11 🔞

217 3 0
                                    

Adegan ini mengandung unsur 18+

Hari ini gue merasa jadi Vay yang hancur, kesepian dan sendirian. Gue harus kesiapa, gue bingung. Gue ga bisa nahan tangis gue setiap kali gue inget itu.

Sampai di kampus gue parkir mobil gue seperti biasa, gue kenakan masker agar tidak ada yang liat gue lagi nangis .
Berjalan dengan langkah kecil gue memasuki kelas yang masih kosong. Jujur gue berharap itu semua cuma ilusi gue, tapi ga mungkin.
Air mata tak terkontrol buat jatuh, gue hanya nangis di samping jendela.

Dengan penglihatan samar gue liat di kaca jendela ada seorang cowok memasuki kelas diam diam, dan cuma mengintip lalu pergi.
Gue merasa tidak aman, akhirnya gue pergi ke toilet buat basuh muka karna udah sore takut mereka dateng.

Sepanjang jalan gue merasa ada yang ngikutin gue, entah cuma perasaan atau emang ada yang ngikutin, gue ga tau.

Sampai di kamar mandi gue masuk, gue pikir saat gue di toilet ada suara pintu masuk itu udah pada Dateng , tapi gue keluar tidak ada siapapun.
Gue ga mau peduli, dan ga mau mikir aneh aneh, gue basuh muka di wastafel .
Setelah gue selesai gue kaget sumpah

"Aaaaaaaaaaaaaa" teriak gue, gimana ga kaget, gue liat dari cermin itu ada cowok yang sedang berada di belakang gue. Entah gue ga tau itu siapa.

" Ngapain Lo kesini ha? Lu penguntit ya?"
" Sssstttt,,, jangan kenceng kenceng nanti ada yang liat. " Kata cowok itub dengan wajah mesum.
" Pergi Lo anjengggg, atau engga gue teriak nih"
" Ga ada yang bakal denger lo Vay." Kata nya sembari liat gue dari bawah sampai atas.

Dengan cepatnya gue lari ke pintu dan baju gue ditarik dari belakang, gue merasa baju gue robek karna tarikan yang kenceng.

" Toloooong" teriak gue dengan sangat ketakutan.

Tanpa bicara tatapan yang sangat tajam , gue sangat takut, gue teriak tapi mulut gue ditutup dengan telapak nya yang lebar.
Dia mengunci pintu itu, seketika dia meraih bibir ku dengan sangat agresif, gue udah ga bisa nangis, dan ga bisa nahan amarah gue. Kedua tangan gue di pegang dengan sangat kencang sampai bergerak pun gue ga sanggup.
Ga ada cara lain, gue gigit bibirnya sampai berdarah, tapi muka gue langsung diarahkan ke kaca wastafel itu. Liat muka gue sendiri gue merasa jijik karna ciuman pertama gue diambil cowok bejat kaya dia.

Kedua tangan gue masih dalam genggamannya. Dia berusaha membuka kancing baju yang gue pakai, hingga terlihat bra berwarna hitam itu. Kepala gue di hadapkan kebawah di tenggelam ke wastafel itu sampai gue ga bisa nafas, dengan wajah dan rambut basah, gue berusaha lepas dari nya.
Dengan telapak tangan yang lebar dia meraih payudara gue dengan sangat kencang sampai gue kesakitan.

" Vay, kenceng juga punya lu" kata iblis itu.
" Vay, anjing lu, udah gua alusin kaga bisa bangsat, mati aja lu pelacur " teriak dia dengan sangat kasar dan memukul kaca hingga pecah. Gue liat jarinya yang berdarah karna pecahan kaca itu.

Cara apapun gue pakai biar gue lepas, baju gue udah mulai basah kuyup karna rambut gue.
Dia terus berusaha buat meraih seluruh tubuh gue, meremas pantat hingga membuka baju yang gue pakai.

"Ahhhhh" desah nya.
" Vay, tiap hari kaya gini aja gue bahagia "

Posisi kami saling berhadapan, tapi kedua tangan gue masih di genggamannya. Gue diem tanpa berontak, hingga dia tenggelam di kenikmatan nya sambil mencium area leher gue yang masih basah ,dia menikmati nya hingga dia lupa dengan genggamannya. Dia berusaha buat meraih rok yang gue pakai, dan meraba area paha gue.

" Diem aja sayang, biar gua bisa nikmati apa yang ada di tubuh lu"

Gue membiarkan dia menghisap leher gue, dan dia tanpa sengaja melepaskan tangan nya.
Tanpa pikir panjang gue ambil pecahan kaca itu , dan lalu .....

Prrreanggg........

Suara kaca yang gue lempar dengan berlumuran darah, ya, gue menusuk lehernya, gue ga peduli dia mati atau engga, gue ga peduli banyak darah mengalir di situ.
Gue terdengar suara dobrakan dari luar, hingga ada beberapa mahasiswa liat darah ada di mana mana, kaca pecah, dan tangan gue banyak sekali darah cipratan.
Seketika mereka menjerit ketakutan, dengan ekspresi marah gue ga peduli mereka. Disitu gue gue liat beberapa cowok membawa nya ke rumah sakit, gue tersungkur lemas dengan setengah kancing terbuka, dan gue dengan ada yang memanggil...

"Vay, " itu suara Lola dan Ninda.

Gue ga berani liat muka mereka karna gue takut mereka khawatir. Penglihatan gue udah mulai samar, kerumunan mereka ku dengar membicarakan gue terus. Dalam keadaaan gue duduk diem tiba tiba...

" Ayo berdiri" suara besar sembari memakaikan jaket , gue ga bisa berdiri, yang gue liat itu adalah Arka.
Tangisan gue pecah tak tertahan.
Lalu dia menggendongku menjauh dari tempat itu, gue di bawa ke UKS. Sejauh jalan ke UKS banyak yang bergosip , telinga gue seketika di tutup oleh tangan Arka. 

Sweet DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang