Rena menajamkan matanya. Dia melihat orang itu memasuki jendela kamarnya. Walaupun kamarnya gelap tapi Rena mampu melihat dengan jelas siapa yang menghampirinya. Seorang lelaki.
Rena sempat kaget saat orang itu mulai mendekatinya dengan senyum yang merekah.
"Hai?"
Rena terdiam untuk beberapa saat, dia masih tidak menyangka ada yang masuk melalui jendela kamarnya. Rena bangkit, "lo ngapain disini?" Rena bertanya kepada Bryan yang tiba tiba berada di kamarnya.
"Tadi gua mau masuk lewat depan, tapi gaada yang buka pintunya" Bryan menjelaskan dengan bibir yang mengerucut.
"Oh." Rena mengangguk setelah itu ia duduk kembali di ranjang kamarnya. Disusul Bryan yang duduk di sampingnya
"Lampu kamar lo kenapa di matiin?" tanya Bryan karena merasa heran dengan keadaan kamar Rena.
Rena hanya tersenyum menanggapi perkataan Bryan.
"Lho kok malah senyum senyum?"
"Gak pa-pa kok. Lo emang mau ngapain kesini?"
Bryan ragu untuk menjawabnya, "Sebenarnya.. Gua mau minta maaf sama lo. Pasti lo dimarahin kan sama om Angga?"
"Lo jangan merasa bersalah, disini gua juga salah" Rena tersenyum getir.
"Lo dari dulu ga pernah berubah ya? Tetep cantik dalam keadaan apapun." Bryan merasa gemas, dia langsung mencuci pipi Rena yang membuat sang empu kesakitan.
"Aduh sakitt..."
"Hhe, makanya lo jangan lucu gitu mukanya. Buat gua gatahan buat ga nyubit pipi lo."
Pipi Rena merona, semburan merah melekat diarea wajahnya. Bryan yang melihat itu semakin menggoda Rena.
"Baper neng? Gapunya pacar lo ya hha"
"Emang lo punya?" Rena bertanya meremehkan
"Udah lah, orang gua ganteng gini ga mungkin dong kalo ga punya pacar hha"
"Gua si owh aja"
Bryan melotot tak percaya mendengar jawaban adik sepupunya. Tapi sedetik kemudian mereka tertawa. Entah apa yang membuat mereka tertawa.
Mungkin benar. Tuhan punya cara lain untuk membuatnya tidak berlama lama dengan kepedihan.
Rena masih heran dengan kedekatannya lagi dengan Bryan padahal saat mereka bertemu di acara rumah neneknya dia masih merasa canggung hanya untuk berbicara.
Hal yang sangat aneh.
"Turun yok, gua mau ketemu om Angga nih" Bryan menarik tangan Rena, namun dia langsung melepaskan tangan Rena ketika mendengar jawaban darinya
"Gua gamau ketemu ayah untuk beberapa hari ini."
Tanpa pikir panjang akhirnya Bryan mengajak Rena untuk menginap di apartemennya.
***
"Besok sekolah gak lo?"
Rena menoleh kearah Bryan yang sedang menyetir,"Gua pengen nya sih sekolah, tapi kan gua gabawa baju seragam gara gara lo asal tarik aja tadi."
"Tenang aha besok beli."
"Gaush."
"Lho kenapa?"
Rena menggeleng "Gausah nanti malah ngerepotin"
"Santai aja udah kaya sama siapa aja"
Sesampainya mereka di apartemen Bryan. Rena sempat ragu untuk memasuki apartemen ini.
"Ngapain masih berdiri disitu?" Bryan menatap Rena yang masih diam seperti patung.
"Ayo masuk!" Ajak Bryan lagi
"Cepet woi ga gua perkosa, tenang aja ga nafsu juga liat badan lo yang kurus kerempeng gitu" ucap Bryan dengan kekehannya dan membuat Rena kesal.
"Biarin." jawab Rena dengan wajah kesalnya
Rena melihat ruangan ini. Baginya ini sangatlah mewah. Rena jadi heran mengapa Bryan menepati apartemen ini hanya beberapa kali saja.
"Kamar lo disana ya" Bryan menunjuk kamar yang ada diruang tamu. Rena hanya mengangguk dan tersenyum.
"Gua laper, lo mau gua buatin mie sekalian ga?
Rena hanya menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strong girl
Teen FictionTuhan baik banget ya sama gua? Disaat gua lagi terpuruk, tapi tuhan dengan baiknya mampu melengkungkan senyum gua yang hampir saja hilang