Seout Seoul, 20 Desember 2019Ini sudah memasuki minggu ke-dua dimana artinya bahwa jiran sudah tinggal di mansion milik jungkook lebih dari seminggu.
Jiran sedikit sukar beradaptasi di lingkungan baru, apalagi di lingkungan kalangan atas. Cukup sulit baginya menyesuaikan diri di lingkungan yang jauh—bahkan bisa di bilang sangat jauh bila di bandingan dengan dirinya, dan jangan lupakan bahwa ia hidup di keluarga yang minim akan uang.
Untuk urusan sekolah, semuanya terasa aman. Jungkook pun selalu memerintahkan para bodyguard nya mengawal jiran dan mengantar-jemput gadis itu ke sekolah.
Tentu saja jiran sempat menolak, lagipula ia sudah terbiasa naik bus.
Jiran juga di buat tercengang dengan jungkook yang selalu memberinya uang jajan yang melewati batas wajar bagi para belajar pada umumnya.Tentu saja jiran tak menggunakan ua tersebut untuk berfoya-foya, seperi apa yang di lakukan para gadis di usianya. Ia lebih senang menyisihkan uangnya, lebih tepatnya di simpan kala butuh sewaktu-waktu.
Lagipula, jarang baginya keluar dari kelas, sekedar untuk berkumpul dan berbagi cerita pada teman seperti yang biasa di lakukan kebanyakan siswa-siswi lakukan pada jam istirahat.
Semuanya sedikit berubah. Jiran dapat merasakan itu. Hidupnya terasa lebih baik. Tidak seperti dulu, dimana ia tinggal di rumah yang terletak di kawasan kumuh. Bahkan mobil pun tak dapatasuk karna jalan yang sempit.
Jiran hanya sulit untuk beradaptasi, namun ia sudah paham dengan berbagai peraturan yang di terapkan oleh jungkook.
Jiran di perlakukan dengan baik, bahkan dirinya tak di jadikan pembantu. Jiran pikir, jungkook memintanya untuk tinggal ia akan di jadikan pembantu di mansion pria itu. Namun semua yang di fikiran jiran berbanding balik dengan kenyataan.
"Lalu aku harus apa?" Tanya jiran.
"Duduk dan taati perintah ku" Jawab jungkook.
Jiran mengerutkan keningnya binggung.
"Tuan, tapi bukankah itu tidak sopan?"
Jungkook menggeram kesal karena waktu kerjanya sedikit terganggu. Ia mengalihkan pandangannya dari laptop ke arah jiran yang tengah berdiri di dekat meja kerjanya.
"Tak ada hubungannya. Intinya kau bukan pembantu" Ucap jungkook sekali lagi.
"Tapi Tuan, a-aku kan sudah bilang dari awal. a-aku akan melayani mu. aku di didik untuk mendapatkan sesuatu dari hasil kerja ku sendiri. Dan jika aku bersantai tanpa tujuan yang sebenarnya di sini, itu tidak sopan. Setidaknya aku mempunyai tugas di sini" Tutur jiran panjang lebar.
Jungkook terdiam. Kemudian ia menatap jiran dengan sorot mata tajam. Bisa-bisa ia di buat gemas dengan tingkah gadis kecil ini yang sungguh cerewet dalam bertanya.
Jungkook yang sedang bekerja pun sedikit terganggu olehnya. Jika ingin, jungkook akan menggendong gadis di depannya ini dan membawanya ke kamar. Memberi hukuman, sehingga gadis itu menjerit kan namanya di bawah kung-kuhanya.
Namun, kali ini ia masih bersabar.
Jungkook menarik nafasnya, lalu menghembuskannya secara perlahan.
Ia berusaha menormalkan serta mengendalikan emosinya.Kini, tatapannya berubah menjadi teduh.
"Tugasmu hanya melayaniku. Hanya aku. Kau hanya boleh mengurisiku saja" Jawab jungkook, yang membuat jiran termenung sejenak.
"Tu-tuan, bagaimana dengan diriku? Apa aku tak boleh mengurus diriku sendiri?" Tanya jiran polos.
Jungkook berdecak kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUAN || Jeon Jungkook
Fanfiction[TIDAK BISA DILANJUTKAN] Gak maksa, cuma kalo bisa tolong follow ya.. [SLOW UPDATE] 𝙎𝙥𝙤𝙞𝙡𝙚𝙧 "Tugasmu hanya melayaniku. Hanya aku. Kau hanya boleh mengurisiku saja" "Tu-tuan, bagaimana dengan diriku? Apa aku tak boleh mengurus diriku sendi...