Biar bagaimanapun gaada yang baik-baik saja saat meninggalkan dan ditinggalkan orang yang disayang. Melupakan memang butuh proses, apalagi perihal mengikhlaskan.
Lalu bagaimana caranya menghapus rasa yang telah terukir sekian lama. Lima tahun bukan waktu yang sebentar, sudah banyak hal yang telah kita lewati bersama. Lalu, haruskah semesta sebecanda ini? Dengan memisahkan kita?
Pov Ara
Mungkin aku salah karena terlalu terlena dengan apa yang telah aku miliki. Aku tidak pernah bersiap-siap untuk kehilanganmu. Bahkan aku lupa jika hidup memang perihal meninggalkan dan ditinggalkan. Perihal datang dan pergi. Aku lupa akan hal itu, terlalu larut dalam bahagia yang ku ciptakan berasamamu.
Ken, apa kamu tahu jika aku rindu? Rindu akan semua hal yang pernah kita lalui bersama. Hal-hal kecil yang mampu membuat tertawa bahagia tanpa adanya beban.
Ken, mungkin ini adalah bagian cerita terakhir yang aku tulis dalam kerangka cerita yang harus usai saat belum selesai. Maaf beribu maaf karena cerita yang telah dibuat bersama dengan ekspektasi masing-masing harus berakhir berantakan.
Mungkin kamu tidak bisa memahami apa yang telah aku lakukan adalah demi untuk dirimu, Ken. Mungkin kamu mengira aku sudah tak ingin lagi bersama dan berjuangan memperjuangkan rasa yang ada diantara kita.
Mungkin kamu gaakan pernah paham bagaimana sakitnya aku saat ada orang terdekatku harus mencemoohmu seperti itu. Aku gabisa melihat itu semua Ken. Aku terlalu bodoh hingga menyayangimu melebihi diriku sendiri.
Maaf telah menciptakan luka untuk mu, namun kamu harus tahu kalau mungkin aku yang memberi luka namun luka itu lebih menyakitiku. Terimakasih atas lima tahunnya, terimakasih atas segala perjuangan dan pengorbanan untuk bertahan. Semoga luka segera menjauh dari mu sehingga bahagia akan hinggap padamu.
- Annara -
Dengan pandangan yang kosong serta buliran air mata yang jatuh tanpa permisi Ara menulis segala yang dirasakannya. Menulis apa yang ingin dikatakan sebagai penutup buku cerita Ken dan Ara.
Pagi yang cerah, matahari yang tersenyum lebar menunjukkan dirinya melalu celah celah jendela kamar Ara. Dengan perasaan yang kacau akhirnya Ara bangkit dari tempat duduknya dan membuka tirai jendela yang ada di kamarnya.
Sungguh menyedihkan. Masih terlalu pagi untuk menangisi Ken, namun Annara melakukannya. Dengan memejamkan matanya dan menghadap ke matahari Annara pun bertekad untuk tidak lagi berhubungan dengan Ken terlebih dahulu
'Bagaimana mungkin saya bisa melepas Ken jika setiap hari masih saja membuka roomchat darinya'
'Bagaimana mungkin bisa move on dan meraih cita jika masih stuck memikirkan apa yang sudah tidak mampu digenggam'Setelah berperang denga pikirannya akhirnya Annara memilih untuk benar-benar melepaskan Kenzie. Ia tidak ingin terpuruk seperti ini terus menerus. Setiap hari, entah pagi, siang ataupun malam yang ada di pikirannya hanyalah Ken.
Sudah satu bulan berlalu, Annara masih melakukan hal yang sama. Meratapi, memikirkan mengapa kisah cintanya tidak semulus itu.
Akhirnya mulai hari ini, pagi ini Annara bertekad, jika memang ia sudah memilih untuk pergi maka ia harus melepaskan.
'Jika memang ini yang terbaik untuk kita, maka mulai hari ini aku juga akan menyelamatkan perasaanku. Menyelamatkan diri aku sendiri dari jahatnya pikiran dan ekspektasiku. Ken, maaf sekali mulai sekarang aku akan memblock seluruh akunmu. Aku akan memulihkan seluruh perasaanku terlebih dahulu' gumam Ara.
Lantas dengan cepat dan lincah tangan Annara mencari nama Ken untuk segera di blokirnya. Semua. Semua media sosialnya. Ini adalah jalan terbaik menurut Ara.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Gaada yang salah perihal memblock akun seseorang yang mungkin membuatmu tidak nyaman, stuck, dll, inget deh kamu punya hak untuk menyelamatkan perasaanmu sendiri. Kamu punya kewajiban untuk membahagiakan dirimu sendiri" -Author-
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara
Teen FictionPerdebatan soal rasa diujung cita yang pada akhirnya harus berujung pada titik temu kehilangan. Iya, kehilangan yang benar-benar kehilangan.