ALEYA POV"Ih, kemana aja sih dari tadi."
"Sorry nak, emak mu ini lagi cari daddy baru. Lagi usaha."
"Cari sih cari, Ka. Ini aku ditinggal lama banget."
"Hehehe jelek tau lo kayak gitu, Nak."
"Dapet gak tuh daddynya?"
"Santai, masih uji coba yang pertama. Kayaknya sih dia kepincut sama gue. Gue kibas-kibas manjah aja, dia sudah gleper-gleper kayak ikan diangkat dari air."
"Apanya yang dikibas?"
"Ada lah. Nanti lo juga tau."
"Baik gak?"
"Beda ya pertanyaan lo. Gue pikir lo bakal tanya kayak 'cakep gak dia atau kerja apa, tajir gak' Malah lo tanya baik apa kagak."
"Emang salah?"
"Gak lah. Gak salah. Anak gue gak pernah salah." Halika terkekeh. "Eh anak gue tadi ngapain aja pas emak tinggal. Gak macem-macem kan?"
"Yaa...ya... gitu."
"Gitu ape? Gak jelas lo ngomongnya."
"Yah kondangan lah, Ka."
"Jangan bilang lo dapet satu, iya kan? Jangan boong loh sama emaknya. Nanti kualat."
"Gak. Gak ada."
"Elah, Al. Dapet juga gak papa. Seneng mah gue. Jadi, gak ada nih?" Halika meliriku.
"Gak ada, Ka."
"Okey. Kalo ada juga pasti ketahuan sama gue hehehe."
End.
Begitu percakapan aku dengan Halika di mobil tadi hingga sampe di apartemen.
Aku duduk di sofa bed panjang dan lebar serta sudah berganti pakaian yang lebih santai. Aku istirahat sejenak sebelum acara nanti malam.
Aku menselonjorkan kaki dan menghirup aroma lilin aromaterapi yang kuhidupkan, serta ditambah suasana hangat karena lampu aku matikan dan hanya diterangi oleh beberapa lilin.
Dan satu lagi, memakan ice cream rasa mangga seperti biasanya.
Ice cream
Dia
Fasa
Dia selalu muncul dan beri suatu peristiwa yang mungkin menjadi pengalaman baru bagiku.
Jika ada yang bertanya mengapa aku melakukan hal-hal yang sudah terlalu jauh untuk dia___ seperti membalas pelukannya dan menenangkannya___yang bahkan kami hanya kenal karena suatu kejadian tidak disengaja.
Aku gak tahu jawabannya melainkan
Entahlah
Gak tahu
Gak ngerti
Jawaban yang memberikan arti kalo aku gak ngerti kenapa harus melakukan hal itu sejauh ini. Padahal antara aku dan dia hanya orang asing.
But at those time, i just want to help him. Maybe as humanity.
Just it.
No more.
Aku hanya melihat sarat terluka dari matanya.
Dan waktu dia menangis di bahuku, di ceruk leher yang bikin aku harus menahan napas terlebih dahulu. Maka, saat itu pula aku sadar kalo dia memang sedang terluka. Parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATURAL (COMPLETED)
General Fiction"Ada sesuatu yang ingin kulindungi." "What?" "Anak kecil." "Ha? Lo udah punya anak?" "Bukan. Tapi anak kecil yang terperangkap di dalam tubuh orang dewasa." FARENDRA FASA HAIDIR Ada kalanya gue berpikir untuk menjadi penganut Hedonisme. dimana manus...