Seout Seoul, 4 Desember 2019Choi jiran meneguk salifahnya secara kasar, saat matanya menangkap lorong yang hanya si terangi oleh cahaya yang sedikit remang.
sudah kali ke tiga ia menginjakan kaki di tempat terkutuk ini. Gadis itu meremas ujung gaun ungu tua yang ia kenakan. Hatinya semakin tak tenang kala mengingat ancaman sang ayah bahwa ia akan mendapatkan hukuman jikalau pulang tak membawa sepeserpun uang.
Jujur saja, jiran sama sekali tak tahu apa yang akan ia kerjakan di tempat ini. Pasalnya sang ayah selalu menyuruhnya datang ke sini dan mendapatkan banyak uang.
Namun, sudah kedua kalinya jiran menolak dan berakibat sang ayah yang memberikan ancaman baginya.
"Akan ku mutilasi dirimu jika kau tak pernah jadi anak yang berguna bagi keluarga ini!"
Itulah kata-kata yang di tuturkan sang ayah pada jiran. Salah apa gadis polos seperti dirinya harus bekerja sebagai pelacur di club malam. Apa karena miskin? Jika ia jiran bisa saja pergi mencari pekerjaan lainnya.
Akhirnya jiran menarik nafas sejenak dan menghembuskannya secara perlahan,Sembari melangkahkan kakinya di sebuah pintu hitam elegan.
kemudian diketuknya daun pintu, dan membukanya setelah seseorang di dalam memberinya izin untuk segera masuk.Jiran berharap dirinya tak salah masuk kamar, karna sesuai ucapan manager club ini, ia di suruh melayani seorang pria di sebuah ruang kamar yang telah di booking dengan pilihan nomor pintu 127.
Peresis sperti plat nomor yang tertera di daun pintu ini.
Setelah daun pintu terbuka, jiran menangkap pemandangan ruangan yang cukup luas dan mewah. Perlahan ia melangkah masuk dan kembali menutup daun pintu tersebut. Tampak seorang pria tinghi dengan setelan jas semi formal yang tengah berdiri di dekat jendela sambil membelakangi dirinya.
Dengan takut-takut jiran berjalan ke tempat tidur, dan duduk di tepiannya.
Suara deritanya ranjang membuat pria tersebut berbalik.
Sungguh, jiran tak dapat berkata-kata saat melihat sosok pria itu.
Jiran berfikir dia akan melayani seorang pria berbadan besar berkulit gelap dan berkumis tebal. Maka tak heran jika ia dua kali melarikan diri dari kamar, karna takut dengan pria-pria itu.
Dan kali ini?
Jiran sempat terpaku menatap pahatan wajah tampan dari pria tersebut. Benar-benar tampan. Rasanya jiran masih tak percaya bahwa pria tersebut adalah manusia.
"Apa yang kau lakukan?"
Lamunan jiran pecah saat mendengar suara berat itu. Ya, suara pria yang tengah berjalan mendekat ke arahnya.
Jiran makin gugup setengah mati. Aroma maskulin dari pria itu menyeruak ke indra penciuman milik jiran.
Jiran berusaha menormalkan dirinya.
"A-ku, yang me-layani mu"
Sial. Kalimat pertama yang kurang enak di dengan. Batin jiran.
Pria itu menghentikan langkahnya dengan raut wajah bingung dan sedikit tatapan menohok.
"Keluar"
Jiran membulatkan matanya.
Apa katanya tadi? Keluar?
"Keluar. aku memesan wanita yang bisa melayani ku, dan bukan anak kecil yang butuh belain seperti mu"
Skakmat!
KAMU SEDANG MEMBACA
TUAN || Jeon Jungkook
Fanfiction[TIDAK BISA DILANJUTKAN] Gak maksa, cuma kalo bisa tolong follow ya.. [SLOW UPDATE] 𝙎𝙥𝙤𝙞𝙡𝙚𝙧 "Tugasmu hanya melayaniku. Hanya aku. Kau hanya boleh mengurisiku saja" "Tu-tuan, bagaimana dengan diriku? Apa aku tak boleh mengurus diriku sendi...