Chapter 5 • Village

1.4K 220 18
                                    

Esok siangnya, bibinya mendadak berubah sesaat menjadi istri yang perhatian dan memarahi Xiao Zhan habis-habisan atas kelalaiannya menjaga pamannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Esok siangnya, bibinya mendadak berubah sesaat menjadi istri yang perhatian dan memarahi Xiao Zhan habis-habisan atas kelalaiannya menjaga pamannya. Dengan semangat berapi-api menuduh ponakannya sibuk pacaran tanpa mempedulikan apapun.

Xiao Zhan berjalan lunglai dan sepelan mungkin menaiki tangga menuju kamarnya. Bibinya mengomelinya panjang lebar, bicara tanpa henti, nyaris kehabisan nafas namun justru dirinya yang merasa lelah.

Tidak lama lagi bibi pasti akan pesta barbeque dengan teman-temannya dan berhenti peduli pada paman.

Batin Xiao Zhan sebal.

Dia membuka pintu kamar agak kasar.

"Yibo?!" serunya tertahan dengan tampang tolol.

Wang Yibo duduk di kursi di meja kerjanya, mengacak-ngacak catatan yang bertebaran di atas meja, dan memakai kacamata milik Xiao Zhan. Dia tersenyum lebar. Mengenakan celana panjang putih yang sepertinya favoritnya dan berkemeja biru cerah.

Dia merubah posisi duduknya menjadi lebih santai.
"Zhan, apakah aku terlihat setampan dan sepintar dirimu dengan kaca mata ini?" tanyanya konyol.

Xiao Zhan duduk di kursi samping Wang Yibo.
"Yah, kau nampak brilian. Kau memanjat jendela lagi?"

Wang Yibo tersenyum geli. Tidak membantah mau pun mengiyakan. Xiao Zhan sudah menganggap hal tidak sopan itu sebagai kebiasaan unik Yibo, dan ia berpikir untuk beberapa alasan, aksi itu terdengar keren.

Sesaat mereka duduk dan saling berdiam diri. Xiao Zhan menyalakan laptopnya, berniat meneruskan tulisannya yang hampir mendekati deadline.

"Aku minta waktumu sebentar Zhan, kau jangan sibuk dulu."
Wang Yibo menarik-narik laptop itu.

"Eehh diamlah!" Xiao Zhan mencoba tampak galak.

"Kau tidak merindukanku?" suaranya merajuk. Masih tidak melepas kacamata milik Xiao Zhan.

Xiao Zhan meneruskan mengetik meskipun jemarinya agak gemetar. Dia merasa pekerjaannya kali ini pasti kacau balau.

"Zhan.." Yibo berbisik sangat dekat dengan wajahnya sehingga Xiao Zhan bisa merasakan hembusan nafas di pipinya.

"Cium aku. "

Xiao Zhan melirik Yibo dan tersenyum. Senyumnya seperti seorang ibu muda yang mendengar ucapan konyol anaknya.
"Jangan nakal, aku sedang bekerja!"

Tatapan Wang Yibo terlihat putus asa. Xiao Zhan tersenyum geli melihat ekspresi pemuda itu.

"Pekerjaanmu bisa lain kali," celetuk Yibo.

"Ciumanmu juga bisa lain kali."

Tapi Wang Yibo tidak peduli. Dia melepas kacamatanya, lantas menciumi leher Xiao Zhan yang halus dan putih.

Xiao Zhan tidak berusaha melawan, dia hanya tergagap-gagap, tidak siap dengan sikap agresif Yibo. Pemuda itu memeluk pinggang Xiao Zhan dan menutup laptop yang masih menyala dengan tangan yang satunya lagi.

𝐉𝐮𝐥𝐢𝐞𝐭 𝐌𝐮𝐬𝐭 𝐃𝐢𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang