7. Satu Sekolah

70 28 47
                                    

Tok tok tok.

"Maaf, Miss, saya telat," ucapku dengan nafas tersengal di depan pintu dengan satu tangan memegangi perutku. Seketika perhatian seluruh murid tertuju pada diriku.

"Darimana saja kamu? Cepat masuk!" perintah Miss Rima, salah satu guru paling baik hati bagiku. Aku pun mengangguk dan melangkahkan kaki memasuki kelas, berjalan mendekati Miss Rima, dan mencium punggung tangan beliau.

"Maaf, Miss, saya telat, karena tadi ada urusan sedikit yang membuat saya kesiangan." Aku menjelaskan dengan nafas yang masih tidak beraturan.

"Halahh bohong pasti, tuh, Miss."

"Sok punya urusan, haha."

"Paling juga jadi babu dulu makanya telat, wkwk."

"Sudah-sudah jangan ribut! Hera, kali ini kamu saya maafkan dan tidak akan saya beri hukuman karena sebentar lagi kita akan kedatangan murid baru, dan kamu boleh duduk!" Tanpa pikir panjang aku mengangguk lalu berjalan menuju bangkuku.

"Siapa, Miss, anak barunya?" Terdengar salah satu teman sekelasku bertanya. Miss Rima tidak menghiraukan dan kembali menulis materi pembelajaran di papan tulis.

Brukk.

Aku jatuh tersandung kaki salah satu teman sekelasku, aku meringis pelan dan mencoba untuk tetap berdiri.

"Dimana-mana itu kalo telat dihukum! Ya, udah, deh, berhubung Miss Rima nggak ngehukum lo, jadi yang tadi itu itung-itung sebagai hukuman dari gua," ujar Rangga dengan enteng, seperti tidak memiliki dosa.

Aku hanya bisa diam dan bersabar, lalu melanjutkan langkahku untuk duduk dan mengikuti pelajaran.

"Assalamualaikum." Terdengar seseorang mengucapkan salam, sontak seluruh murid didalam kelas ini menengok pada sumber suara.

"Waalaikumsalam," jawab semua bersamaan, dengan tatapan mata yang berbeda-beda.

"Subhanallah gantengnya."

"Siapa dia?"

"Akhirnya jodoh gua menampakkan diri."

"Apa itu anak barunya?"

Celoteh mereka terutama para siswi. 

"Waalaikumsalam, silahkan masuk!" perintah Miss Rima, lelaki itu pun melangkah masuk menghampiri Miss rima, dan mencium punggung tangan beliau sama seperti yang aku lakukan tadi.

Berperawakan tinggi, rambut hitam pekat, bola mata berwarna coklat, dengan senyum yang menampakkan lesung pipinya. Dia, 'kan ....

"Murid-murid, seperti yang saya katakan tadi bahwa kita akan kedatangan murid baru, dan dialah murid baru di kelas kita," ujar Miss Rima menjelaskan, "sekarang perkenalkan diri kamu, speak in English!" Dia mengangguk dan mulai membuka suara.

"Hallo everyone, my name is Defanda Herdiansyah, you can call me Defan. I am from SMAN 1 Bandung. Nice to meet you all." Dia memperkenalkan diri dengan ramah, diikuti senyum yang sangat manis di akhir kalimatnya, membuat beberapa siswi disini memekik kegirangan.

Benar dugaanku, dia memang Defan. Tetapi, kenapa dia bersekolah di sini?

"Give him one question!" ucap Miss Rima, Vina mengangkat tangannya dengan cepat.

"You're status?"

"I am single," jawab Defan pelan dengan sedikit penekanan pada kata 'single'.

"Ada peluang, dong, gua, haha." Defan hanya menggelengkan kepala memaklumi, dirinya memang tampan jadi 'tak heran jika banyak wanita yang ingin memilikinya. Banyak wanita? Apakah aku termasuk didalamnya? Sudahlah! Aku tidak boleh berharap terlalu tinggi.

Defan mengedarkan pandangan seperti sedang mencari seseorang, "baiklah, Defan, sekarang kamu boleh duduk, ingin duduk sendiri atau duduk dengan Hera," ujar Miss Rima dengan mata tertuju padaku, Defan pun mengikuti arah pandangan beliau dan berhenti untuk menatapku sebentar. Apa dia akan duduk sebangku denganku?

"Duduk sama gua aja sini, sana lo pindah!" ujar seorang teman wanitaku kepada teman sebangkunya, Defan 'tak menghiraukan dan terus berjalan ke arah bangkuku berada.

"Kok, malah duduk sama si Hama, sih!" ujar salah seorang murid membuat yang lain ikut menengok ke arah belakang. Banyak pandangan mata yang 'tak suka, aku hanya bisa diam dan menunduk.

"Ada yang salah dari dia?" tanya Defan, tetapi 'tak satupun yang mau menjawab.

"Tolong jangan berisik, mari kita lanjutkan pembelajaran!"

"Iya, Miss," jawab kami bersamaan dan kembali fokus melihat papan tulis.

***

"Jadi kamu masih sekolah? Aku kira kamu udah nggak sekolah lagi, soalnya udah beberapa kali aku ngeliat kamu di luar," ucapku membuka pembicaraan, sesaat setelah Miss Rima keluar dari dalam kelas.

"Haha, aku itu orang baru di sini, kemarin-kemarin aku sempat bingung mau sekolah di mana, waktu tau kamu sekolah di SMA ini, aku jadi bilang, deh, ke Mama kalo aku pengen sekolah disini juga," ujar Defan jujur, aku pun hanya tersenyum lebar mendengar jawaban itu.

"Hera," panggil Defan pelan sambil melihat sekelilingnya.

"Apa?" tanyaku mengangkat sebelah alisku menunggu perkataan Defan selanjutnya.

Defan tersenyum dan sedikit mendekatkan wajahnya ke samping telingaku, "aku bakal jadi superhero untuk kamu."

Aku tersenyum geli sekaligus senang mendengar ucapan Defan, "makasih." Aku mendekat dan berbisik mengikuti nada bicara Defan.

"Makasih, doang?" tanya Defan sedikit menjauh dan 'tak lagi berbisik.

"Terus maunya apa?" Aku balik bertanya dengan alis bertaut.

Defan kembali mendekatkan wajahnya ke telingaku, "maunya kamu jangan sedih lagi." Terlihat wajahnya penuh harap diikuti senyum yang sangat tulus.

Seketika pipiku terasa mengembung mencetak sebuah senyuman, entah karena apa, yang jelas aku sangat bahagia mendengar perkataan Defan, hari ini aku bisa kembali tersenyum lagi di sekolah, dengan Defan yang menjadi alasannya.

Di kejauhan, ternyata ada sepasang mata yang menatap 'tak suka, dengan sejuta kebencian yang terpancar dari matanya dan hati yang bergemuruh 'tuk diluapkan.

"Aku mau ke toilet dulu."

______________________________________

Defan bakal jadi superhero, asikkk💃
Siapa tuhh yang merhatiin mereka 😱

Tunggu kelanjutannya besok ya❤️
Aku up 2 part satu hari, in syaa Allah^^

Happy reading, tinggalkan jejak💞

FIRST FRIEND AND FIRST LOVE (SUDAH TERBIT!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang