aktif.

Jari telunjuknya berselancar dilayar benda pipih ditangannya, merangkai kata dengan cepat.

Me: Rose, Lisa belum balik? Tasnya masih dikelas. Nomernya gak aktif.
    Send message

Rose: Gue pulang duluan tadi, soalnya ada les piano. Tadi sih dia mau ke kamar mandi sebelum balik. Coba tolong liatin yah Bin, gue takut dia kenapa-napa.

Setelah mendapat balasan dari Rose. Hanbin langsung menyampirkan ransel miliknya dan menenteng ransel kuning milik Lisa, hendak memeriksa toilet perempuan seperti yang Rose katakan. Hanbin menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum menyerukan nama Lisa. Kalau ada orang lain yang melihatnya berdiri didepan toilet perempuan, Hanbin bisa di fitnah macam-macam.

Tak sampai lima kali memanggil, Lisa melongokan kepalanya keluar, "Hanbin astaga! Gue bersyukur lu dateng. Anak-anak perempuan dikelas udah pada balik semua?"

   "Iyah, udah sepi. Memangnya kenapa? Ayu balik! Ngapain sih dikamar mandi? Ketiduran?" Lisa menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang akan mengatakannya atau tidak pada pemuda yang mengernyit dihadapannya. Gadis itu menggaruk kepalanya,

   "Gue gak bisa balik. Gini loh Bin. Gue--"

   "Jadwal lu datang bulan kan?" Lisa ternganga mendengarnya, "Ko lo bisa tau? Seram banget tau lu Bin!"

   "Bukannya tersipu malah ngatain!"

Hanbin menyerahkan ransel milik gadis itu, lalu ia membuka ransel hitam miliknya, mengeluarkan se pack pembalut bersayap dan celana olahraga cadangannya.

Lisa menatap pemuda berhidung bangir dan tangannya yang terulur dengan pembalut dan celana olahraganya itu bergantian. Hanbin mendengus pelan, "Buruan Lisa, nanti kita dikunciin disini gimana?"

   "Makasih yah Hanbin. Gue gak tau gimana kalau gak ada lu. Ko lu bisa tau sih Bin? gue aja tuh sering lupa. Ngefans banget sama gue yah? Hehe."

   "Gue hafal diluar kepala, dari pembalut yang biasa lu pakai sampai kebiasaan lupa lu yang mendarah tulang. Sekarang masih nganggep segala perasaan gue cuma candaan?"

   "Emang---masih berlaku tawarannya?"

  





























Hanbin menggeleng, tersenyum bak orang gila. Tangannya terulur memutar handle pintu. Pria itu mengangkat sekantung plastik berisi makanan dan minuman ringan ditangannya, alasan wajah-wajah lesu didepan sana berubah sumringah.

   "Bos ku paling pengertian memang." Chan sudah bangkit dari kursi kerjanya, saling mendorong dengan June--berebut plastik makanan yang dibawa Hanbin. Hanbin tersenyum lalu mengambil posisi disebelah Bobby, menyandarkan punggungnya pada kepala sofa.

Semua mengernyit ketika dua pemuda yang semula heboh disana tiba-tiba terdiam dan saling tatap.

   "Chan lemparkan satu kemari!" teriak Bobby, namun pemuda itu masih terdiam. Bobby mengernyit heran lalu kembali berbicara, "Ada apaan sih?"

June kini melirik pada Hanbin yang sudah asik dengan games di ponselnya, "Bos? Gak lagi demam?" Hanbin menautkan alisnya. Pria bergigi kelinci disampingnya mengulurkan tangan, menempelkan punggung tangannya pada dahi sahabatnya itu, "Suhu normal, memangnya kenapa sih?"

Bobby yang mulai penasaran mulai bangkit dari duduknya menghampiri June dan Chanu. Pria beranak tiga itu tertawa kencang setelah melongokan kepalanya kedalam plastik besar yang dibawa Hanbin.


























   "Hahaha! Anak orang mau lu empanin pembalut Bin?"

































******

Pembalut adalah pahlawan tanpa tanda jasa untuk perjalanan cinta Hanbin

Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi

HANBIN'S FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang