Author POV.
Callis berdiri di depan pintu kamar Eliana dengan wajah sedih, Anak tampan itu mendesah lelah sebelum mengetuk pintu kamar adik perempuannya.
"Eli ini kakak tolong buka pintunya" kata Callis pelan.
Pintu kamar itu terbuka dengan Eliana yang sedikit mengintip dari dalam kamar.
"kenapa pintunya di buka sedikit Eli ?"tanyanya Lembut pada adik perempuannya.
"kakak Cal marah ?" bukannya menjawab pertanyaan Callis, gadis kecil itu malah bertanya balik.
Callis menghelai nafas kembali sebelum menatap lembut mata coklat adiknya.
"kakak enggak marah, jadi apa kakak boleh masuk kedalam ?" kata Callis.
Eliana membuka pintu kamarnya dengan lebar sambil menundukaan kepalanya, dia sama sekali tidak memiliki keberanian untuk menatap kakak laki-laki.
"Kakak mau ngomong jadi ayo kita duduk di atas ranjang mu" kata Callis sambil menarik lembut tangan adiknya kearah ranjang besar milik Eliana.
Callis menggengam lembut tangan kecil adiknya.
"Apa benar madam Licia melukai tubuh mu ?" tanya Callis lembut dan di balas anggukan kepala pelan oleh Eliana.
Callis menatap sedih adik perempuannya.
"Maaf kakak tidak bisa melindungi mu, harusnya kakak bisa menjagamu saat ayah dan ibu tidak peduli dengan kita, tunggu kakak besar nanti kakak akan membawa mu pergi dari istana ini " kata Callis pelan.
"tidak kak, kakak tidak salah dan ayah juga menolong ku tadi. Ayah menghukum madam Licia dan juga nenghukum para kakak pelayan yang jahat pada ku selama ini" kata Eliana semangat.
"Apa ? Benarkah ayah menolong mu ?" tanya Callis tidak percaya.
"Iya ayah sunggu hebat dan keren tadi" jawabnya.
"bagaimana bisa ayah menolongmu ?" tanya Callis bingung.
Eliana menceritakan semua kejadian tadi siang di taman bunga marah dengan semangat pada Callis.
"Jadi ayah menolong, berarti ayah sayang pada kita ?" tanya Callis senang.
"Ya, ayah sayang kita kak, buktinya ayah menghukum madam Licia tadi" jawabnya senang.
Kedua bocah itu tersenyum dengan senang sambil menggengam tangan masing-masing.
"sekarang kita tidur, besok kita akan bertemu dengan ayah di meja makan" kata Callis.
Callis dan Eliana merebahkan tubuh mereka dengan Callis yang menarik selimut untuk mereka.
Kedua bocah itu tidur dengan wajah penuh senyum sambil nenanti pagi datang lebih cepat.
.
.
.
.
.
.
Arya membalik lembaran demi lembaran koran di tangannya setiap pagi dia meminta Carles untuk membawakannya koran pagi.
Mau bagaimana lagi di sini tidak Ada TV atau saluran berita dia hanya bisa membaca koran untuk tahu sejauh mana perkembangan kerjanya.
berita terbaru yang mulia raja membuat undang-undang baru bahwa mulai sekarang bangsawan wajib membayar pajak.
Arya tersenyum miring saat membaca berita di halamat paling depan.
"Pagi ayah" sapa Callis dan Eliana dengan pelan.
Arya menutup korannya dan menatap kedua bocah itu dengan heran biasanya mereka hanya akan menunduk takut jika di depannya.
Lisa tersenyum hangat menyambut kedatangan anak-anaknya.
"Ya pagi juga" balas Arya lembut.
Arya menyeringai dingin saat ide gila terlintas di otaknya.
"Carles kosongkan semua jabwal ku hari ini dan Callis nanti kamu ikut ayah pergi keluar istana" perintah Arya pada Carles dan Callis.
"Iya ayah" balas Callis yang tidak dapat menutup rasa bahagianya untuk pertama kalinya ayahnya mengajaknya pergi keluar istana.
"Apa ? Tapi yang mulia jabwal anda sudah saya atur untuk hari ini" kata Carles cemas.
"batalkan saja" balas Arya tanpa rasa bersalah.
"Apa anda ingin mengurangi 10 tahun usia hidup saya yang mulia" kata Carles memelas.
"Aku bahkan tidak yakin jika umur mu akan bertahan 2 tahun ke depan" balas Arya Cuek tanpa mau mendengarkan protesan Carles.
Carles menghelai nafas lelah ambil memikirkan alasan apa yang akan dia berikan nanti pada para bangsawan yang akan menghadiri rapat nanti.
Kening Arya menyergit bingung saat menatap Eliana tidak bisa memang garpu dan pisau makannya dengan benar.
"Eliana apa tangan mu masih sakit ?" tanya Arya lembut dia berusah sekeras mungkin agar tidak terlihat menakutkan di depan kedua anaknya ya anak yang sama sekali tidak dia dapat dengan proses tapi dia instan.
"Iya ayah" jawabnya ragu.
Arya bangun dari kursinya dan berjalan kearah kursi Eliana, dia menggendong Putrinya dan menempatnya di samping kursinya.
"Bawa makanan putri Eliana kesini" Perintah Arya pada pelayan yang berdiri di delakang meja makan.
"Baik yang mulia"
Pelayan wanita itu membawa sarapan Eliana kehadapan Arya.Perilaku dan perintah Arya tidak luput dari pandang Lisa dan Callis yang menatapnya bingung.
Arya memotong roti di piring Eliana menjadi kecil-kecil, Arya menggakat garpu di tangannya kedepan bibir putrinya.
"Buka mulut mu Eliana" perintah Arya datar membuat Semua orang berada di ruang makan kaget.
Eliana membuka mulutnya dan meneriman suapan roti dari ayahnya, Arya menguapi Eliana dengan telaten dan lembut benar-benar perlakuan yang seorang penyayang anak.
"Lisa, rapihkan semua barang mu, mulai sekarang kamu tidur dengan ku seterusnya" perintah Arya sambil memberikan suapan terakhir pada Eliana.
Arya berdiri dari duduk dan menatap Lisa yang masih terlihat kaget, dia tersenyum geli saat melihat wajah Lisa yang terlihat sangat konyol.
"Ayo kita Pergi Callis" kata Arya.
"Iya ayah" bocah berumur 10 tahun itu mengikuti dengan patuh langkah kaki ayahnya, matanya menatap pungung Arya dengan kagum dan senyum lebar di wajahnya.
............
TBC
Fote 300 dan komen 100 mami lanjut part. 11
Dan di larang memberikan komentar di seperti di bawah.
1, lanjut mami
2, up mami
3, di larang memberikan komentar lebih dari 1 kali atau mami anggap komentar kalian yang lain itu enggak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a father of two Children ( Proses Penerbitan )
Romance21+ Fantasy romantis Arya adalah lelaki yang baik dan rajin dia tidak pernah melawan apapun kata ibunya, setiap hari hidupnya hanya untuk bekerja hingga membuatnya mencapai jabatan menejer di perusahan besar tempat dia kerja. Tapi tidak semua hal b...