🌸 5 🌸

939 119 6
                                    

*Sebelum kalian baca, aku mau tau kalian ngebayangin fantasy di cerita ini tentang apa, jawab yaa :)

.

Kesukaanku pada bau keringat Limario masih belum berubah, sepertinya ini adalah bau favoritku. Bau yang bisa menenangkan hati dan secara bersamaan juga bisa membuat jantungku berdebar tidak karuan. Aku juga bisa menghirup aroma lain, yang aku pikir ini adalah wangi shampoo yang dia pakai.

"Jangan mengendus kepalaku." Suaranya berat dan terkesan tenang. Aku segera menjauhkan tubuhku dari punggungnya.

"Siapa yang mengendus!" Kedua tanganku sekarang ada di bahunya. Lucu sekali karena tali sepatu yang tak terikat aku menjadi korban. Lututku berdarah dan kaki kananku terkilir. Dengan berat hati aku hanya bisa pasrah saat Limario menggendongko seperti sekarang. Padahal rumahku sudah dekat.

Kami tidak bicara lagi, hanya suara langkah kakinya yang terdengar di telingaku. Aku memperhatikan helaian rambutnya yang sedikit bergerak naik turun bersamaan dengan langkah kakinya. Lucu sekali. Rambutnya berkilau dan sepertinya sangat halus. Bisa jadi rambutku kalah halus dibandingkan dengannya.

Sedikit merasa bosan karena keheningan yang cukup lama aku kembali membuka suara.

"Jalanmu lama sekali, apa aku seberat itu?"

Limario berhenti lalu menengok sekilas, aku bisa melihat matanya hitamnya dari jarak yang sangat dekat. Indah dan bisa membuatku tersesat di dalamnya.

"Kau sedang meremehkanku?"

"Apa?"

Dia tidak menjawab lagi dan kembali menghadapkan kepalanya ke depan. Lim kembali berjalan dengan kecepatan yang sama, meninggalkanku pada keheningan yang membosankan.

"Aku sudah jauh lebih tinggi, tubuhku tidak sekurus dulu. Aku tumbuh dengan baik."

Dia bicara dengan nada yang kelewat datar, aku tidak tahu ekspresi apa yang sedang dia gunakan sekarang.

"Jangan meremehkan aku lagi." Dia melanjutkan setelah memberi beberapa jeda. Aku tidak mengerti sama sekali apa yang sedang dia bicarakan.

"Sebenarnya apa yang kau bicarakan?"

"Lihat." Dia tidak menjawab, malah memberi perintah. Aku mengadahkan kepalaku ke langit dan mataku di suguhi oleh matahari yang perlahan terbenam. Padahal ini bukan kali pertama aku melihatnya tapi tetap saja semakin indah dari hari ke hari.

"Aku merindukan ini." Lim juga mengadahkan kepalanya ke arah yang sama. Aku kembali memandang matahari yang semakin lama semakin tenggelam. Tanpa sadar senyuman terukir di wajahku bersamaan dengan dadaku yang terasa hangat, sepertinya ini adalah senja yang paling indah yang pernah aku lihat.

 Tanpa sadar senyuman terukir di wajahku bersamaan dengan dadaku yang terasa hangat, sepertinya ini adalah senja yang paling indah yang pernah aku lihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku pulang!"

Lim masih menggendongku saat kami sudah masuk ke dalam rumahku. Padahal aku sudah minta di turunkan saat di depan gerbang tadi tapi dia tidak mendengarkanku sama sekali.

HANAMI-(I'll bring you to the true love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang