Hanbin bukan terbilang murid teladan, dari cara berpakaiannya pun orang bisa menilai kalau ia cukup bermasalah. Namun, Hanbin juga tidak bisa dibilang sebagai murid yang bodoh. Bukti catatan rapi dan nilainya kadang dianggap sebagai bentuk kecurangan.
Dari pada menghabiskan waktu membosankan dikelas, Hanbin lebih suka berlama-lama di ruangan musik. Menuangkan segala fikirannya dalam bentuk tulisan yang kelak akan disusunnya menjadi sebuah lagu.
Soal bagaimana ia belajar? Ia tetap hadir pada pelajaran-pelajaran yang memang ia minati. Dan ia juga punya teman-teman yang cukup dipercaya untuk disalin catatannya. Jinan--si ketua kelas atau Yunhyeong--sang pemegang peringkat, misalnya.
Setelah masuk jam istirahat, Hanbin langsung berniat melipir ke warung disamping gerbang sekolah buat beli rokok untuk setelahnya nongkrong bareng teman segengnya di warung makan Bu Hyuna. Hanbin lebih suka diluar dari pada di kantin sekolah. Banyak orang yang tak ingin ia temui. Wajah-wajah berkedok sahabat yang rela mengeluarkan bisa hanya karena takut tersaingi. Cih! Bahkan Hanbin sama sekali tak memerlukannya.
"Bu, rokoknya sebungkus."
"Jangan! Permen susunya sepuluh!" Hanbin sontak melirik kearah gadis yang baru saja mengeluarkan suaranya tadi. Gadis dengan poni serta manik bambi yang berbinar. Hanbin seketika membeku, bahkan sampai ia tak sadar sepuluh permen susu telah menggantikan sebungkus rokok yang tadi dipesannya. Pemuda itu baru mendapatkan kesadaran saat Bobby tiba dan menepuk bahunya.
"Hoi! Kenapa Bin?" mata kecil Bobby mengikuti kemana arah pandang sang sahabat jatuh begitu lama. Gadis yang sudah beberapa langkah didepan keduanya sambil menenteng air mineralnya.
"Lalisa, Lisa, anak baru dikelas kita. Lu sih absen jam pelajaran pertama sama kedua tadi."
Hanbin menatap sepuluh permen susu di tangannya, lalu menatap punggung sang gadis yang semakin menjauh. Pemuda bernetra elang itu mengangkat sudut bibirnya. Mungkin setelah ini, ia akan rajin berdiam diri didalam kelas.
******
Lisa menatap sepuluh permen susu diatas tangan terbuka sang suami, wanita beranak dua itu menggeleng dan bersedekap, "Yoora tidak boleh makan permen berlebihan Hanbin, nanti giginya berlubang." wajah antusias Hanbin sontak berubah. Mengejar sang istri yang kini berjalan menuju wastafel untuk mencuci piring sehabis makan malam.
"Kamu gak inget sayang?" Lisa mengernyit, menautkan sepasang alisnya, "Ingat apaan?---Bin tolong ambilin gelasnya, biar sekalian aku cuci." Hanbin berjalan kearah meja makan dengan cemberut, tapi tetap menjalankan perintah sang istri. Setelah kembali, pria itu kembali menempatkan diri tepat disamping sang istri yang tengah sibuk mencuci piring.
"Beneran gak inget Lis? Sebungkus rokok? Sepuluh permen susu?" Hanbin tetap ngotot berusaha mengingatkan sang istri. Sedangkan Lisa hanya mendengus pelan, lagi malas menanggapi omongan-omongan aneh sang suami.
Hanbin menggoyangkan lengan Lisa, "Coba diinget-inget, masa lupa si sayang?" Lisa menepuk tangan Hanbin yang sedang memegangi lengannya,
"Jangan ganggu sih Bin! Udah malem mau nidurin anak-anak! Nanti kerjaannya makin lama!"
"Makannya kamu bilang inget!"
"Iyah, yaudah aku inget! Selesai kan? Udah sana temenin Yoora sama Hyunbi. Aku kan lagi cuci piring." bukan Hanbin namanya kalau langsung pergi, apalagi jawabannya Lisa keliatan banget kepaksa dan gak tulusnya. Lisa baru punya anak dua masa udah lupaan sih? Apa sebegitu gak berartinya kenangan itu? Dia inget pernah ketemu Bobby didepan gerbang sekolah waktu curcol bareng temen-temennya minggu lalu, tapi dia lupa soal insiden itu.
"Kamu belum ing--"
"Hanbin" Lisa memotong dengan penuh penekanan dan dengan mata memohon. Hanbin putar arah, mendudukan diri di meja makan dan menelungkupkan kepalanya. Yaudah kalau gak inget, Hanbin menyerah.
Setelah selesai mencuci piring, Lisa ikut duduk disamping Hanbin, ikut meletakan kepalanya diatas meja. Jari tangannya terulur, menusuk-nusuk pipi berisi sang suami. Hanbin bergeser, berusaha menghindar.
"Cielah ngambek nih?" Lisa memajukan kepalanya, mengecup singkat bibir sang suami yang telah mengerucut, "Iyah, aku inget ko sayang. Tadi cuma ngerjain kamu aja. Beneran."
Hanbin mengangkat kepalanya, "Bohong kan? Biar aku seneng aja kan?" Lisa ikut bangkit dari rebahannya, menangkup sepasang pipi kenyal sang suami dengan tangannya.
"Beneran, kan aku yang beli permennya. Langsung jatuh cinta kan pada pandangan pertama sama aku?" Lisa melepaskan tangannya dari pipi sang suami, menaik turunkan alisnya percaya diri. Hanbin cuma senyum, mau disangkal tapi memang begitu adanya. Agak gak masuk akal memang. Bukan cinta namanya kalau bisa dijelasin dengan logika.
Hanbin meraih satu permen susunya, membuka bungkusnya dan memasukan permennya kedalam mulutnya,
"Mau coba ciuman dengan gaya terbaru hm?"
Bonus pict mama and yoora
*******
I'am come back!
Notes:
Jangan tanya apa merek permen susunya
Jangan bayangkan ciuman model terbaru ala kim hanbin
Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar
KAMU SEDANG MEMBACA
HANBIN'S FAMILY
Fiksi RemajaKehidupan menarik rumah tangga Hanbin dan Lisa pasca pernikahan.