Yuna tidak terlalu peduli dengan keberadaan Rena saat ini, yang dia tahu, Rena pasti sedang berada dikamarnya untuk beristirahat mengingat kelakuan Angga pada Rena tadi malam, namun rasa penasaran akan keberadaan Rena kian menjadi jadi.
Saat Yuna sudah berada dikamar Rena ia tidak melihat tanda tanda keberadaan Rena, Yuna memutuskan untuk melihat kamar mandi barangkali Rena sedang mandi, namun sayangnya dikamar mandi pun tak ada Rena, lalu dimana Rena berasa sekarang?
Pintu balkon masih tertutup rapat- rapat tanpa celah, tempat tidur Rena pun seperti tidak ditempati karena terlihat masih sangat rapih, tidak mungkin kan Rena pergi dari rumah ini? Memikirkannya saja sudah membuat Yuna pusing.
Saat sedang memikirkan kemungkinan tentang Rena, tanpa sengaja Yuna menemukan kertas yang ada dimeja belajar milik Rena, Yuna mengambil dan membukanya dengan perlahan, entah mengapa perasaan Yuna menjadi tidak karuan, Yuna membukanya dengan tangan yang gemetar dan gelisah.
Ayah,
Terimaksih karena telah menampungku disini, maaf jika kehadiranku disini membuatmu tak nyaman. Ayah, sebenarnya apa salahku? Kenapa ayah begitu benci padaku? Aku hanya ingin seperti remaja lainnya, aku ingin dipeluk ayah, aku ingin ayah hadir saat pembagian raport. Yah, aku dijauhin sama teman-temanku, aku sedih yah tapi aku harus kuat kan? Ayah kan ga suka kalau anaknya cengeng hhe. Kadang aku suka iri yah kalau liat anak kecil yang main bareng sama keluarganya terus aku mikir 'kapan ya aku bisa ngumpul dan main bareng ayah lagi?' aku egois ya yah? Aku ingin kita kaya dulu lagi aku ingin kita baik baik saja.
Aku kangen ayah. Ayah jangan kecapean ya, Aku takut ayah sakit. Ayah, walaupun ayah sering membuat hatiku sakit tapi aku tetap sayang ayah kok hhe. Yah, jangan benci aku terus ya? Aku ingin sebelum aku meninggal nanti ayah sudah sayang lagi sama aku. Ayah sudah dulu ya aku mau tidur dulu soalnya kepalaku sakit banget yah, tapi ayah jangan khawatir besok pasti sembuh kok kan aku kuat hhe.
Selamat malam ayah...
Salam sayang Rena untuk Ayah.Tubuh Yuna bergetar hebat setelah membaca surat dari Rena itu, hal tersebut membuat Yuna tak bisa menyeimbangkan tubuhnya dan jatuh disisi ranjang tempat tidur Rena. Dia menengadahkan matanya ke atas, menutup matanya rapat-rapat untuk menahan air mata yang mendesak ingin keluar.
"Bunda minta maaf sayang, karena sampai sekarang kamu belum pernah bahagia, bunda minta maaf, Rena dimana? Bunda khawatir" Yuna menangis dengan derasnya setelah membaca kertas yang ditulis oleh Rena. Keinginannya sangat simple tapi entah kenapa itu semua sulit untuk diwujudkan.
Dengan langkah cepat namun hati hati Yuna menuruni anak tangga dengan gelisah lalu menghampiri Angga di meja makan. Yuna menatap Angga dengan wajah merah padam karena emosi, "kamu tahu dimana Rena sekarang mas?" tanya nya dengan sedikit meninggikan suara. Yuna sudah tidak dapat menahan amarahnya lagi.
"kamu berani membentak saya hanya untuk menanyakan gadis sialan itu?" kini suara Angga tidak kalah tingginya, lalu dia menatap Yuna tajam.
"Mas, orang yang kamu sebut gadis sialan itu anak kamu! Kamu tahu? Bahkan dia tidak ada dikamar nya sekarang," suara Yuna kian memelan diiringi dengan isak tangis nya, "aku takut Rena kenapa napa mas," ucap Yuna parau.
"Ck, kelakuannya semakin tidak benar, Biarkan dia pergi kalau itu keinginannya, saya yakin tidak lama lagi dia akan pulang, dia tidak punya tempat tinggal selain disini," ucap Angga seperti seseorang yang tak berperasaan.
Yuna menahan amarah yang kian menjadi jadi," aku enggak tahu apa yang kamu fikirkan tentang Rena, bahkan aku yang bukan orangtua kandungnya saja menyadari Rena yang semakin hari semakin kurus, apa kamu nggak kasian barang sedikit saja mas?" tanya Yuna sambil menatap lekat mata Angga, "Rena sebenarnya salah apa sama kamu mas? Rena anak kandungmu mas." ucap Yuna yang menuntut jawaban pasti dari Angga.
"Saya tidak memandang dia anak kandungku atau apapun kalau dia salah tetap akan salah, tindakan dia kabur dari rumah ini membuatku semakin muak dengannya," jawab Angga yang tak sesuai dengan yang di bayangkan oleh Yuna.
Yuna hanya geleng-geleng kepala saja lalu dia menaruh selembar kertas yang tadi ia bawa dan meletakkan di meja makan. Dia langsung pergi begitu saja membawa amarah yang memuncak, yang dia fikirkan saat ini adalah bagaimana cara ia bisa membawa Rena kembali dengan keadaan baik baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong girl
Teen FictionTuhan baik banget ya sama gua? Disaat gua lagi terpuruk, tapi tuhan dengan baiknya mampu melengkungkan senyum gua yang hampir saja hilang