ALEYA POV
"Jadi, gimana sama doi?"
Sudah dua hari aku menginap di apartment Halika. Selepas empat hari pertemuan dengan Papa dan Mama malam itu, kami baru bisa bertemu semalam. Tepatnya karena Halika belum ada jadwal kosong, mengingat dia harus menyelesaikan masalah tempat restaurant yang bermasalah.
Jadi, semalam Halika memaksaku untuk tidur di sini karena dia sedang mencoba resep baru dan aku adalah orang pertama yang menyicipinya.
Dan yang satu ini,
Sesi investigasinya tentang hubunganku.
"Ya gak gimana-gimana, Ka," ujarku dan meletakan gelas berisi minuman mentimun yang dibuat Halika. Kami sedang duduk di bawah beralaskan karpet tebal seperti biasanya.
"Gue seneng," ujarnya dan tersenyum lebar.
"Kenapa?"
"Like Papa said before. He must have something that our cupcake falled with him, am i wrong?" Aku hanya diam mendengar penuturan Halika. "So, sudah resmi nih?" Tanyanya dengan senyum tipis yang lebih kelihatan seperti menggodaku.
Aku hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Cieeee anak gue," Halika mencoel-coel daguku dan tertawa dengan keras.
"Apasih Ka...."
"You know, Al. When he called you as 'Yaya' for the first time i met him. I could catch how he looked different to you at those time."
Aku diam lagi, karena gak tau mau balas apa lagi.
"So, cerita ke gue tentang lo yang mulai dekat dengan dia. Gue kepo sampe ke ubun-ubun ini."
Aku menghembuskan napas pelan. Kalo sang emak sudah meminta maka gak ada bantahan. Nanti dikutuk katanya. Aku mulai menceritakan semua awal pertemuan. Mulai dari bertemu di rumah sakit, kejadian aku yang disiram mantan pacarnya Fasa di cafe waktu itu___yang sempat membuat Halika menggebrak meja ketika mendengarnya dan ingin mendatangi si perempuan itu dan tentu saja aku tahan___lalu, pertemuan dikondangan dengan Fasa. Namun, aku tidak menceritakan kejadian Fasa dan ayahnya karena itu adalah hal pribadi and i don't have a right to tell it to everyone. Kemudian pertemuan pada hari ulang tahunku yang tidak sengaja juga mengikutsertakan Fasa sampai dia mengutarakan keinginannya for trying his best. Dan terakhir hari dimana aku berdonasi dan yahh i tell her that we are in relationship.
"Jadi, waktu acara kita makan-makan sama tim lo. Dia gak lo undang?" Tanya Halika.
"Gak. Itu hanya mau ambil jaket dia doang, Ka," jawabku.
"Tapi, gila banget tuh laki. Gak ada tampang-tampang risih atau pun gak enak waktu kumpul bareng tim lo. Mana Gery mainnya bar-bar lagi pake grepe-grepe gitu." Aku mengangguk dan setuju dengan pendapat Halika. Seberapa sering pun aku melihat raut wajahnya waktu itu. Dia tetap santai dan ikut tertawa___tertawa yang memang tulus dan gak dibuat-buat___waktu Gery mengeluarkan jokes andalannya.
"Apa nyokapnya sudah tau kalo lo pacaran sama anaknya?"
"Belum."
"Oh berarti akan." Halika kembali tersenyum tipis dan mengedipkan sebelah matanya. "Ada satu lagi yang gue kepo nih." Halika sedikit memajukan badannya dan melipat tangannya di atas meja.
"Apa?" Tanyaku sedikit was-was, karena Halika sudah memunculkan wajah yang mesem-mesem. "Udah ciuman gak?"
"Ka!"
"Oh berarti udah."
"Kaaaaa."
Halika tertawa puas. "Pasti badannya penuh kotak-kotak elmen nih. Sudah dipegang belum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NATURAL (COMPLETED)
Fiksi Umum"Ada sesuatu yang ingin kulindungi." "What?" "Anak kecil." "Ha? Lo udah punya anak?" "Bukan. Tapi anak kecil yang terperangkap di dalam tubuh orang dewasa." FARENDRA FASA HAIDIR Ada kalanya gue berpikir untuk menjadi penganut Hedonisme. dimana manus...