Suasana hatiku sedang dalam kondisi yang tidak menyenangkan. Ya aku akui karena perempuan pirang yang menempel pada Lim sore tadi dan berakhir aku menggigit lengan Hanbin yang tidak berdosa. Untung saja dia tidak marah, aku juga sudah membelikannya obat. Tenang saja aku tidak memiliki riwayat penyakit menular.
Rambutku terurai indah, aku akui aku itu cukup cantik dan sangat pantas bersanding dengan Lim, hanya kurang tinggi saja. Itu tidak jadi masalah, banyak pasangan di luar sana yang memiliki tinggi yang jauh berbeda dan itu terlihat sangat manis.
"Apasih yang aku pikirkan?"
Aku kembali menyisir rambutku dan memakai make up seminimal mungkin. Aku tidak suka dengan make up yang tebal, aku penganut 'kecantikan berawal dari hati'.
Dan juga, inner beauty.
"Jennie-!"
Itu suara Ibu yang sudah memanggilku ke sekian kalinya. Aku melihat jam yang menunjukan waktu 18.50, sepuluh menit lagi, jerapah pendek itu dan pacar barunya akan datang ke rumahku.
"Apa peduliku?!" Aku berdiri lalu kembali merapihkan rambut dan juga pakaianku. Aku hanya memakai kemeja putih dan jeans selutut, tidak usah terlalu rapih. Memangnya aku mau bertemu siapa? Presiden? Pangeran?
Hanya Lim dan pacar barunya!
Menyebalkan.
Aku tidak bicara kalau Tante Panpriya tidak bertanya padaku, dan juga Hana. Setelah itu aku hanya diam sambil memakan puding yang Ibuku buat siang tadi. Kami sudah makan makanan penutup dengan kata lain sebentar lagi Lim pulang bersama dengan Anne, gadis berambut pirang itu."Aku juga tidak menyangka kalau mereka itu di SMP yang sama." Tante Panpriya dan Ibuku sepertinya masih asik membicarakan tentang aku dan Lim. Aku sedikit menyinggungkan senyum saat Tante Panpriya memuji kecantikanku saat ini dan mengabaikan Anne dan Lim yang asik dengan dunianya sendiri. Kadang mereka berbisik lalu tertawa bersama.
Tidak, hanya Anne yang tertawa sedangkan Lim hanya menyeringai. Hana hanya diam mendengarkan pembicaraan orang dewasa, kadang juga ikut tertawa walau aku yakin dia tidak mengerti sama sekali.
"Jadi selama dua tahun kalian tinggal di Jepang?" Ibuku bertanya lagi, aku menguping.
"Iya, suamiku ada urusan di sana. Jadi mau tidak mau kami ikut pindah. Dan saat itu Lim bersikeras tidak mau meninggalkan Korea, dia bahkan mogok makan sampai tiga hari lamanya saat kami sampai di Jepang."
Ibuku tertawa, bahkan aku tidak bisa menyembunyikan senyum di wajahku. Apakah aku harus memberitahu kalau saat itu anaknya baru saja menyatakan perasaannya padaku?
Apakah jika aku mengatakannya akan ada keributan antara Lim dan Anne? Membayangkannya saja sudah membuatku senang.
"Aku pulang." Kesadaran telah kembali menarikku saat suara Jisung terdengar dari depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANAMI-(I'll bring you to the true love)
Hayran KurguLimario Manoban, wajahnya tampan, hidungnya mancung dan bibirnya tebal. Tapi sayang dia tidak terlalu tinggi, aku lima senti lebih tinggi darinya. Limario itu orang yang aku sukai, tidak ada yang spesial pada dirinya. Tapi entah kenapa aku jatuh ci...