6) Perduli

71 22 15
                                    

"Sayang, makannya dihabisin dong" ucap Yuna

"Udah bun, mulutku pahit banget"
Yuna benar benar merasa kesana dengan kelakuan anak tirinya. Baru saja 2 suapan, Rena sudah menolak suapan darinya.

"Nanti kalau kamu gamau makan gini gimana mau minum obat hm." yang dinasihati malah mengerucutkan bibir, layaknya anak kecil yang ingin menangis.

"Tapi pahit bun, aku ga suka"
Yuna tersenyum kecut mendengar penuturan sang anak. Dia juga merasakan apa yang Rena rasakan walaupun mereka tak sedarah.

Betapa khwatirnya Yuna saat mengetahui Rena sakit dari Sarah tadi. Dengan terburu buru Yuna pulang kerumah

Setibanya ia dirumah Yuna langsung ke kamar Rena. Yuna melihat Rena yang sedang menahan sakit

"Kenapa bisa luka begini sih?" suara Yuna memang terlihat berbeda, kali ini agak dengan nada tinggi dan menekan

Rena bergeming dalam diam. Dia tidak akan memberitahu kejadian semalam.

"Ish malah diem, yudh tapi mi -" perkataan Yuna terpotong oleh suara Angga

"Sayang, kamu belum masak?" tanya pria baru baya yang berada di ambar pintu dan dia adalah Angga.

"Masak kok, tapi nan-" lagi, perkataan Yuna di potong oleh ucapan suaminya.

"Kamu masak sekarang! Aku sudah lapar" ucap Angga. Yuna tidak bisa berbuat apa apa selain menuruti ucapan suaminya

Rena tersenyum pada Yuna, mengisyaratkan 'dia sudah tidak apa apa'.

Dengan langkah berat Yuna meninggalkan Rena yang masih diam tak bersuara. Perlahan namun pasti suara langkah kaki semakin terdengar oleh Rena.

Tangan Angga terangkat mengambil sebuah mangkuk yang berada diatas nakas.

"Makan!"

Seketika Rena mengangkat kepalanya, Rena tersenyum ketika mendengar Suara Angga yang memberikan perhatian walaupun nada suaranya terdengar dingin.

Rena masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya "A...yahh. "

"makan! Merepotkan saja."

Senyuman Rena mengembang, dia mulai memakan makanan sisa tadi. Kemudian Angga mengambil obat dan air minum, lantas menyodorkannya kepada Rena.

Rena mengambil obat itu perlahan namun pasti rasa pahit menjalar dimulutnya.

"Cepat istirahat!" Angga beranjak dari duduknya. Namun, suara Rena membuat langkahnya terhenti.

"Yah..."
"Makasih"

Annga mendengar ucapan Rena, namun ia enggan untuk menjawab ucapan Rena. Dia melangkah lebih cepat keluar dari kamar Rena.

Rena berjalan kearah balkon rumahnya walaupun rasa pusing mendominasi kepalanya.

Matanya perlahan menyapu sekitar. Dia melihat awan putih yang terombang ambil, pohon bergoyang tampan arah mengikuti arah angin.

Disini adalah tempat yang biasa dijadikannya penyembunyi luka. Rena merasa takdir sedang membolak balikan hatinya. Disatu sisi Rena bahagia, karena ayahnya peduli walaupun hanya setitik. Disisi lain Rena juga merindukan ibunya.

Rena hanyalah manusia biasa, dia bukan super hero yang mampu menahan luka. Karena sekuat apapun dirinya air mata itu akan meluncur

Strong girlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang