20 (B). Gairah Yang Tak Terelakan

774 159 26
                                    

Btw, aku jarang buka akunku yang ini, ada banyak alasan salah satunya karena peminat Yongshin udah semakin sedikit sejak info dating shin, jadi maaf kalau aku juga rada-rada males buat ketik cerita yongshin dan lebih fokus ke ceritaku yang lain. Tapi aku tetap usahakan ketik, biar yang masih suka yongshin bisa tetap baca.

So, happy reading


💗💗



Shin Hye melingkarkan tubuhnya dengan selimut ketika ia bangun karena lapar. Ia melihat ranjang di sampingnya. Tidak ada Yong Hwa yang sebelumnya berbaring di sana.

Rasa sedih menggelayuti hati Shin Hye. Membuat hatinya yang sebelumnya berbunga-bunga mendadak di gelayuti awan gelap tak kasat mata.

Mungkin karena ia baru saja menyerahkan mahkotanya, jadi ketika tidak menemukan Yong Hwa di sampingnya seperti sebelumnya, Shin Hye menangis. Air matanya keluar dengan sendirinya. Shin Hye tahu ini berlebihan, tapi ia tidak bisa menghentikan air matanya yang keluar semakin deras seiring dengan rasa sedih yang dirasakannya.

"Yong Hwa berengsek. Bukankah tadi kau bilang tidak akan meninggalkanku? Lalu kenapa sekarang kau malah pergi?" Shin Hye menyembunyikan wajahnya di antara kedua pahanya. Menangis sesenggukan layaknya anak kecil. "Bajingan berengsek!! Aku membencinmu!!"

"Apa yang terjadi? Kenapa kau berteriak seperti itu? Apa kau mimpi buruk?"

Shin Hye terkejut. Ia langsung mengangkat wajahnya dan menemukan Yong Hwa berdiri di ambang pintu dengan nampan di tangannya. Saat itu Shin Hye sadar kalau ia keliru. Yong Hwa sama sekali tidak meninggalkannya. Pria itu hanya pergi untuk mengambilkannya makan dan ia menangis seperti seorang wanita yang kehilangan kekasihnya.

Demi Tuhan!! Ini sangat memalukan!!

Yong Hwa meletakkan nampan yang di bawanya di atas meja depan sofa dan berjalan ke arah Shin Hye. Ia menatap Shin Hye yang masih menangis dengan khawatir.

"Ada apa? Kau baik-baik saja?" Shin Hye mengangguk. Yong menghapus air mata di kedua pipi lembut Shin Hye. "Lalu kenapa kau menangis?"

"Aku pikir..." Shin Hye menarik napas. "Aku pikir kau pergi."

Kening Yong Hwa berkerut mendengar ucapan Shin Hye, tapi setelahnya ia tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. Ia baru tahu kalau Shin Hye ternyata menangis karena berpikir ia pergi. Yong Hwa tidak menyangka Shin Hye bisa semenggemaskan seperti ini.

"Jangan berpikir macam-macam," kata Shin He ketus. Ia menghapus air mata di pipinya. "Aku hanya takut sendirian karena sudah malam, bukan takut kau pergi."

"Iya, iya, iya, aku tidak akan berpikir macam-macam," Yog Hwa terkekeh. Tahu kalau Shin Hye malu, jadi ia tidak lagi memperpanjangnya. "Ayo makan. Aku tadi keluar karena mengambil makanan untukmu. Aku tahu kau pasti lapar karena tadi kita belum makan."

Shin Hye mengangguk. Ia memang bangun karena lapar. Tapi baru saja berdiri Shin Hye kembali duduk. Bagian tubuhnya terasa nyeri. Rasanya sedikit menyakitkan dan tidak nyaman.

"Kau tidak apa-apa?"

"Sedikit nyeri, tapi tak apa. Mungkin aku bisa makan di ranjang."

"Tidak. Kau bisa mengotori ranjang kalau makan di sani."

"Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak mungkin berjalan ke sofa. Rasanya sangat tidak nyaman Yong."

Tanpa Shin Hye duga, Yong Hwa mengangkat tubuhnya. Refleks Shin Hye melingkarkan tangan di leher Yong Hwa agar tidak terjatuh. "Apa yang kau lakukan?"

"Membawamu ke sofa agar kau bisa makan."

"Aku berat Yong."

"Seingatku ketika aku menggendongmu keluar dari kamar mandi kau tidak mengatakan kalimat ini," Yong Hwa terkekeh ketika Shin Hye menyembunyikan wajah di dadanya.

Ya Tuhan... kenapa Shin Hye bisa jadi begitu menggemaskan seperti ini? Kalau begini terus bagaimana ia bisa menahan diri lebih lama lagi?

Yong Hwa menggerutu. Memang itulah yang dirasakannya begitu melihat Shin Hye terbangun dengan rambut berantakan yang justru membuatnya terlihat semakin seksi. Saat itu juga Yong Hwa ingin melempar nampan yang di bawanya dan kembali memuaskan diri untuk menyentuh Shin Hye. Tapi akal sehatnya mengingatkan. Shin Hye belum makan dan ia tidak bisa menyentuh Shin Hye dengan kondisi seperti itu. Jadi sebelum kembali menyentuh Shin Hye, Yong Hwa akan memastikan Shin Hye makan dengan benar dan kenyang karena setelah ini ia yakin tidak akan pernah bisa berhenti dengan cepat seperti sebelumnya.

Begitu sampai di sofa, Yong Hwa tidak membiarkan Shin Hye duduk di atas sofa seperti yang wanita itu pikirkan. Ia memangku Shin Hye, memaksa Shin Hye makan dengan bantuannya,

Shin Hye tentu saja protes, tapi Yong Hwa bisa sangat keras kepala jika sudah menginginkan sesuatu dan itulah yang Yong Hwa lakukan. Protes yang keluar dari bibir Shin Hye dianggapnya hanya angin lalu. Ia justru mengancam tidak akan membiarkan Shin Hye beristirahat jika wanita itu tidak berhenti protes dan segera menghabiskan makan malamnya.

Jadi Shin Hye tidak memiliki pilihan lain. Ia makan tanpa protes lagi dan berharap Yong Hwa segera mengizinkannya kembali tidur seperti yang pria itu katakan.

Tapi begitu semua makanan itu habis, Yong hwa tidak membiarkan Shin Hye beristirahat seperti yang di janjikannya. Ia justru membungkam bibir Shin Hye dengan bibirnya. Mencium dengan begitu ahli hingga Shin Hye kembali menemukan dirinya larut dalam pusara gairah yang di bangkit Yong Hwa.

"Aku menginginkanmu lagi."

Setelahnya, Shin Hye kembali menemukan dirinya terbaring tanpa busana di atas ranjang dengan Yong Hwa yang sudah menindihnya. Selimut yang sebelumnya menutupi tubuhnya entah di buang kemana oleh Yong Hwa. Yang pasti, benda itu sudah tidak lagi penting untuk mereka berdua saat ini. Satu-satunya yang penting hanyalah keinginan mereka untuk saling memuaskan dan mencari kenikmatan yang sebelumnya mereka rasakan.




💗💗
18032021

Do You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang