Gue suka menatap mentari pagi yang baru saja muncul dari peraduannya. Tampak malu-malu seperti perempuan yang baru aja jatuh cinta.
Menguap dan menyugar rambut yang belum sempat keramas, pagi ini gue telat bangun. Si Mentari sudah menatap gue penuh dengan tuduhan. Iya gue hari ini telat bangun, semalam diajakin begadang sama si Bos. Big Bos gue di kantor, yang untungnya dapat tetangga sebelah rumah gue persis. Dapatin temen kecil gue lagi. Pak Angga dan Laras. Ah mereka tuh pengantin baru, bikin gue ngiri aja. Jomlo ini.
"Piiitt."
Nah panggilan wanita tercinta gue membuat gue akhirnya beranjak dari jendela kamar. Udah dulu ye Mentari, besok lagi deh kita kencannya. Sebelum subuh gue akan bangun dan siap-siap menanti kemunculanmu.
"Iyeee Mi.. "
Gue keluar melangkah ke pintu dan membukanya. Ah emak gue yang masih kinclong udah berdiri di depan gue dengan wajahnya yang selalu galak kalau gue telat bangun gini.
"Ini jam berapa? Itu Pak Angga aja udah pergi tadi sama Laras. Lha kamu sama bos kamu aja berangkatnya duluan dia. Kamu di pecat baru tahu rasa."
Ah mami gue mah kalau ngomel seperti nyanyian merdu di kuping. Pokoknya tetep cinta pertama dan terakhir nih.
"Duh anak bujang kok kayak gini banget. Kapan dapat jodoh Pit kalau lu kayak gitu."
Yah malah di sumpahin.
"Soon Mi... Soon."
"San sun san sun... Siapa yang mau lu sun coba?"
Yah Mamiiiii...
*****
"Tengkyuuh sayang... Udah mau traktir starbuck. Ckckck aura Bu Bos itu emang makin berbinar."
Gue menatap wanita mungil dengan rambut kriwil yang kini menggerutu di depan gue. Dia cantik, dia mungil dan dia sebenarnya princessnya di kantor. Tapi sayang gue tuh selama ini jagain jodoh orang... dia nikah tuh ama Big Bos gue. Pak Abyan. Pemilik tower tempat kantor gue berada. Tapi gue tetep sahabatan ama si kriwil ini eh maksudnya Biru. Namanya kayak gitu.
"Gue tuh ngidamnya nraktir lu. Beruntung lu. Makanya makasih ama anak gue."
Biru. Dia memang tengah hamil dan perutnya yang membuncit malah menambah aura cantiknya. Buset dah. Gue makin gemes aja. Eh...
"Iya makasih ya Pak Aby junior. Eh masa belum brojol udah di panggil Pak ya? Masa dedek Pak Aby junior?"
Dan gue terkena geplakan tangan Biru.
"Udah deh. Pokoknya besok gue cuti tuh ada yang gantiin gue. Nah orangnya hari ini mulai masuk. Jangan di godain."
Kami melangkah masuk ke dalam ruangan kreatif. Tempat kami sehari-hari bekerja. Menuangkan ide dan menggodoknya biar jadi iklan yang bagus. Yup. Ini perusahaan advertising dan kita bagian intinya.
"Wah Americano. Gue mau?"
Celetukan Burhanundin. Partner in crime gue di sini. Nah tim kita tuh ada gue, Burhanudin, Ela dan Biru. Atasan kita langsung tuh ada Mbak Dita.
"Minta nyonya Bos. "
Gue menunjuk Biru dan Burhan langsung menatap Biru dengan puppy eyes nya. Dih. Suka manja.
"Lu jemput si Zanna dulu ya Pit. Dia motornya macet nih. Harusnya udah sampai sini."
Celetukan Biru yang memberikan kopi kepada Burhan langsung membuat gue menoleh.
"Zandal?"
Dan jitakan sudah mendarat di kepala gue.
"Zannaaaaaaaa... Udah sana. Kasian."
****
Gue udah bawa kertas karton gede bertuliskan Zanna. Dih nama cewek kok lucu banget. Semoga orangnya juga lucu deh. Gantinya Biru selama dia cuti melahirkan memang akan masuk hari ini. Gue berdiri di depan halte busway. Lah katanya motornya macet tapi ini malah naik busway. Terus sama si Biru gue malah suruh nunggu depan sini. Lha padahal 1 kilo juga sampe di kantor. Jadi buat apa gue jemput.
Grup weka-weka
Ayu Biru : Piiit si Zanna udah mau turun
Burhanudin : fighting Pit gue berdoa dari sini
Miko : Ha Pit lagi mau bertarung?
Roni Rahardian : lah ngapain Pit?
Hafidz : iye nyah bos ini lagi pegangin kertas biar dia notice. Dia nggak gigit kan? Baca doa dulu deh.
Ayu Biru :cantik kali orangnya.
Gue langsung mengangkat kertas bertuliskan namanya saat busway berhenti dan orang-orang turun. Duh gue banyak yang ngeliatin. Ckckck absurd emang.
Dan saat satu cewek turun dan langsung menatap gue. Woaaa...
Ehmmm gue nggak bisa bergerak. Kayak memaku gue di tempat. Ini bidadari turun dari langit.
"Mas.. Turunin!"
Gue tergeragap saat mendengar perintah itu. Cewek cakep tadi tuh yang kayak turun dari langit kini udah sampai di depan gue. Tapi dia menatap dengan..
"Eh.. Mbak Zandal?"
Mati. Gue salah nyebut nama. Alhasil si cewek cakep tadi yang berambut panjang sebahu itu kini makin menatap gue dengan jutek. Dia malah mengotak atik ponselnya. Lalu menelepon seseorang.
"Mbak Biru. Ini bener yang jemput ya?"
Dia menatap gue dengan galak, lalu seperti mendengar jawaban Biru. Lalu menganggukkan kepala dan menutup ponselnya.
"Nah perkenalkan. Saya Hafidz. Tim kreatif yang akan menjadi partner anda."
Duh gemeteran gue. Sumpah kenapa jadi panas dingin gini sih?
Dia mengulurkan tangan untuk menjabat tangan gue. Beuh tangannya anget. Alus.
Tapi secepat kilat dia menjauh. Lalu membenarkan tasnya dan kini menatap depan.
"Ya udah. Mari."
Dia langsung melangkah mendahului gue. Langsung saja gue berlari mensejajari langkahnya.
"Jadi motornya macet?"
Dia hanya melirik gue. Lalu mengacuhkan dan menatap depan lagi.
"Terus kok ini malah naik busway. Lha motornya ditinggal dimana?"
Aah pasti dia masih malu-malu meong deh. Biasa perkenalan pertama.
Tapi sampai gue dan dia udah mau sampai halaman kantor pun dia nggak menjawab. Yah ini beneran dia cuekin gue?
"Mbak Zandal.. Eh Zanna.. Eh.. "
Tapi seketika dia berbalik dan kini menunjuk wajah gue.
"Maaf. Saya tidak punya waktu buat bercanda."
Buseeeett zadiiizzz brooo.
Bersambung
Repost ulang juga buat bang hapit biar pada inget lagi ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Zandal Jepit in Love 😍
RomanceBagaimana jika sosok humoris dan tidak bisa diam bertemu dengan sosok yang jutek dan pendiam? zanna Prameswari dan Hafidz Zaafarani bertemu akankah mereka cocok? atau dua kutub yang berlawanan arah akan semakin menjauh?