I

1.2K 131 7
                                    


ALEYA POV

Aku memasuki unit dan meletakan ponsel di atas meja. Aku berdiri mematung dan menatap dinding.

Aku ragu. Should i call him?

Jujur saja, aku nggak menjawab iya atau tidak tadi. Hanya pergi begitu aja dengan perasaan campur aduk.

Ada yang salah sama setup jantungku kali ini.

Apa dia masih menunggu ya di luar? Kalau iya, untuk apa? Gak  terlalu penting juga menunggu aku nelpon dia, kan?

Terlalu banyak memikirkan pertanyaan, akhirnya aku memutuskan untuk tetap meghubunginya, dan pada deringan kedua diangkat.

"Halo," sapanya langsung, dan aku terdiam. Ragu. Namun, tak lama dia berbicara lagi. "Are you okay there, Ya?"

"Oh, iya." Aku berdeham sebentar. "i am okay, aku sudah masuk ke unit, kok. You can go back, Sa."

Aku mendengar dia menghela napas. "Alright."

"Okay, night Fasa."

"Ya." Belum sempat kumatikan, dia memanggilku lagi.

"Iya?"

"Thank you for today and everthing that you had done towards me and my mom." Suaranya terdengar sendu.

"Oh, It's okay. You are so kind, Fasa. You had showed me a nice food today." Aku tersenyum walau aku tahu dia tidak melihatnya.

"And..." Fasa bicara lagi dan aku menunggu kelanjutan kalimatnya yang dijeda cukup lama.

Lamaaa banget, hingga rasanya sepi.

"And..i am not sure what is this. But, i got my soul felt so warm around you," lanjutnya dan aku terdiam mematung mendengar kalimatnya barusan.

Hening lagi yang cukup lama, lalu suaranya kembali terdengar.

"I know, this is weird, Ya. But, gue merasa lega dengar penuturan lo tadi. Gue lega dan gue tau itu karna lo. Maaf jika ucapan gue mengusik lo."

"Gak apa apa, jangan terlalu sering bilang makasih ke aku." Aku sedikit tertawa. "Aku gak berpikir kalau aku banyak bolong kamu hari ini dan..."

"No, you helped me so much event until now. I'd some bad days, and when i was talking with you, i feel  i can take my breath again."

"Ah begitu." Aku mengangguk. "Feel better?"

"Hmm, pretty better."

"Then, glad to hear that you're fine, Fasa."

"Thank you again, gue pulang ya, Ya. And good night."

Aku menarik napas yang panjang sebelum menjawab. "Good night too and safe drive, Fasa."

Dan kalimat okay dari Fasa menutup sambungan kami. Bohong jika jantungku gak bereaksi dengan segala tingkah gentlenya.

Al dia hanya bertindak sebagaimana pria gentle. So jangan baper. Take it easy and simple. Aku mengingatkan diri.

Karena bagaimana pun, aku harus siap membantengi diri.

Karena, terkadang aku terlalu mengasumsikan tindakan orang secara berlebihan terhadapaku dan akan menyalahkannya jika itu gak sesuai dengan yang diharapkan.

Kita ya begitu, terlalu sering membuat ekspektasi tinggi dan mengharapkan orang akan mewujudkannya.

Ketika gak terwujud, maka sakitnya kayak gak nyata tapi ada.

NATURAL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang