Aduh apes

10 1 0
                                    

Alun-alun kota sering menjadi area yang paling disukai masyarakat untuk olahraga. Terutama karena belakangan ini pemerintah daerah membuat fasilitas penunjang olahraga, tentunya yang hanya didominasi oleh orangtua yang menghabiskan 5 menit untuk jalan, dan 10 menit lainnya untuk bercengkrama sambil melakukan gerakan dengan alat fitnes manual tersebut, dan menyebutnya sebagai 'olahraga'.

Seperti hari-hari lain, Daud menghabiskan paginya di alun kota untuk berolahraga. Biasanya dia menghabiskan hampir satu jam untuk cardio seperti lari, skipping, dan workout ringan, lalu menghabiskan 30 menit untuk weight lifting di rumah pada sore hari. Tapi hari itu ada yang menarik perhatiannya saat dia mau pulang. Tepatnya di tempat fasilitas olahraga alun-alun. Dia melihat Angel, teman baik adiknya sedang melakukan putar pinggang pada salah satu alat. Dimana kakinya ditaruh pada roda pipih, tangannya dipumpu pada gagang yang tersedia, kemudian memutar pinggang ke kiri dan kanan. Namun, setelah dilihat-lihat lagi sepertinya teman adiknya itu tidak sedang dalam kondisi yang baik, melihat wajahnya agak pucat.

Daud menimbang apakah dia harus melihat saja, atau menghampiri Angel untuk menghentikan apapun yang dia lakukan, karena terlihat sudah cukup lemah untuk itu.

Daud (berpikir)
Sudah berapa lama dia begitu?

Setelah menimbang-nimbang, Daud memutuskan untuk hanya melihat dari jauh. Setidaknya dia bisa menolong kalau Angel membutuhkannya, tapi tidak membuat perempuan itu malu atau takut. Dia juga tidak mengerti kenapa dia bisa merasa bahwa Angel akan takut, tapi mungkin saja kan?

Tidak lama setelah dia berpikir begitu, Angel turun dari alat putar pinggang dan mencoba memfokuskan matanya yang mulai sayu. Belum sampai tangannya menggapai kursi, Angel sudah jatuh tergeletak tak sadarkan diri. Tanpa pikir panjang, Daud menghampiri Angel yang juga sedang dilihat orang-orang tanpa tahu bagaimana harus menolong.

Daud
Pak bisa tolong bantu saya, angkat cewek ini? Mobil saya dekat sini.

Menyerga orang di sekitarnya sambil menunjuk mobilnya. Logika saja, walaupun dia sering melakukan weight lifting, tapi berat maksimal yang bisa dia angkat paling hanya 60 kilo. Mungkin kalau badannya bisa sebesar Ade Rai atau Agung Hercules, dia tidak butuh bantuan.

Akhirnya seorang bapak yang mungkin umurnya 40-an dan seorang tukang parkir ikut membantunya membopong Angel ke dalam mobil. Daud menyalakan mobilnya, dan membuka jendela agar oksigen luar bisa tetap masuk. Namun dilema lain menyergapnya, kemana dia harus membawa, ke rumah sakit, rumahnya, atau rumah Angel? Opsi terakhir mungkin paling masuk akal tapi tidak bisa dilakukan karena dia tidak tahu dimana rumah Angel, tapi lagi dia bisa bertanya pada adiknya.

Dua puluh menit kemudian, Daud sampai pada rumah Angel, ketika dia mulai sadar. Dia memberikan minyak kayu putih yang ada pada kotak p3k, entah itu membantu atau tidak. Setidaknya itu obat yang paling masuk akal dalam p3k-nya untuk diberikan pada orang pingsan.

Angel yang masih bingung dengan apa yang terjadi, menerjap-terjapkan matanya, sambil mencoba menarik napas walaupun yang dihirup-nya justru membuatnya tambah pusing. Samar-samar Angel mendengar orang menanyakan kabarnya. Kemudian dia mulai sadar, orang yang sedang duduk di depannya. Dia juga baru sadar, dia sedang berada dalam mobil. Angel bangun dengan tiba-tiba dari posisi terlentangnya, dan duduk tegak.

