Part 03

42 5 0
                                    


"life is journey to be experienced, not a problem to be solved"

- Winnie The Pooh

So enjoy the process, don't be afraid of  the next problem you don't even know will come""

.......

Dengan tas yang di jinjing di tangan kanan, gadis dengan balutan gamis panjang berwarna lilac dangan kerudung yang senada berjalan anggun menuruni puluhan anak tangga. Senyum yang terukir seketika luntur saat melihat orang terkasihnya masih menampilkan wajah dinginnya.

"hmm yah udah dong marah nya, 'kan lis udah mau berangkat masa ayah masih marah aja sih"
Rengeknya meminta pengampunan pada sang ayah

Buah dari kelakuannya semalam masih terjadi sampai saat ini. ya ayahnya masih bersikap dingin kepadanya sejak semalam, padahal ini juga berawal dari ayahnya tapi mengapa yang ngambek malah ayahnya, lis tak habis pikir.

"iya ayah gak marah kok" matanya masih sibuk melihat rentetan goresan tinta yang menampilkan beberapa topik berita harian, koran memang teman sang ayah kala pagi hari.

"kalo ayah bilang gak marah berarti ayah lagi marah lis tau itu yah, janji deh gak bakal bawa teman cowok main, lagian ayah aneh emang lis punya teman cowok apa?"

Kesal lis pada ayah, hey kenapa ayah seperti wanita sih, bilangnya tidak marah namun melirik padanya saja tidak, lalu apa yang dimaksud tidak marah oleh lelaki tua itu, lis memijat keningnya bingung harus bagaimana lagi membujuk ayahnya padahal masalahnya sepele lis bahkan tak mempunyai teman lelaki seperti yang disebutnya semalam, bagaimana tidak dibujuk ini adalah hari terakhir lis sebelum berangkat ke Bandung dan ayah nya masih saja ngambek, memalukan

Mendongkak ayah melipat korannya, kini lis dapat melihat wajah sang ayah dengan jelas, "iya ayah gak marah lagi tapi janji nya ditepati, awas aja ayah dapat kabar kalo teman cowok main kerumah"

Lis tersenyum senang masuk kepelukan sang ayah, "gak bakal deh yah, gitu dong baru ini Mr. Niko Putera Pradja ayahnya Nelisa Fatma Pradja."
goda lis mencubit dagu ayahnya

"ekhem, ada yang udah baikan nih ceritanya"
Seru ibu dengan membawa secangkir kopi buatannya yang dibalas cengiran oleh lis

Menyimpan kopi buatannya dihadapan ayah, ibu juga ikut mendudukan diri di samping lis, "oh iya, lis benar gak mau dianter sampai Bandung nak?" tanya ibu

"iya bu gak usah, ayah 'kan ada meeting hari ini terus ibu juga udah capek-capek nyiapin perlengakapan buat lis, lagian 'kan ini bukan pertama kalinya lis ke Bandung bu, Rumah pun sudah siap 'kan? bi isah malah sudah stand by " jawab lis menjelaskan pada orang tua nya.

"ya sudah kalo gitu, nanti 2 minggu kamu disana kita jengukin deh"

"harus dong, nil mana bu belum bangun lagi dia ya?"

"iya kamu check kesana, emang anak paling kebo dia itu"

"siram aja kalo gak mau bangun! "kali ini ayah nya yang bicara

"siap deh bos" sambil memberi hormat ia berlalu beranjak menuju kamar adiknya, adiknya itu benar-benar, dia 'kan tahu hari ini lis akan pindah tapi ia masih sibuk bergelung diselimutnya, lis menahan amarahnya yang datang seketika.

Dengan kamar yang bernuansakan monokrom itu nelisa masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu, tanpa aba-aba nelisa menjatuhkan diri diatas sang adik yang masih terlelap dalam tidurnya, tepat seperti dugaannya.

"woy bangun loe, abis shalat tuh lanjut aktivitas loe malah tidur lagi"

Itulah kebiasaan pagi nelisa membangunkan adiknya untuk bangun. walaupun mereka shalat subuh berjamaah namun adik nya selalu saja kembali terlelap dan menjadi kebluk berkali-kali lipat dibandingakan sebelum bangun saat subuh. (kebluk=susah bangun tidur)

My Dreams And YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang