Halo teman-teman, akhirnya yaaaa....
Nih lanjutan ceritanyaa.Dibaca, diresapi wqwq
Comment donggggg.......
.
.
.
.
.
.
.
.
Bab 6 kemaren
"Aku gamau melepaskan, namun aku gamau menjadi penghalangmu juga" -Ken
.
.
.
.
.
Dengan perasaan yang resah dan gelisah Ken mencoba menenangkan diri dengan membuka galeri untuk melihat ribuan fotonya bersama Ara. Sembari menunggu datangnya Ara, Ken mempersiapkan hatinya agar tidak terlihat sedih didepan Ara nanti.
Tak lama kemudian Ara pun datang dengan wajah yang sumringah, wajah yang selalu dirindukan Kenzie.
Ken PoV
'Mungkin Ara tidak tahu perihal chat dari abangnya.' pikir Kenzie.
Dengan senyum yang mengembang Ara datang menghampiriku di bangku pojok yang sudah ku tempati. Tempat yang menjadi salah satu tempat favorit kita, karena di pojok selalu mengasyikan, dan dengan kaca yang tembus pandang kita bisa melihan banyak tanaman didepan cafe. Indah, dan makin indah saat ada Ara disampingku.
"Kamu sudah lama Ken?" Tanya Ara.
"Engga kok, baru aja" Jawab Kenzie.
Author PoV
Setelah makan dan berbincang serta bercanda berdua akhirnya Ara berinisiatif untuk meminjam hp Kenzie untuk foto bersama.
Seribu gaya sudah diabadikan oleh Ara dan Ken. Kini saatnya Ara untuk mengirimkan foto mereka di hpnya. Iya, Ara mengirimkan melalui room chat yang biasa ia pakai untuk bertukar kabar dengan Ken.
Namun, saat yang bersamaan Ara tak sengaja membaca chat darinya yang isinya sangat membuatnya terkejut. Benar, itu chat dari abangnya.
"Sialan banget ini si bang ke" Gumam Ara dalam hati.
Miris. Sedih, sakit, kecewa tapi bahagia karena kini Ken berada tepat disampingnya. Perasaan Ara campur aduk. Ingin marah sama Ken tapi gabisa, tapi mengapa Ken ga cerita perihal perilaku abangnya yang blangsak ini? Kenapa Kenzie diam saja seolah tidak ada apa-apa?
"Udah yuk pulang, aku udah cape" Ucap Ara kepada Ken.
"Iya ayok aku anterin kamu"
Setelah percakapan tersebut akhirnya mereka berdua pulang. Kenzie mengantar Ara terlebih dahulu, baru kemudian dia melajukan mobilnya menuju rumah.
Flashback off.
Lagi lagi air mata tak bisa untuk dibendung. Ia selalu berjatuhan membasahi pipi. Sakit yang begitu dalam melingkupi perasaan Ara.
Ara menghabiskan hampir seluruh waktunya didalam kamar. Memendam semuanya sendirian.
"Dek, kamu kenapa? Ada masalah apa?" Tanya mama Ina.
"Adek gapapa mah, lagi capek aja"
"Mama boleh tanya sesuatu ga?"
"Boleh, mama mau tanya apa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Ara
Teen FictionPerdebatan soal rasa diujung cita yang pada akhirnya harus berujung pada titik temu kehilangan. Iya, kehilangan yang benar-benar kehilangan.