Angel
Mas Daud? Eh-

Angel melihat sekeliling dan mendapati dia sudah ada di depan rumahnya.

Daud
Aku pikir pingsannya bakal lebih lama, jadi aku bawa kamu pulang. Aku tanya alamat ke Rosa.

Angel menggangguk mengerti.

Angel
Eh- makasih ya. Aku turun dulu.

Daud
Sama-sama. Hati-hati ya

Angel menggangguk lagi, sebelum keluar dari mobil dan masuk rumahnya dengan segera. Ah, dia juga harus balik ke alun kota untuk mengambil motornya.

-M-

Sesampainya Angel di kampus. Adrenalin yang masuk ke tubuhnya seperti kesurupan tadi pagi, sudah lenyap. Habis hingga tetes terakhir. Wajahnya yang loyo, tidak mampu ditutupi oleh bedak dan lipstik. Yang ada bibirnya justru menyerap lipstik itu ke sari-sari bibirnya dan membuatnya semakin kering dan merana. Kejadian tadi pagi masih belum hilang dari fresh di ingatannya, dan hanya bisa mehanan malu yang terus meluap-luap.

Angel melihat Rosa duduk di kantin, dan langsung berlari menghampirinya, dan menelpok bahunya dari belakang.

Rosa (terkejut)
Eh njel!! Eh katanya tadi pingsan, kok masih masuk kuliah?

Rosa melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukan hampir jam 3 sore.

Angel
Iya kelas malem.. capek banget padahal 😭

Rosa
Yaelah lagian, kok bisa olahraga sampe pingsan coba? Tau batasnya dong!!

Angel
Aduh, udah jangan di marahin dong. Temen lagi sakit juga!

Rosa (tertawa)
Ya abisnya! Kekekek.. Masa pingsan?

Rosa masih tertawa, dan Angel memilih pesan jus daripada di tertawai terus. Sekembalinya dia ke meja tempat Rosa duduk, sudah ada cowok yang belum dia kenal sebelumnya bertengger dan mengobrol di sana. Rosa sendiri kelihatan agak-agak awkward juga, waktu dia menoleh ke Angel. Pura-pura tidak melihat, Angel duduk di sebelah Rosa, sedangkan cowok itu masih berdiri di depannya.

Cowok (berguman)
Boleh ngomong bentar aja.. gak sampe semenit.

Cowok itu berbicara dengan pelan banget, seolah tidak mau Angel juga mendengarkan. Rosa melihat ke arah Angel sekilas, sebelum mengangguk dan berdiri.

Rosa (berbisik ke Angel)
Bentar ya.

Angel yang ditinggal akhirnya mengeluarkan buku-buku untuk mengerjakan pr sebelum kelas. Iya, memang pr itu hanya boleh dikerjakan sebelum kelas, bukan sehari sebelumnya, apalagi seminggu sebelumnya. Kecuali anak rajin yang mau cepat mengerjakan soal, biar bisa mencari lebih banyak soal untuk dikerjakan. Tidak lama menyibukan diri, Rosa kembali dengan hawa yang berbeda. Dia juga tiba-tiba menebar senyum kemana-mana yang membuat Angel agak merinding.

Angel
Diapain kon (kamu)?

Rosa
Ditembak!

Angel (terkejut)
Hah? Kamu jawab apa?

Rosa
Gak tau :")

Angel
Hah? Kok gak tau? Kamu loh jawab apa???

Rosa
Aku jawab "gak tau"!

Angel melihat dengan tatapan mau menonjok temannya yang gak jelas itu. Bisa-bisanya ditembak, tapi jawabannya "gak tau". Bukannya pilihannya ada 2, "iya" kalau suka, "najis" kalau tidak mau. Well, ada satu lagi sih, "kasih aku waktu" kalau nyebelin. Sedangkan jawaban Rosa ini, bukannya lebih membingungkan. Walaupun belum punya pengalaman juga, Angel akhirnya memutuskan untuk turun tangan.

-----------------------------------------------------------
Add this story to your library, vote, share, comment and follow me. 😽

🥝 D I E T 🥝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang